Bagian 17 - Burying or Lying

313 41 10
                                    

Sudah terhitung dua bulan sejak pernyataan Wendy dan Yoongi hyung tentang hubungan mereka, selama itu pula Hoseok tidak lagi berkunjung ke rumah Seulgi dan Wendy. Hoseok juga menjadi lebih tertutup akhir-akhir ini. Tidak berisik seperti biasanya. Dia bahkan tidak mengomel ketika bungkus snack Jungkook tercecer di ruang tengah, atau ketika aku lupa menaruh kaus kakiku di bak cucian. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di kantor, dan pulang ke rumah dengan bau alkohol yang menyengat. Ini pertama kalinya aku melihat kondisi Hoseok yang begitu berantakan.

Jungkook yang lebih sering berada dirumah mengatakan bahwa Hoseok sering kali mengabaikan ajakan main playstationnya. Pernah sekali bayi besar itu masuk kekamar Hoseok dan merengek padanya lalu Hoseok marah besar dan mendiamkan Jungkook selama beberapa hari sebelum akhirnya meminta maaf. Tapi tak ada yang berubah dari sikap Hoseok. Rasanya begitu kacau, aku tidak dapat berbuat apa-apa karena urusan kantor yang menyita banyak waktuku.

Sebulan ini terasa melelahkan. Proyek yang kukerjakan mulai menemukan titik terang. Konflik dengan para pemilik gedung sudah teratasi dengan baik, dan sekarang mulai masuk ke tahap pembangunan. Semua ini berkat Seulgi. Dia benar-benar banyak membantuku.

Ah, benar, mengenai Seulgi. Sudah hampir 3 minggu ini kami tidak bertemu. Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat Jimin menelponku, dan memberi kabar bahwa dia perlu menetap di Jepang sedikit lebih lama karena ada kendala dalam pendiskusian dengan para pemangku kepentingan. Dia merasa bersalah pada Seulgi, dan memintaku untuk menemui Seulgi karena kekasihnya itu pasti tidak baik-baik saja.

Ya, beberapa hari menjelang kepulangan yang Jimin janjikan pada Seulgi, gadis itu tampak begitu bersemangat. Dia bahkan sudah merencanakan pesta penyambutan kembalinya Jimin dan hal-hal apa saja yang ingin dia lakukan ketika Jimin pulang nanti. Namun ternyata kedatanganku ke rumah sewanya tiga minggu lalu membawa kami pada pertengkaran hebat.

Dia marah padaku karena aku selalu datang untuk menggantikan Jimin. Dan aku juga marah padanya karena selalu merepotkanku. Aku tahu tidak seharusnya aku mengatakan hal itu. Toh, Seulgi juga tidak pernah memintaku untuk datang. Tapi sepertinya suasana hati kami begitu buruk hari itu. Aku benar-benar lelah setelah seharian bekerja dan masih harus menemuinya, sedangkan Seulgi pasti tersinggung ketika aku menyebutnya merepotkan.

Besoknya, baik aku maupun dia sama-sama meminta maaf. Tapi aku jadi bingung untuk mengambil sikap. Ya, mungkin Seulgi memang temanku, tapi di satu sisi dia juga kekasih Jimin. Benar apa yang dia bilang, tidak seharusnya aku selalu menjadi penengah antara dia dan Jimin. Mereka sudah dewasa, dan biarkan itu menjadi urusan mereka. Teman tidak perlu terlibat terlalu jauh. Hal ini juga sudah kusampaiakan pada Jimin, dan Jimin mengerti.

Nyatanya, ketidakhadiran Jimin juga membatasi kontak antara aku dengan Seulgi. Sudah tiga minggu dan hanya dua kali aku menghubunginya. Pertama saat dia meminta foto yang dia ambil dengan kameraku tempo hari, dan kedua ketika aku mentraktirnya makan karena sudah membantu proyekku.

Semuanya tidak berjalan dengan baik, dan menjadi semakin buruk ketika semalam ayahku menelpon bahwa kesehatan nenekku semakin menurun. Memang sudah sekitar empat tahun ini nenekku menjalani pengobatan di rumah sakit. Semenjak aku memutuskan untuk kuliah di kota lain, aku jadi jarang mengunjunginya. Padahal sebelum ini nenek adalah orang terdekatku, bahkan melebihi orang tuaku yang saat itu masih sibuk bekerja.

"Taehyung-ah"

Itu Joohyun-noona. Masih terlihat segar meskipun hari mulai gelap. Mantel ungunya dia tenteng di lengan kanan, Sedangkan tangan kirinya membawa tas jinijng.

"Sudah mau pulang?" tanyaku.

"Ya, ini sudah hampir pukul 6. Kau tidak pulang?" kulihat jam tanganku, benar, ini sudah lewat dari jam pulang kantor. Segera saja kututup laptopku dan memasukkannya ke ransel. Kuhampiri Joohyun-noona dan mengajaknya turun ke lobby bersama. Sesampainya di lobby, aku baru tahu bahwa dia tidak membawa kendaraan, dan ini adalah rush hour sehingga pesanan taksinya tidak direspon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang