Hanya butuh 3 jam untuk menemani Seulgi mencari buku. Dia tidak banyak tersenyum hari ini. Hanya bicara secukupnya. Berkali-kali aku mencoba mengajaknya bercanda tapi dia menanggapi sekenanya. Pukul 12 aku sudah sampai di rumah sewa. Ada dua pasang sepatu wanita di rak depan. Apakah kakak Hoseok berkunjung? Atau mungkin ibu Jungkook?
Park Sooyoung, gadis itu sudah duduk manis di ruang tengah bersama satu orang gadis lagi disampingnya. Rambut hitam panjangnya dia biarkan tergerai hingga sebatas punggung. Tangannya bersedekap didepan dada dan wajahnya menunjukkan ekspresi tak suka. Sementara gadis disampingya, duduk tenang dengan matanya yang mengedar ke setiap sudut ruang tengah.
"Aku pulang." Sooyoung segera menolehkan kepalanya kearahku.
"Ah, Tae oppa. Sudah lama aku tak melihatmu." Senyum Sooyoung masih secerah 2 tahun lalu. Aku terakhir bertemu dengannya di upacara kelulusanku dan Jimin. Dan setelah itu aku tak pernah melihatnya lagi karena ia melanjutkan kuliah di negara tetangga. Tak lama kulihat Jimin keluar dari kamarnya. Tampak rapi dengan jeans hitam dan kaus hitam berkerah yang ia masukkan. Jimin segera mengambil tempat di dekat gadis berambut sebahu itu.
"Pergilah ke kamarku atau bermainlah dengan Yeontan di taman belakang, Soo. Ini urusan pekerjaan."
"Tch, sepertinya orang yang tahu etika pasti paham jika hari sabtu tidak ada yang namanya urusan kantor." Sooyoung berdecih dan menjawab Jimin dengan sinis.
"Park Sooyoung." Jimin berucap penuh penekanan pada adik satu-satunya itu. Sooyoung segera mengangkat Yeontan yang sedang tidur dan membawanya ke taman belakang. Aku bertukar tatap dengan Jimin. Menuntut penjelasan padanya. Tapi Jimin justru menyuruhku pergi dari sana. Maka kuputuskan untuk menyusul Sooyoung ke taman belakang, sekaligus menjaga Yeontan dari tangan jahil adik Jimin itu.
***
"Siapa dia?" tanyaku pada Sooyoung yang masih saja menunjukkan muka sebalnya.
"Myoui Mina. Mantan Jimin oppa, ah apa dia bisa disebut mantan?"
"Intinya Jimin oppa pernah tergila-gila seperti orang bodoh pada gadis itu."
"Dia tipe toxic, oppa."
"Toxic?" ulangku tak mengerti
"Ya, dulu dia sempat menjadi tetangga depan rumah kami. Jimin oppa pernah suka padanya. Awalnya aku juga sering bermain dengan Mina, tapi aku mulai merasa ada yang tidak benar ketika kami berada di sekolah menengah. Gadis itu menyuruh Jimin oppa menjauhi semua temannnya, termasuk Jisoo eonni yang merupakan teman kami sejak taman kanak-kanak. Dia sangat serakah, dan penganut paham 'You Can't Sit With Us'. Kukira dia seperti itu karena dia cemburu dengan Jisoo eonni yang sangat dekat Jimin oppa, tapi aku baru tahu jika ternyata dia seperti itu karena Jisoo eonni berpacaran dengan Jinyoung sunbae. Dia juga menjauhkan Jimin oppa dari teman-teman prianya. Dia selalu mengklaim orang-orang disekitarnya sebagai milikinya." Sooyoung berucap panjang lebar.
"Lalu-"
"Aku belum selesai berbicara, oppa." Dia memotongku. Terlihat sekali jika dia tidak menyukai si Myoui Mina ini.
"Baiklah, lanjutkan." Kuambil Yeontan dan meletakkannya di pangkuanku, sekedar untuk membunuh bosan mendengarkan gerutuan Sooyoung.
"Dulu Jimin oppa sangat bodoh karena menuruti semua yang diminta oleh Mina. Dia merasa cukup dengan adanya Mina. Lalu tahun depannya gadis toxic itu kembali ke negara asalnya. Dia pindah ke kampung halamannya di Jepang. Meninggalkan Jimin oppa tanpa ada penjelasan sedikitpun. Dan ketika Jimin oppa sadar, dia sudah tak memiliki teman sama sekali. Semua orang sebal padanya karena dia benar-benar 'Budak Cinta'."
Park Sooyoung, tidak tahukah kau jika saat ini kakakmu itu juga menjadi 'Budak Cinta' dengan kekasihnya. Kurasa memang seperti itulah Jimin ketika jatuh cinta. Seharusnya dia bersyukur karena mendapatkan gadis seperti Seulgi. Aku tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang jika dia menjalin hubungan dengan gadis seperti Mina. Jika mendengar dari cerita Sooyoung barusan, sepertinya gadis itu sangat mengerikan.
"Ah, ya. Bagaimana kabar Seulgi eonni?" tanyanya mengalihkan topik seketika.
"Dia baik, baru tadi pagi aku mengantarnya mencari buku." Jawabku
"Kenapa bukan Jimin oppa yang mengantarnya?"
"Jimin bilang dia ada perlu dengan klien nya, jadi dia memintaku untuk menggantikannya menemani Seulgi mencari buku."
"Klien? Ah, si bodoh itu." Sooyoung menghentakkan kakinya kesal. Dia berdiri dan langsung menuju ruang tengah. Meninggalkanku dan Yeontan di taman belakang.
"Oppa, nanti malam aku mau menginap di tempat Kang Seulgi, kekasihmu."
Park Sooyoung berteriak dari ruang tengah dengan menekan kata 'Kekasih'
Aku mendengarnya dengan jelas dari taman belakang, bahkan Yeontan ikut terbangun mendengar teriakannya.
"Hei, Park Sooyoung jangan membuat keributan di rumah orang lain. Kau kira ini hutan!?" itu suara Jungkook yang tidak terima tidur akhir pekannya terganggu, ikut berteriak dari kamarnya di lantai atas.
***
"Jim, aku perlu bicara padamu." Ujarku pada Jimin yang sedang sedang memainkan handphone diatas kasur kamarnya. Dia bangkit duduk dan meletakkan handphonenya dibawah bantal. Kuikuti dia duduk di pinggiran tempat tidur. Dia menundukkan kepalanya, tidak mau menatapku.
"Kau bilang ada urusan kantor 'kan?" Tanyaku memulai pembicaraan.
"Itu memang urusan kantor, Tae."
"Mendengar dari cerita Sooyoung, sepertinya itu bukan hanya urusan kantor."
"Dia kemari sebagai klien-"
"Dan teman lama." Sambungnya.
"Apa kau sudah mengatakannya pada Seulgi?"
Jimin semakin menundukkan kepalanya, menggeleng pelan dan memainkan ujung selimutnya. Aku tau dia merasa bersalah, dia tidak akan berani menatap mata lawan bicaranya jika dia tau dia salah. Kutepuk pelan bahunya dan mengelus kepalanya. Jimin seperti bayi jika seperti ini.
"Katakan yang sebenarnya pada Seulgi, tidak seharusnya kau membohonginya seperti ini."
"Kau mencintainya 'kan?" Jimin mengangguk pelan.
"Dia juga mencintaimu, Jim."
"Dia tidak tampak baik akhir-akhir ini-"
"Dan itu selalu ketika aku disana menggantikanmu."
"Aku percaya kau adalah pria yang baik." Jimin mengangkat wajahnya dan mengangguk cepat.
Please wait for the next part :)
Jimin nyebelin kan, iya kaan??
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SOMEONE
RomanceMereka bilang, jika kau mencintai seseorang kau akan membuka hatimu. Mereka bilang, jika kau mencintai seseorang kau akan membuat ruang untuknya. Dan ya, aku akan mengatakannya. Jika kau mencintai seseorang dan kau tidak merasa takut kehilangan di...