Bagian 4 - Kencan Rutin Tuan Park

306 69 1
                                    

25 Juli 2021

Sabtu pagi, ah selimutku yang nyaman. 
Aku tidak ingin pergi kemanapun hari ini .

Aroma bawang bombai nya sungguh enak. Apakah Hoseok memasak?

"Taehyung-ah, bangunlah. Ada Wendy dan Seulgi di ruang tengah." Bukan Hoseok yang memasak, suaranya baru saja terdengar di balik pintu kamarku.

Kubuka pintu dan segera turun menuju ruang tengah.

Cih, apa-apaan itu.

Seulgi sedang menyuapi Jungkook yang hanya membuka setengah matanya. Masih mengenakan kaos iron man hitam yang tidak digantinya sejak 2 hari yang lalu.

Dan lihatlah bagaimana ia membuka mulutnya ketika satu sendok penuh sereal mengarah ke mulutnya.
Apa dia bayi? Umurnya 23 tahun September nanti.

Aku mengabaikannya dan berjalan menuju dapur. Kulihat Wendy disana. Sibuk dengan penggorengan dan potongan ayam.

"Oh, Taehyung-ah. Bisakah kau membantuku mencuci ayam itu?"

"Apa yang membawa kalian kemari di pagi buta seperti ini?" jawabku sambil mencuci potongan-potongan ayam sebesar dadu di wastafel.

"Pagi buta? Ini jam 7, Tae."

"Aku ada perlu dengan Hoseok, dan Seulgi memiliki janji dengan Jimin." Lanjutnya sembari memsukkan potongan ayam yang telah kucuci ke penggorengan.

"Ah, jadwal kencan rutin Tuan Park." hampir saja aku lupa, ini adalah sabtu di minggu keempat bulan Juli. Jimin dan Seulgi selalu menjadwalkan kencan di hari sabtu pada minggu kedua dan keempat dalam satu bulan. Dan dihari itu mereka akan bersama tanpa menerima interupsi dari pihak manapun.

Wendy menyebutnya 'Kencan Rutin Tuan Park'.

Karena Jimin adalah orang sibuk, maka mereka tidak bisa berkencan setiap saat.

Aku kembali menuju ruang tengah, dan kulihat Jeon Jungkoook kembali berulah.

"Noona, semalam aku digigit nyamuk, lihatlah perutku jadi merah-merah."

"Park Jimin! Jungkook menunjukkan perutnya pada Seulgi, oh tidak, dia mulai membuka bajunya. Jimin-ah kemarilah!! Dia menyerang Seulgi!!!" seruku.

Kudengar bunyi berdebum dari arah kamar Jimin, dan handuk biru melayang kearah Jungkook.

"Hei, Jeon Jungkook!!" Jimin barlari dan terpeleset di depan Jungkook.

"Hei, Kim Taehyung!!"

Jimin dan Seulgi berteriak bersamaan. Sementara Jungkook hanya melebarkan matanya sambil berhenti mengunyah sereal di mulutnya. Handuk Jimin mendarat tepat di wajahnya.

"Ow, ehehe." Dan aku berlari menuju kamar mandi.

***

"Wendy-ah, sepertinya hari ini Yoongi-hyung­ tidak bisa bertemu kita. Dia akan pulang ke rumahnya dulu untuk menyapa keluarganya."ucap Hoseok saat kami sarapan masakan Wendy di ruang tengah. Mengenai Yoongi, dia adalah teman satu unit kegiatan mahasiswa mereka sewaktu kuliah. Dia baru kembali dari London setelah menyelesaikan studi S2 nya disana.

"Kalau begitu jangan pergi, temani aku main game saja dirumah." Sahut Jungkook sambil mengunyah sarapan keduanya. Pantas saja dia tumbuh sebesar itu. Makannya seperti orang yang akan berperang.

"Baiklah, kalau Yoongi-oppa tidak bisa. Aku tidak masalah. Sepertinya bermain game bersama Jungkook tidak buruk."

"Kau memang yang terbaik, Noona."

"Ah, bagaimana dengan promosimu selasa lalu, Tae." Tanya seulgi.

"Hei, Kim Taehyung adalah temanku, tentu saja dia berhasil mengambil jabatan pimpinan proyek untuk pembangunan underpass di Myeong-dong." Jimin merangkulku, dan mengambil potongan ayam terakhir dari piringku. Baru saja akan ku tepuk dahinya sebelum Seulgi berkata "Kalau begitu, bagaimana jika kita merayakan keberhasilan Taehyung hari ini?".

"Aku ikut! Aku ingin makan roti dengan selai blueberry di taman Hangang."

"Kau bilang ingin bermain game dirumah saja, Kook."

"Tidak, aku berubah pikiran. Bisakah kita mengajak Namjoon-hyung? Agar Yeri juga ikut, hehehe."

"Yeri baru kembali dari acara kampusnya besok, Jungkook-ah" sambarku. Kulihat ia mengerucutkan bibirnya lucu.

"Bagaimana, Jim?" Hoseok menatap Jimin penuh harap.

"Ayo bersiap, jam 9 kita berangkat."dan mereka membubarkan diri. Jimin, Jungkook, dan Hoseok segera menuju kamar masing-masing untuk bersiap. Sedangkan Seulgi dan Wendy, membersihkan piring kotor di meja, dan menyiapkan bekal untuk nanti. Sementara aku, duduk bergeming di sofa. Bersama Yeontan di pangkuanku.


Ya Tuhan.

Aku bersyukur memiliki mereka.


"Tae, bersiaplah. Jangan tertidur karena bulu halus Yeontan."




Tch, Jimin si perusak moment.


Please wait for the next part :)


Pengen jadi Yeontan deh rasanya :)

Jangan lupa vote dan comment ya, biar semangat nulis hehe

LOVE SOMEONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang