Bagian 5 - Hangang Park

289 56 3
                                    

Taman hangang cukup lengang, tidak padat seperti biasanya. Mungkin karena hari ini mataharinya sungguh terik. Wajar saja, Juli adalah puncak musim panas di Korea, hampir 40 derajat suhunya.

Hoseok makin bersinar saja di bawah terik matahari, meskipun hanya dengan kaos putih bergambar sunflower dan celana pendek merah muda yang lebih sering dipakainya untuk beli cola di minimarket ujung jalan. Dan Jungkook, dia bergaya seperti idol. Sunglasses yang bertengger di hidung mancungnnya memiliki tepian metalik. Sungguh sesuai dengan kemeja daun mapple nya yang mencolok. Wendy tampak anggun, onepiece biru langit selutut dengan cardigan broken white. Topi jerami lebar yang dipakainya membuatnya tampak seperti turis.

"Taehyung-ah, bantu aku menggelar tikar ini." Jimin memanggilku. Seulgi yang berdiri di sampingnya sibuk menata bekal kami bersama Wendy.

"Jadi itu pakaian couple, atau kau saja yang sengaja mengikuti Seulgi?" tanyaku begitu sampai disamping Jimin. Ah, tikar ini begitu lebar, mungkin jika 10 orang yang duduk disini masih menyisakan seperempatnya.

"Dia meniruku, kau tau apa yang membuat kita tidak berangkat jam 9 tepat tadi? Itu karena Jimin sibuk mencari kaus kuningnya." sahut Seulgi.

"Itu karena aku ingin terlihat cocok dengan kekasihku, Seulgi-yah" nada bicara Jimin menggelikan, diseret dan diperpanjang pada ujung kalimatnya. Merajuk seperti kukang.

Jimin langsung merebahkan punggungnya begitu tikar bercorak puluhan kepala iron man ini tergelar. Hah tikar ini membuatku malu, pasti milik maniak Tony Stark itu. Yah, siapa lagi kalo bukan bocah 23 tahun yang hampir setengah kaus di lemarinya berembel-embel Marvel.

"Hei kalian tampak seperti murid sekolah dasar yang sedang tamasya." Celetuk Wendy, melihat ke arah ku, atau mungkin kami. Serentak kami bertukar pandang satu sama lain.

Benar juga.

Jimin memakai kaus kuning mustard dengan cargo pants pendek berloreng. Betis atletisnya jelas dia pamerkan. Dia bangga dengan kakinya. Seulgi dengan gaya kasualnya seperti biasa, kaus kuning mustard yang sama dengan miliki Jimin dengan luaran kemeja putih yang dia biarkan terbuka, menutup jeans panjang longgarnya hingga setengah paha. Dan aku sendiri, menjaga tampilan santai dengan kemeja kuning pucat yang beberapa bulan lalu kubeli dengan dua ukuran diatas ukuran normalku. Kumasukkan dia kedalam kelp pants coklat agar tetap tampak rapi.

Seulgi terkekeh, yang anehnya selalu menular padaku. Jimin bangkit dari rebahannya dan berdiri di samping Seulgi yang ada di kiriku.

"Tolong fotokan kami, Wendy-ah."

"Gunakan saja kamera Seulgi, dia baru membelinya minggu lalu." Jimin merangkul bahuku dan bahu Seulgi sekaligus dengan satu rengkuhan lengannya. Kurangkul balik lengan Jimin yang bertengger di belakang bahu Seulgi.

"Say, Seulgi saranghae !!"

***

Jungkook sedang bermain dengan anak anjing samoyed putih bersih yang tingginya hanya sebetis orang dewasa. Dia berlari mengejar gulungan wol yang baru saja dilemparkan oleh pemiliknya. Sepasang kakek nenek yang kuperkirakan berusia akhir enam puluhan. Wendy asyik mengobrol dengan si nenek yang gulungan wol bahan merajutnnya di gigiti oleh anjing putih itu.

Hoseok disampingku menghabiskan gelas kedua jus jeruknya. Tersedak akibat Kkami -anak anjing yang baru saja kuketahui namanya- menelusupkan kepalanya di antara lipatan kaki Hoseok untuk mengambil gulungan wolnya yang mulai terurai.

"Kkami-yah"

Kkami seolah tersenyum saat aku membidikkan kameraku kearahnya.

"Hei, katakan jika kau igin memotretku. Ulangi! Ekspresiku pasti jelek tadi."

Dan di bidikkan keduaku, wajah Hoseok jadi lebih jelek dari sebelumnya. Kkami menggigit dagunya tanpa aba-aba. Mata Hoseok terpejam erat, meyisakan kerutan-kerutan halus di ujung matanya. Alis mengernyit, dan mulut yang terbuka lebar. Menampakkan jajaran gigi bagian atasnya.

Kudengar tawa riuh dari arah belakangku.

Ah, bless my eyes.

Mereka semua tertawa.

Kakek nenek itu, Jungkook, dan juga Wendy.

Kembali kubidik mereka dengan kameraku. Mengabadikan setiap moment yang terjadi hari ini.

Tuhan menyayangiku.

***

Walaupun kami berangkat bersama yang lain, tapi 'Kencan Rutin Tuan Park' harus tetap berjalan.

Tangan kami bertaut, dia memakan bungeoppang di tangan kanannya. Wajahnya sungguh menggemaskan dengan noda ice cream di pipinya. Sesekali alisnya bertaut, dia sedikit merunduk dan genggamannya di tanganku mengerat.

"Ngilu lagi?" tanyaku penasaran.

Dia manganggukan kepalanya cepat. Masih dengan mata terpejam. Gigi gerahamnya berlubang. Park Jimin sering lupa menggosok giginya ketika akan tidur. Dia sudah pernah menambalnya, tapi terlepas ketika memakan samgyeopsal di hari ulangtahunku Februari lalu.

"Sudah kubilang jangan pernah lupa menggosok gigimu sebelum tidur, kau itu suka sekali makanan manis tapi malas gosok gigi. Jangan seperti bocah, Jim."

"Tch, bahkan ini tidak lebih parah dari gigi sensitif milikmu."

"Hei, setidaknya aku berusaha untuk tidak membuatnya menjadi lebih parah. Kau taukan aku selalu menyisihkan uang gajiku untuk membeli pasta gigi sensitif yang harganya tiga kali lipat lebih mahal dari yang biasa? Dan lagi, aku tidak pernah lupa untuk menggosok gigiku."

"Berhentilah mengomel, Kang. Gigiku menangis mendengarmu memarahi pemiliknya." Ucapnya tak berani menatapku. Kembali sibuk dengan suapan terakhir bungeoppang nya. Aku merasa seperti memarahi anak kecil yang ketahuan tidak pergi ke tempat kursusnya.

"Luangkan waktumu untuk ke dokter gigi, Jim. Atau, haruskah aku menemanimu lagi, eoh?"

Park Jimin mengangkat wajahnya. Tersenyum dan menatapku berbinar, dengan cepat bibirnya menyambar pipi kananku. Aku selalu luluh ketika dia seperti ini, meskipun itu artinya dia menginginkan sesuatu dariku.

"Bagaimana kalau kita buat 'Minggu Sore Rutin Tuan Park' aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu akhir-akhir ini."

"Kau sibuk, Jim. Aku Paham."

"Tapi aku merindukanmu, Seul." Dia merengek, manja. Aku suka Jimin yang manja. Dia seperti anak anjing yang mengemis perhatian majikannya.

"Tidak perlu membuat 'Minggu Sore Rutin Tuan Park'. Aku tidak suka jika kau tidak jadi menemuiku di tengah janji kita. Sebagai gantinya kita adakan 'Kencan Rutin Tuan Park' sabtu depan. Kita ke dokter gigi, bagaimana?" tawarku

"Bukankah sangat mengenaskan jika kita menghabiskan waktu kencan di Dokter Gigi."

"Jim.." kuhela nafasku.

"Baiklah, kita ke Doter Gigi sabtu depan." Jimin menunjukkan senyum bodohnya yang menggemaskan. 

Sudah kukatakan bukan, senyum bodoh Jimin membuatnya terlihat lebih tampan.





Please wait for the next part :)

Itu gigiku yang sebenernya sensitif ehehe

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang