Bagian 1 - They Before Me

1K 95 9
                                    

17 September, 2019.

Itu hari dia mendapatkan gelar sarjana nya. Dan mungkin juga itu hari yang sangat membahagiakan untuknya. Dia belum menjadi prioritasku saat itu, tapi aku bisa melihat senyumnya yang sungguh lebar, dan makin lebar ketika orang itu datang. Mengucapkan beberapa rentet kata yang sepertinya sudah lama dia tunggu. Jimin, Park Jimin namanya. Pria yang entah sudah sejak kapan menempati hampir seluruh ruang di hatinya. Dan Kang Seulgi -di tengah kerumunan teman yang memberikan ucapan selamat atas keberhasilan ujiannya- menatap Park Jimin dengan mata berbinar. Jimin tersenyum hangat, dan "Seul, ada yang ingin aku katakan padamu."

Aku hanya mengulum senyum di bibirku, tahu bahwa mungkin ini saatnya aku akan menyaksikan awal dari kisah mereka. Belum menyadari bahwa aku akan memiliki peran didalamnya.

Kurasakan tepukan di bahu kiriku "Taehyung-ah, ayo pergi makan."

Baiklah.

Semoga beruntung, Jim.

***

Jimin menghampiriku, dia bilang ada hal yang ingin dia katakan padaku. Maka, aku ikuti langkahnya yang membawa kami ke sisi samping gedung fakultas kami. Dia bersandar di tembok. Menatap kebawah sambil memainkan jemarinya.

Apakah dia sedang gugup?

Aku harap dia memang benar-benar gugup.

Tiga tahun menyukainya membuatku tanpa sadar paham dengan gelagatnya.

Ya Tuhan, aku harap dia gugup.

Ya, aku berharap.

Setelah satu helaan panjang darinya,

"Seul.."

Kuangkat wajahku, menatapnya yang juga sedang menatapku. Dia berdekham, mungkin membersihkan tenggorokannya yang tercekat, semoga.

"Mmm, aku tau kalau ini mungkin terlambat. November nanti kau wisuda, dan mungkin setelahnya kau akan fokus mencari kerja. Akupun begitu, dan mungkin kita tidak akan berada di kota yang sama. Tapi..."

Lagi-lagi dia menghela nafas panjangnya,

"Aku menyukaimu, sudah sejak lama. Dua tahun mungkin, dan sepertinya aku akan menyesal jika tidak mengatakannya."

Benar, dia mengatakannya.

Dengan sangat cepat.

Astaga, lucu rasanya melihat dia gugup seperti ini.

Tapi aku Kang Seulgi. Sangat tidak mungkin aku terbahak didepannya dalam moment mendebarkan seperti ini. Aku ingin berteriak. Tidak apa-apa, Jim. Tidak masalah kalaupun menurutmu itu terlambat. Karena aku sudah menunggu ini sejak kita menyelesaikan praktek lapangan kita tahun lalu.

"Oh.."

Astaga, mulut bodoh. Tidak adakah kata lain yang bisa kau ucapkan selain 'oh' yang sangat singkat itu.

"Lalu.."

"Apa kau akan menerimanya, jika aku memintamu untuk memiliki hubungan yang lebih dari teman?"

Dan, astaga. Park Jimin bodoh. Apakah sepintar itu aku menyembunyikan perasaanku selama ini, sehingga dia harus menanyakan hal seperti itu padaku?

"Seperti?"

"Seperti orang yang spesial, kekasih misalnya"

"Jika aku menerimanya, apakah itu tandanya kita mulai menjadi sepesang kekasih sekarang?"

"Tentu saja, jika kau menerimanya"

"Kalau begitu, tidakkah kau lapar? Karena kekasihmu ini sangat lapar setelah dibantai habis-habisan di ruang sidang tadi."

"Apakah itu berarti ... astaga, Kang Seulgi kau memang selalu lapar. Ayo, aku tidak mungkin membiarkan kekasihku kelaparan"

Jimin terkekeh pelan. Pipinya terangkat naik, dan matanya tinggal segaris. Aku tidak lagi bisa menahan senyumku. Begitupun Park Jimin, dia semakin tampan dengan senyum bodohnya itu.

Please wait for the next :)





Hai, ini karya pertamaku di wattpad. Biasanya cuma mengendap di otak. Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya, dan jangan lupa vote hehe

Bakal update kalo lagi mager garap skripsi hehe.

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang