Bagian 12 - 90 Minutes Before

214 54 8
                                    

Setelah acara kami malam itu, aku merasa Jimin jadi lebih manis. Ketika dia tidak bisa pergi di hari Sabtu, maka sebisa mungkin dia akan menggantinya di hari lain. Kami juga sering pergi keluar untuk sekedar makan malam, atau mencuri-curi waku untuk makan siang bersama di jeda jam istirahat kantor. Jimin jadi menyisihkan lebih banyak waktunya untukku.

Dan untuk Taehyung, dia sudah tidak pernah menggantikan Jimin untuk menemaniku. Dia disibukkan dengan perannya sebagai pimpinan proyek. Jimin bilang Taehyung terlihat sangat lelah akhir-akhir ini. Dia selalu berangkat ketika yang lain belum bangun, dan pulang ketika semua orang sudah tidur. Jimin juga bercerita bahwa Taehyung lebih sering makan mie instan belakangan ini. Jimin sering memergokinya di dapur saat tengah malam. Hah, pasti taehyung selalu melewatkan makan malamnya dan berakhir kelaparan saat hendak tidur.

***

Wendy sedang memilih kue saat panggilan dari Hoseok masuk ke ponselnya. Dia mengisyaratkanku untuk mengangkatnya saat aku menyodorkan ponsel itu ke arahnya.

"Ya, Hoseok-ah."

"Kami masih di toko kue. Baiklah nanti akan kukabari Taehyung. Hm, sampai jumpa." Kututup panggilan Hoseok setelah memberitahu lokasi toko kue yang kami kunjungi dan menghampiri Wendy yang sedang duduk di dekat meja kasir. Aku menyerahkan ponsel Wendy kembali ke pemiliknya dan duduk disamping Wendy.

"Sebentar lagi Hoseok akan menyusulmu, dia butuh bantuan untuk mendekorasi rumahnya."

"Hah? Lalu untuk hadiahnya bagaimana?"

"Nanti aku akan meminta Taehyung untuk membantuku mencari hadiah. Dia pulang cepat hari ini."

"Kau sudah menghubunginya?"

"Hm, dia akan datang setengah jam lagi." Dia menoleh kearahku saat aku memasukkan satu sendok terakhir cheese cake dengan selai blueberry miliknya. Wendy memberenggut dan memukul tanganku yang ada diatas meja.

"Itu milikku, Kang Seulgi. Kau memakan lebih dari setengahnya." Aku hanya tertawa melihat ekspresi Wendy yang tampak kesal. Si gadis Kanada ini memang begitu ekspresif, perubahan ekspresi wajahnya akan tampak jelas seiring perubahan moodnya. Kami mengobrol ringan saat seorang pelayan berseragam kuning pastel menghampiri kami dan memberikan satu kotak besar chiffon cake coklat dengan tulisan 'Selamat Bertambah Tua , Jungkookie' yang di tulis dengan krim berwarna keemasan.

"Silahkan kue nya, nona." Disaat yang sama kulihat Hoseok datang dengan motor besar warna hitam milik Jungkook. Dia masuk ke dalam toko kue dan duduk dihadapan kami.

"Ayo, Wendy-ah." Ajaknya. Wendy mengambil kotak kue tadi lalu mengikuti langkah Hoseok keluar. Aku mengantar mereka hingga kedepan pintu masuk toko dan kulihat motor Jungkook yang dibawa Hoseok sudah penuh dengan kantong belanja.

"Dimana mobilmu Hoseok-ah?"

"Ah, aku harus meninggalkannya di bengkel. Jadi aku meminjam motor Jongkook untuk kemari."

"Lalu bagaimana Jungkook bisa pulang kalau kau membawa motornya?"

"Kau lupa jika tempat kerjanya satu gedung dengan kantor Jimin? Dia bisa pulang dengannya nanti. Aku sudah membicarakannya dengan Jimin dan bukankah surprise kita akan semakin berhasil jika Jungkook dihandle oleh Jimin?". Wendy mengangguk-anggukan kepalanya, lalu dengan seketika dia tersentak, seperti teringat sesuatu.

"Jadi, bagaimana cara kita membawa kue ini jika belanjaanmu saja sudah sebanyak itu." Hoseok tampak berpikir. Di setir depannya sudah ada dua kantong di masing-masing sisi, belum lagi tiga kantung yang dia tenteng dan satu kotak besar kue yang dipegang Wendy. Dan lagi, motor Jungkook adalah motor sport. Akan sulit membawa kue tanpa membuatnya hancur sampai di rumah sewa.

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang