In White : 8

1.6K 243 26
                                    

Mari kita ingat apa yang sudah terjadi pada Yuki dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Dia bangun pagi dengan tidak anggun seperti biasa, rambut kusut seperti singa dan wajah pucat seperti vampir. Lalu teringat jika hari ini adalah hari pernikahan laki-laki yang dicintainya bersama wanita lain, Yuki nelangsa. Hampir tak bergerak dari tempat tidur selama satu jam dengan pandangan kosong. Lalu bangun dan bersiap-siap menghadapi kenyataan pahit, dan membawa tekad bulat untuk merelakan.

Tapi yang terjadi sungguh di luar perkiraan. Benar-benar di luar perkiraan.

Yuki mencubit pipinya keras, hingga warna merah menghiasi pipinya. Sakit. Artinya dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata, dia telah menjadi istri Stefan beberapa jam yang lalu.

Setelah ijab kabul selesai, Yuki dibawa menemui Stefan. Dia bergerak kaku seperti robot yang sudah disetting. Mereka melewati sesi salam-salaman, Yuki tersenyum dan menerima cipika-cipiki dari orang-orang yang tak dikenalnya. Pesta pernikahan itu memang milik Stefan, tapi tamu undangannya milik Marisa.

Sekarang mereka tengah berada di resepsi yang disambung siang itu. Yuki nyaris tak memiliki waktu istirahat untuk mencerna semua ini. Hingga tiga jam kemudian Yuki dapat bernapas lega saat tubuhnya berbaring di atas ranjang hotel yang besar nan empuk. Tak dipedulikannya hiasan bunga-bunga di atas kasur putih yang rusak akibat ulahnya.

Capek cuy.

Hati dan pikirannya yang paling lelah.

Stefan hanya melirik Yuki sekilas, lalu berjalan ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian Stefan keluar dari kamar mandi, baju pengantinnya sudah digantikan kaos abu-abu polos dan celana training hitam. Dia melihat Yuki tertidur. masih lengkap dengan gaun pengantin dan semua riasannya.

Melihat raut kelelahan di wajah Yuki mengurungkan niat Stefan yang akan membangunkannya. Stefan meraih satu pack kapas dan pembersih wajah dari meja, perlahan Stefan membersihkan sisa make-up pada wajah terlelap Yuki. Juga melepas aksesoris di rambut dan tubuh wanita itu. Stefan membetulkan posisi tidur Yuki yang meringkuk seperti janin dalam kandungan. Menyelimutinya sebatas perut.

Stefan duduk di kursi yang telah ditariknya mendekat. Memandangi Yuki yang masih tertidur pulas. Dia menyesal, Yuki harus ikut terseret dalam masalahnya sampai sejauh ini. Stefan menghela napasnya berat. Bertambah rumit saja hidupnya yang sudah kacau.

"Maaf, Yuki."

***

Yuki mengalami disorientasi ketika bangun dari tidurnya. Melihat cahaya yang mulai redup lewat jendela yang terbuka, dia tahu telah menghabiskan banyak waktu untuk tidur. Tubuhnya yang lelah sudah jauh lebih baik. Yuki melihat sekeliling, alisnya menyatu ketika tidak mengenali kamar yang sekarang ia tempati.

Kemudian dia mengingat semuanya.

Yuki terlonjak berdiri. Dia menatap sekitar dengan waspada. Gaun pengantin yang masih dikenakannya membuat Yuki mengerang frustasi.

Itu bukan mimpi.

Pintu terbuka, muncul Stefan yang menggunakan jaket levis berjalan ke arahnya. Tidak ada kata yang terucap saat mereka berdiri berhadapan. Terlalu banyak pikiran yang mencokol di otak mereka, namun tidak tahu bagaimana cara menyampaikannya dalam frasa.

"Ganti baju lo dulu, kita makan, baru setelah itu ngobrol." Akhirnya Stefan memutuskan.

Disodorkannya tas Yuki yang berisi pakaian wanita itu. Stefan baru saja kembali dari gedung serba guna tempat pernikahan mereka berlangsung, mengambil barang-barang Yuki yang tertinggal di sana.

Yuki menggeleng. "Saya nggak butuh makan. Saya mau langsung ngobrol." Mari untuk sementara waktu kita kesampingkan dulu hobi yang paling Yuki sukai.

In White || Jadilah warnakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang