20 Juli, 2021
Senin pagi, seperti biasa, selalu membosankan. Rutinitas pagi yang seperti orang kebanyakan. Bangun pagi, pergi mandi, bersiap, dan sarapan segelas air. Apa yang bisa diharapkan dari pria 24 tahun yang tinggal sendiri. Ah, tidak sendiri juga, sebenarnya rumah sewa ini kutinggali bersama Jeon Jungkook, Jung Hoseok, dan tentu saja Park Jimin.
Hidup di ibukota tidak semudah yang kubayangkan dulu. Biaya hidup sangat tinggi, bahkan untuk menyewa flat sendiri saja mungkin membutuhkan 5 kali gaji. Lagipula hidup bersama mereka tidak seburuk yang terlihat. Bagaimana tidak, mengenal mereka selama 4 tahun penuh selama kuliah membuatku bisa mentoleransi segalanya. Termasuk kebiasaan Hoseok yang suka meraba tubuhnya sendiri ketika tidur.
"Aku melakukannya karena aku merasa nyaman ketika sesuatu mengusap tubuhku, lagipula kalian tidak pernah mau mengelus kepalaku sebelum aku tidur. Jadi aku tak punya pilihan lain."
Jung Hoseok selalu mengelak ketika kami membahas kebiasaan tidurnya yang terkesan 'mesum' itu.
06.45
Sial, aku lupa membangunkan Jungkook. Masih ada 45 menit sebelum rapat tim nya dimulai.
"Jungkook-ah" segera saja aku masuk ke kamarnya yang ada di kiri kamar Jimin.
"Dia dikamarku, ah, punggungku sakit karena dia menendangku semalam."
Jimin keluar dari kamarnya, sudah rapi dengan setelan khas pegawai kantoran.
"Kalau begitu tolong bangunkan dia, Jimin-ah. Dia bilang akan ada rapat dengan tim nya pukul 7.30 nanti." Ucapku sambil berlalu menuju pintu depan.
"Baiklah. Ah, nanti aku akan pulang terlambat. Aku akan menemui Seulgi, jadi kalian tidak perlu menungguku untuk makan malam."
"Hmm." Sahutku dari luar pagar.
***
Berbicara tentang Seulgi. Gadis Kang itu masih menjalin hubungan dengan Jimin. Sudah hampir dua tahun, dan tidak ada yang berubah. Mulutnya selalu hampir akan robek ketika tersenyum melihat Jimin. Perkataan Jimin mengenai 'tidak berada di kota yang sama' salah besar. Bagaimana tidak, mereka berdua mengupayakan segalanya agar tidak menjalin hubungan jarak jauh. 'Rentan' mereka bilang. Bahkan Jimin menolak untuk bekerja di perusahaan yang dipimpin ayahnya hanya untuk bisa tinggal di kota yang sama dengan Seulgi. Dan 'Budak Cinta' kubilang.
"Ini perihal rasa, Tae. Kau tidak akan mengerti jika kau tidak pernah menjalin hubungan. Terkadang cinta itu butuh pengorbanan. Carilah kekasih dan kau akan tahu apa itu pengorbanan yang sesungguhnya. Bukan 'Budak Cinta' seperti yang kau katakan."
Aku menyerah. Aku menyerah jika mereka -terutama Park Jimin- sudah berkata seperti itu.
Karena, ya, selama 24 tahun hidupku aku tidak pernah jatuh cinta. Pun aku tidak pernah berusaha membuka hatiku untuk wanita manapun.
Bukan, bukan karena aku memiliki trauma terhadap wanita atau aku memiliki orientasi seksual yang berbeda. Tapi untuk saat ini, itu bukan prioritasku. Dan aku merasa seperti orang bodoh jika membahas tentang hal ini dengan Jimin. Ayolah, Jimin itu buaya. Mulutnya sungguh manis. Bahkan kepada gadis yang bukan kekasihnya saja dia bisa memberi sekotak coklat.
Terhitung 1 tahun 8 bulan Park Jimin dan Kang Seulgi menjalin hubungan. Itu merupakan satu-satunya hal yang bisa membuatku melihat Park Jimin sebagai orang yang setia. Atau lebih tepatnya melihat Kang Seulgi sebagai orang yang hatinya seluas samudra.
Tidak jarang Jimin melupakan janjinya dengan Seulgi, dan memilih mengantarkan rekan kerja wanitanya pulang. Dan tidak jarang pula Seulgi mengetahuinya. Tentu saja, karena Jimin akan langsung menelpon atau bahkan mendatangi rumah sewa Seulgi hanya untuk meminta maaf dan menjelaskan segalanya pada Seulgi. Dan lagi-lagi, hati Seulgi seolah memang tercipta untuk memaafkan segala kebodohan Jimin.
"Hidup Jimin tidak hanya berputar padaku, Tae. Banyak hal yang harus dia selesaikan. Aku tak masalah selama dia mengakui kesalahannya" jawaban Seulgi selalu sama tiap kali aku menggerutu tentang Jimin di hadapannya.
Ya, salahku memang karena memaki Jimin didepan kekasihnya.
Dan jawabanku pun tetap akan sama, "Dasar budak cinta."
"Taehyung-ah, kau tidak pulang? Ini sudah pukul 7"
Kutolehkan kepalaku kearah luar jendela ruang Departemen Pengembangan. Sudah gelap. Keregangkan otot punggungku yang pegal karena duduk seharian.
"Kau akan langsung pulang, hyung?" tanyaku pada Namjoon yang sibuk menatap layar ponselnya.
"Ya, aku harus menjemput keponakanku di tempat lesnya."
"Ah, kemana adikmu? Bukankah biasanya dia akan bersama Yeri?" tanyaku lagi setelah selesai mengemas barangku, dan berjalan bersama Namjoon menuju lobby.
"Dia sedang ikut acara kampus di luar kota, Haeun menjadi tanggungjawabku selama satu minggu ini."
"Ah, baiklah. Hati-hati dijalan, hyung. Hujan deras, tidak perlu mengebut. Haeun anak yang baik, dia tidak akan pergi kemana-mana jika belum dijemput."
"Ya, terimakasih Taehyung-ah. Kau juga berhati-hatilah dijalan. Jika bisa tunggu saja hujan reda, daripada kau basah kuyup membawa motormu." pesan Namjoon sebelum berjalan menuju parkiran mobil.
Ya, diluar sedang hujan deras-derasnya. Benar kata Namjoon, lebih baik aku menunggu di lobby hingga hujan cukup reda. Ku lihat ponselku yang seharian ini tidak kusentuh.
2 Missed call from Kang Seulgi
Seulgi? Ada apa dia menghubungiku?
Baru saja aku akan menghubunginya ketika rentetan notifikasi Line masuk ke ponselku.
Taehyung-ah, apa kau sibuk?
Apa Jimin bersamamu?
Kuhubungi ponselnya tidak aktif sejak jam 5 tadi.
Apa dia ada mengatakan memiliki jadwal lain padamu?
Lagi-lagi seperti ini.
Dasar Park Jimin bodoh.
Dasar Kang Seulgi yang lebih bodoh.
Kau dimana? Aku baru selesai bekerja.
Dia hanya bilang kalau dia akan menemuimu malam ini.
Dan sepertinya dia lupa.
Kau tahu sendiri kekasihmu itu begitu ceroboh.
Kang Seulgi is calling..
Halo, Taehyung-ah..
Aku ada di kedai seafood dekat kantormu,
Kemarilah, aku lapar.
Temani aku makan.
Tidak usah mengebut, jalanan licin.
Aku akan menunggumu, berhati-hatilah dijalan, bye.
"Ya" hanya itu jawabanku untuknya.
Ini sudah biasa, akulah yang akan menemani Seulgi ketika Jimin kembali bertindak ceroboh.
Kumasukkan ponselku ke dalam saku, dan bergegas menuju parkiran untuk pergi ke kedai seafood yang Seulgi sebutkan tadi. Syukurlah, hujan sudah cukup reda. Hanya tinggal gerimis kecil. Setidaknya aku tidak perlu berbasah-basahan untuk menghampiri kekasih temanku -yang sendirian di kedai seafood di malam hari- karena kekasih bodohnya itu melupakan janji mereka.
Please wait for the naxt part :)
Dasar Park Jimin dan Kang Seulgi bucin hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE SOMEONE
عاطفيةMereka bilang, jika kau mencintai seseorang kau akan membuka hatimu. Mereka bilang, jika kau mencintai seseorang kau akan membuat ruang untuknya. Dan ya, aku akan mengatakannya. Jika kau mencintai seseorang dan kau tidak merasa takut kehilangan di...