[ TELAH TERBIT ]
Yuki Salendra Binara adalah asisten yang bekerja pada Stefan hampir selama tiga tahun. Dia wanita dua puluh empat tahun yang sudah diminta menikah oleh Ibunya. "Nanti kamu jadi perawan tua." begitulah kata-kata yang acapkali digunak...
Siang itu terik, lebih terik dari hari biasanya. Laporan cuaca mengatakan jika musim kemarau semakin dekat. Yuki turun dari mobil Stefan dengan terhuyung, di dalam mobil selama dua jam terjebak macet membuatnya pening. Dehidrasi. Stefan pun juga merasakannya.
"Ayo, cari minum dulu." Stefan menarik Yuki masuk ke dalam Mall.
"Sepakat." Angguk Yuki dan membiarkan jari Stefan mengisi sela jarinya.
Mereka diam di salah satu cafe dengan dua gelas orenge jus dan sepiring kentang goreng. Hanya sebentar, setelah itu Stefan lalu menggelandang Yuki ke tujuan awal mereka. Boutique.
"Lo pilih aja, gue yang bayar."
Dengan santai Stefan duduk di sofa setengah lingkaran. Di depan sofa terdapat ruang ganti yang tertutup tirai menjuntai sampai lantai. Laki-laki itu mengeluarkanponsel dari saku celananya, Stefan akan memainkan games selagi Yuki memilih pakaian.
Yuki berkeliling bersama seorang pegawai wanita. Melihat-lihat beragam bentuk pakaian wanita jaman sekarang, semua cantik dan indah. Yuki kebingungan.
"Mbak, menurut mbak mana yang cocok buat saya?" Tanya Yuki saat berdiri di depan tiga manekin dengan gaun yang melekat pada patung peraga tersebut.
Yuki hampir tidak pernah berbelanja sebelum ini, dia memang kadang menghabiskan waktu berkeliling ke Mall bersama Reina. Tapi setiap toko yang mereka datangi hanya untuk cuci mata, tidak ada barang yang mereka bawa keluar. Baju yang Yuki pakai pun kebanyakan dibelikan oleh Reina atau Ibunya.
Harga satu baju setara dengan harga hanphone Appa. Yuki bergidik melihat price tag pada gaun-gaun itu.
Untung laki gue kaya.
"Yang ini aja mbak, cocok sama kulitnya mbak yang putih." pegawai dengan name tag Nia itu menunjuk pada manekin yang mengenakan gaun merah salmon.
Bagus, Yuki suka modelnya yang sederhana dan jatuh dengan lembut tepat di atas lutut. Tapi, itu kan yang paling mahal. Yuki melihat senyum Nia merekah seperti berondong jagung, di matanya berbinar bonus akhir bulan saat memandang Yuki.
"Saya coba cari yang lain dulu, deh." Ucap Yuki dan berondong jagungnya melempem.
Yuki melihat-lihat pada gaun yang digantung pada dinding kuning pucat dengan cahaya putih yang menerangi di atasnya. Yuki menunjuk satu gaun, dia akan mencoba yang satu ini. Lalu menunjuk yang lainnya. Yuki mengambil tiga gaun yang akan dicobanya di ruang ganti. Dari semua pakaian yang ada, tiga gaun itu yang Yuki rasa paling murah.
"Udah?" alis Stefan naik. Dia pikir akan memakan waktu yang lama. Katanya cewek kalau belanja suka lama. Padahal belum ada satu jam, Stefan sudah mempersiapkan diri jika harus menunggu lama.
"Saya mau coba tiga ini dulu." Yuki menunjukkan pakaian di tangannya.
"Oh, yaudah. Gih, sana."
Yuki mengganti bajunya beberapa menit. Dia keluar dengan gaun merah yang membungkus tubuhnya pas, bagian dada sebelah kirinya membentuk simpul dan bahu Yuki terlihat berikut tulang selangkanya. Stefan mengalihkan pandangan begitu mendengar suara tirai disingkap.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.