In White : 18

2.2K 265 40
                                    

BESOK PRE-ORDER. 🙌

***

Bulan november, bulan purnama bersinar penuh di atas langit gulita. Lampu jalanan berlarian saat mobil melaju dengan kecepatan enam puluh kilo meter perjam. Radio memutar tembang lawas milik mendiang Nike Ardila, Bila Cinta Mulai Bersemi. Yuki pernah mendengar lagu ini beberapa kali, Ibunya penggemar Nike Ardila.

Malam semakin larut saat mobil mereka berhenti di depan gerbang tinggi berwarna putih dengan pola rumit dan sayap di kedua belah gerbang itu. Yuki mengerutkan alisnya ketika mengenali tempat ini. Dia menoleh pada Stefan yang tersenyum singkat padanya.

Gerbang itu terbuka secara otomatis begitu Stefan menekan tombol khusus di samping setir. Jalanan meliuk membawa mereka memasuki pelataran luas, dengan kolam pancuran air yang keluar dari patung anak-anak di tengahnya.

"Mas, ini kan..." Yuki tak bisa berkata-kata. Dia sama sekali tak menyangka jika Stefan akan membawanya ke tempat ini. Senyumnya mengembang ketika matanya menangkap pemandangan gedung di depan mereka.

"Iya." Stefan menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan.

Yuki meloncat keluar dari mobil. Stefan mengulum senyum melihat antusiasme Yuki. Wanita itu tak bisa diam dengan kaki melompat-lompat kecil.

"Boleh masuk." Tanya Yuki, menatap Stefan berbinar.

Stefan mengeluarkan kunci dari dalam saku blazernya. "Lo yang buka." Ucap Stefan menunjukkan kunci tepat di wajah Yuki.

Yuki menyambar kunci itu dan berlari ke pintu besar dengan ukiran bunga mawar dan sulurnya di bagian pinggir, pintu itu berwarna putih senanda dengan warna abu-abu terang dari bangun itu. Yuki membuka pintu dengan cepat, gembira. Lampu secara otomatis menyala begitu pintu terbuka.

Yuki tak menyembunyikan kekagumannya melihat isi bangunan. Marmer putih yang mengkilap, dinding putih dengan beberapa lukisan yang telah terpajang sempurna. Beberapa di antaranya adalah lukisan dari pameran dua minggu lalu. Pantas saja Yuki tidak melihat tumpukan lukisan itu di ruang kerja Stefan, mereka semua ada di sini.

Stefan mengikuti Yuki yang menjelajah galerinya. Selama lima tahun dia bersabar, akhirnya tempat ini selesai dibangun satu bulan yang lalu. Galeri yang telah menjadi impiannya sejak dulu. Hampir Stefan kehilangan harapan untuk galeri ini. Stefan pernah berada dalam masa kekurangan dana, arsitek yang tak kompeten dan rumitnya desain galeri yang Stefan inginkan menjadi penghalang utamanya. Tapi berkat Yuki, harapan kembali muncul.

Yuki membantu Stefan menjual beberapa lukisan hingga keluar negeri, dia menemukan arsitek yang bersedia membantu Stefan menyelesaikan desain yang dia inginkan, dan setiap keberadaan Yuki yang penuh semangat juang tanpa sadar ikut mendorong Stefan hingga kini mereka berdiri di sini.

Galeria Mil Razones. Artinya Galeri Seribu Alasan. Karena dari satu keputus asaan, kita akan menemukan seribu alasan untuk kembali bangkit. Yuki, telah menjadi seribu alasan bagi Stefan bangkit dari lubang kelam itu.

Yuki berbalik pada Stefan. Dia berlari dan melingkarkan lengannya pada leher Stefan. "Mas, selamat!" senyum Yuki mengembang penuh.

"Ini berkat lo. Makasih." Stefan membalas pelukan Yuki erat, dia menghirup aroma Yuki dalam-dalam. "Ada yang mau gue tunjukin sama lo." Pelukan mereka terurai dan Stefan membawa Yuki menaiki tangga besar yang melingkar hingga ke lantai dua.

Sepanjang perjalanan mereka. Yuki disuguhkan pemandangan dinding putih dan lukisan yang tampak kontras, nyatanya tempat itu bagai kanvas yang diisi oleh jutaan warna indah. Mata Yuki memanas, senyumnya tak jua luntur. Dia yang menjadi saksi bagaimana Stefan berjuang untuk galeri ini, dan Yuki tahu seberapa besar kebahagiaan Stefan saat ini. Karena itu, ia ikut bahagia lebih dari Stefan.

In White || Jadilah warnakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang