Bagian 9 - Jimin Merepotkan

203 55 12
                                    

Sudah satu bulan ini aku benar-benar disibukkan dengan proyek pembangunan underpass di daerah Myeong-dong. Waktu tidurku benar-benar tersita. Berangkat pukul tujuh pagi dan pulang paling cepat pukul sembilan. Tidak jarang aku harus menginap di kantor untuk menyelesaikan setumpuk berkas perizinan. Seperti hari ini, aku pulang ketika lampu ruang tengah sudah dimatikan. Jungkook tertidur di karpet depan televisi bersama Yeontan yang tengkurap di perutnya. Televisinya masih menyala, menampilkan Taken yang dimenangkan oleh Kuma. Hah, tidak tahukah Jeon Jungkook bahwa tagihan listrik kami naik hingga 25% dari bulan lalu karena kebiasaannya ini. Kulepas kaus kakiku dan membereskan kekacauan yang dibuat oleh Jungkook. Kututupi tubuh Jungkook dengan selimut yang kuambil dari kamarnya. Kutepuk pelan kepala Yeontan sebelum masuk ke kamarku.

Baru saja aku akan pergi tidur, kurasakan perutku berbunyi nyaring. Ah ya, aku melewatkan makan malam tadi. Aku turun kebawah untuk melihat adakah makanan yang bisa kumakan. Dan nihil. Kubuka lemari gantung di dekat kulkas dan menemukan lebih dari 8 cup ramyun disana. Itu milik Jimin. Ya, memang secinta itu dia dengan ramyun cup pedas. Kuambil satu dan kubuka bungkusnya.

"Itu milikku, Kim Taehyung." Jimin disana, menggunakan kaus abu-abu tanpa lengan dan celana pendek hitam. Rambutnya berantakan. Wajahnya bengkak, dan matanya yang sudah sipit itu hanya terbuka setengah. Dia berjalan menuju kulkas dan mengambil satu botol air dari sana.

"Buatkan satu untukku." Pintanya setelah menghabiskan satu botol penuh air dari kulkas.

"Aku berani bertaruh kau sudah memakan satu cup sebelum tidur tadi." Dia menarik kursi didepanku ketika aku menggunting bumbu ramyun dan memasukkannya kedalam cup.

"Tidak." Elaknya.

"Tidak usah berbohong Jim, aku sudah mengenalmu sejak kau masih suka tersedak liurmu sendiri. Lihatlah wajah bengkakmu itu. Aku bahkan tak bisa membedakannya dengan pantat Yeontan." Jimin menyentuh keduan pipinya sesaat dan memasang wajah memelas.

"Aku lapar, Tae. Lagipula itu ramyunku, kenapa aku tidak boleh memakannya." Aku mamatikan kompor dan menuangkan air panas kedalam ramyunku.

"Aku ingin menjaga kepercayaan Seulgi untuk menjauhkanmu dari benda ini."

Seulgi selalu menomorsatukan pola hidup sehat. Dia selalu mengomel jika Jimin makan ramyun instan. Dia bukan tipe gadis yang berlebihan ketika menyikapi sesuatu. Tapi memang Jimin saja yang keterlaluan. Hampir setiap hari dia makan ramyun. Bahkan bisa sampai dua kali sehari jika dia sedang suka-sukanya. Lihatlah stoknya di lemari. Jika Seulgi tahu, sudah pasti gadis itu akan membuang semuanya. Padahal penghasilan Jimin tidak sedikit. Disamping keluarganya yang memang dari kalangan atas, penghasilan yang dia dapatkan sebagai konsultan perencana pelaksanaan proyek juga lebih dari cukup untuk makan di restoran bintang lima setiap hari.

"Hei, Seulgi juga akan memarahimu jika kau makan ramyun instan"

Ya, sebenarnya bukan hanya Jimin yang akan diomeli oleh Seulgi. Tapi aku juga. Sepertinya semua orang. Pernahkah kukatakan jika Seulgi itu gadis yang sangat peduli dengan sekitarnya? Jika belum, maka akan kukatakan. Seulgi adalah orang yang sangat perhatian. Bukan hanya pada kekasihnya. Tapi juga semua orang yang dekat dengannya. Dengan orang asing saja dia sangat ringan tangan. Tak jarang aku melihatnya membantu ibu-ibu yang kerepotan membawa banyak barang, atau dia yang menawarkan diri untuk mengantrikan tiket seorang kakek-kakek dengan kaki yang tidak sempurna di stasiun. Seulgi juga selalu mengucapkan terimakasih kepada siapa saja, bahkan pada tukang parkir sekalipun. Kadang aku berpikir, bagaimana bisa Seulgi mau menerima perasaan temanku yang bodoh ini.

"Tae, boleh aku merepotkanmu?" ia berujar sembari meniup-niup gelas coklat panasnya yang ia seduh tadi.

"Bukankah kau memang selalu merepotkanku?"

"Hei, aku serius. Ini tentang Seulgi."

"Apa? Kau ingin aku menjemputnya di tengah kencan kalian lagi?"

"Ayolah, Kim Taehyung. Aku sedang serius."

"Baikah, ada apa dengannya?"

***

Ini hari sabtu, dan aku sudah di depan rumah sewa Seulgi. Kulihat ia keluar dengan jeans biru longgar kesayangannya. Kali ini Jimin tidak memintaku untuk menyusul Seulgi di tengah kencan mereka. Tapi menggantikan Jimin untuk menemani gadis itu mencari buku.

"Oh, Taehyung-ah, apa yang kau lakukan disini?" Seulgi tampak terkejut melihatku.

"Kim Taehyung? Sedang apa?" Wendy yang keluar tak lama setelah Seulgi sama terkejutnya dengan gadis itu.

"Menemanimu mencari buku. Apa Jimin tidak mengatakannya padamu?" kulihat wajah Seulgi yang tampak bingung. Dia mengecek ponselnya dan menghela nafasnya berat. Kalau aku tidak salah melihat, Seulgi kembali menunjukkan ekspresi itu tadi. Ekspresi yang sama ketika di taman Hangang. Namun, lagi-lagi ia merubahnya ketika Wendy berkata dia akan berangkat karena Hoseok sudah datang.

"Aku berangkat dulu ya, Seulgi-yah, Taehyung-ah."

"Oh, kalian mau kemana?" tanyaku pada Hoseok.

"Ah, bertemu Yoongi. Beberapa waktu lalu 'kan kami batal bertemu dengannya." Jawab Wendy yang jelas sekali tampak gembira. Sementara Hoseok, dia hanya tersenyum mengiyakan jawaban gadis itu. Mau sampai kapan ia berpura-pura mendukung perasaan Wedny untuk Yoongi.

Kurasakan beban di jok belakangku. Kulihat Seulgi sudah disana.

"Ayo berangkat." Ucapnya

"Kau tidak masalah pergi denganku dan bukannya Jimin?"

"Mau bagaimana lagi, Jimin ada urusan 'kan?"

"Yah, kalo kau tidak mau seharusnya kau mengatakannya pada Jimin. Kalian bisa pergi lain waktu." Kubenarkan posisi helmku yang sedikit miring.

"Sudahlah. Toh aku tidak masalah-"






"Aku nyaman pergi denganmu, Tae- hehe." 



Please wait for the next part :)


Aduh aku gatau ini aku nulis apa sih??

Sorry ya kalo kalian kecewa sama part ini, karena aku sendiri juga kurang srek bikinnya.

Buat yang kangen momen-momen manis mereka sabar aja yah.

Janji deh next part kukasih sweet moment nya.

Bentar lagi konflik kok, sabar yah :)))

Dan sorry aku updatenya agak telat, lagi ada kendala sama data skripsiku :(((

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang