Bagian 6 - He Did It, Again

237 54 1
                                    

Semula, aku ingin 'Kencan Rutin Tuan Park' ini berjalan dengan semestinya. Menghabiskan waktu seharian penuh bersama dengan Jimin. Meskipun aku lah yang mengusulkan untuk merayakan keberhasilan pengangkatan Taehyung sebegai pimpinan proyek. Tidak masalah asalkan Jimin masih disini. 

Tapi, Kim Jongin. Dia membuat Jimin meninggalkanku beberapa langkah di belakang, dengan sekantung jeruk mandarin titipan Wendy. Mereka akrab, pembicaraan khas kawan lama yang sudah kutahu pasti berakhirnya seperti apa. Jimin tampak menganggukkan kepalanya dan melihat kearahku. Kulemparkan senyumku ketika Jongin mengikuti arah pandang Jimin.

Baiklah, mereka sudah lima tahun lebih tidak bertemu. Aku tidak terlalu dekat dengan Jongin. Jadi kurasa tidak ada basa-basi apapun yang bisa kulontarkan padanya. Aku mengenal Kim Jongin sebagai salah satu teman sereguku ketika ospek universitas beberapa tahun silam. Hanya teman seregu, tidak ada moment berarti yang membuatku bisa lebih mengenalnya, sebelum setahun kemudian dia memutuskan untuk pindah ke institut seni di ibukota. Lain halnya dengan Jimin yang merupakan anak dari teman dekat ibu Jongin. Jimin sudah berdiri dihadapanku ketika aku baru saja menyadari aku telah tenggelam beberapa detik dalam memori tentang Kim Jongin.

"Seul, aku sudah lama tidak bertemu Jongin. Kau tau kan, teman lama."

"Ada banyak hal yang ingin kalian ceritakan bukan?"

"Yah, kau tau, jadi- mmm.. bolehkah-"

"Pergilah." Kupotong ucapan Jimin secepat yang kubisa.

"Kau tidak apa-apa kutinggal sendiri?" matanya tampak cukup khawatir. Khawatir meninggalkanku sendirian atau khawatir aku marah padanya?.

Hhh, kau tidak boleh begitu Kang Seulgi. Mereka teman lama. Ingin bertukar kabar itu hal yang biasa. Ya, mungkin tatapan khawatir itu karena Jimin benar takut meninggalkanku sendirian.

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepalaku. Kurasakan telapak tangannya mengusap puncak kepalaku lembut. Dia menatapku dalam.

"Aku akan menitipkanmu pada Taehyung. Berhati-hatilah di jalan pulang nanti, dan tolong sampaikan salamku pada yang lain. Aku pergi dulu, Seul."

Dia melambaikan tangannya dan berjalan keluar dari area taman bersama Jongin.

Hhh, punggung Jimin menjauh. Padahal ini 'Kencan Rutin Tuan Park'. 

Dasar Park Jimin menyebalkan, berani-beraninya dia mengusulkan 'Minggu Sore Rutin Tuan Park' jika di agenda wajibnya saja dia masih pergi.

***

Sudah hampir tiga jam kami menghabiskan waktu di taman Hangang. Beberapa tangkup roti tawar dengan selai blueberry juga sudah berpindah ke perut Jungkook.

"Oh, Seulgi-yah."

Seruan tiba-tiba Hoseok yang sedang bermalas-malasan disampingku cukup membuatku terlonjak. Aku berpaling ke arah jalan setapak tak jauh di depanku. Kulihat Seulgi disana, dengan sekantung tas belanja di tangan kanannya. Entahlah, tapi wajahnya tampak kurang bersemangat. Tidak seperti saat Jimin mengajaknya mencari bungeoppang tadi.

"Dimana Jimin?" tanya Wendy seolah mengetahui isi pikiranku. Diambilnya kantung belanja yang ternyata berisi jeruk mandarin dari tangan Seulgi. Seulgi sudah mendudukkan dirinya di tikar kepala iron man yang juga kami duduki. Seketika kulihat perubahan ekspresi yang begitu cepat darinya. Dia tersenyum cerah sembari mengatakan bahwa Jimin bertemu dengan Jongin dan pergi dengannya tadi.

"Nanti dia akan langsung pulang ke rumah sewa." Seulgi berucap begitu ringan.


Dia tampak baik-baik saja.

Lalu ada apa dengan ekspresinya sebelum ini?


"Ah, mataharinya sudah terlalu menyengat. Bagaimana jika kita kembali?" ujar Hoseok.

"Bagaimana jika makan siang? Aku lapar." Tawarku, mencoba mengalihkan pikiran-pikiran konyol tentang perubahan drastis raut wajah Seulgi. Selain itu juga perutku sudah sangat berisik. Aku hanya mendapatkan satu tangkup roti dan sisanya dilahap habis oleh Jungkook.

Sontak Jungkook membuka matanya yang terpejam sejak sejam yang lalu.

"Lets get lunch, dude."

***

"Setelah ini kalian pulang saja lebih dulu. Aku ingin berjalan-jalan sebentar. Cuacanya minta di potret, hehe."

"Ah, hyung, kenapa kau harus hunting hari ini, sih?"

"Karena aku ingin."

"Tch, kau ini. Aku ingin ikut."

"Aku tidak melarangmu ikut."jawabku sekenanya.

"Tapi laporan pertanggungjawaban bidang pengawasan selama di Ilsan kemarin belum kuselesaikan. Bisa dicap tidak kompeten aku nanti." Jungkook mulai menghentakkan kakinya.

"Kalau begitu selesaikan."

"Kau menyebalkan, hyung." kini dia melemparkan tatapan jengkelnya padaku. Ah, bagaimana bisa dia tampak seperti bocah 6 tahun dengan badannya yang besar itu.

"Sepertinya itu bukan hal yang baru, Jungkook-ah."

"Tidak perlu menjawabku, hyung."

"Aku mengata-"

"Sudahlah, Tae. Jangan terus menggodanya." lerai Wendy. Kucolek dagu Jungkook, dan dia langsung menepis tanganku. Menyenangkan mengganggunya seperti ini.

"Taehyung-ah, boleh aku ikut hunting foto denganmu? Aku ingin mencobanya." Ujar Seulgi seraya mengangkat kamera analog yang sedari tadi ditentengnya. Tentu saja aku setuju. Siapa yang tidak senang mendapatkan teman hunting bersama, apalagi Seulgi juga penggemar tipe analog film cam.

Setelah makan siang di rumah makan cepat saji di daerah Sodaemun-gu kami berpisah. Hoseok, Wendy, dan Jungkook akan langsung pulang karena hari juga sudah cukup sore. Jungkook tidak ingin bergabung dengan kendaraan lain di macetnya jalanan Seoul ketika weekend. Sementara aku dan Seulgi menuju halte bus terdekat untuk menuju ke daerah Mapo-gu. 






Please wait for the next :)


Aku bela-belain update jam segini demi kalian wahai para readers, hehe.

Sorry ya kalo banyak typo.

Asli ini mata minta diistirahatkan.

Btw, ini udah jam 02.18 WIB. Jadi selamat pagi :))))

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang