Hari ini Alice akan menepati janjinya untuk menemui seseorang di sebuah tempat yang sudah mereka janjikan. Kebetulan juga kedua orang tuanya punya acara sehingga ia bisa ijin untuk pergi menemui orang itu. Siapakah yang akan dia temui? Lalu apa yang ingin mereka bicarakan?
Pukul 6 sore, mereka bertemu di sebuah tempat yang bisa dibilang cukup rahasia dan hanya ada mereka berdua. "Hai," sapa Alice terlihat sedikit canggung karena keduanya lama tidak bertemu. "Aku pikir kita terlihat sedikit canggung. Berapa lama kita berpisah?" sahut orang itu seraya tertawa. "Bagaimana harimu?" Alice tak ingin menjawab pertanyaan orang itu, dia langsung bertanya keadaan orang yang sedang menjadi lawan bicaranya.
"Begitu sangat mengasyikkan!" Orang itu terlihat antusias.
"Bagaimana liburanmu?" tanya orang itu.
"Cukup membuatku...," Alice bingung mencari kata yang pas. "...setidaknya aku merasa hal yang ingin aku rasakan, bisa bersama kedua orang tuaku."
"Ah...apa kamu mendengar kabar itu?"
"Kabar apa?" Alice benar-benar tak mendengar kabar apapun selama ia liburan. Entah mungkin dia sengaja melakukannya. Dia pun mengecek ponselnya dan melihat Naila sudah mengiriminya pesan cukup banyak.
"Ah...dia," kata Alice.
"Apa itu mengganggumu?" kata orang itu.
"Tidak sama sekali. Aku bahkan tahu ini darimu, jika tidak, mungkin aku tidak akan tahu apapun."
"Apa itu mengganggumu?" tanya Alice.
Orang itu mengangguk, "aku mengkhawatirkanmu."
"Kamu harus fokus dengan apa yang sedang kamu lakukan sekarang. Aku benar-benar tidak apa-apa," jawab Alice.
Keduanya pun kemudian membuat semakin hening, seketika angin datang menyapa mereka. Angin malam yang mulai dingin. "Hmmm...aku ingin bertanya sesuatu padamu." Alice menoleh padanya. "Tanyakan saja," kata Alice. "Aku ingin tahu tentang Harry." Alice sedikit terkejut mendengar lawan bicaranya bertanya tentang mantannya. "Tiba-tiba?" sahut batinnya. "Apa kamu yakin?" tanya Alice lagi. Orang itu mengangguk dengan mantap. "Aku takut kamu cemburu lagi," kata Alice dengan tawa kecilnya.
Lawan bicara Alice tak lain adalah Jungkook. BTS punya jadwal konser di Osaka dua hari kedepan dan kebetulan sekali Alice juga sedang berada di Osaka. Mereka tidak tahu tentang hal itu sebelumnya jika bukan Jungkook bilang dia akan pergi Osaka. Sementara Alice ikut ke Jepang karena sebenarnya liburannya akan segera berakhir, daripada dia sendiri di Korea, dia memilih ikut tinggal sementara dengan orang tuanya.
"Harry...," Alice mulai mengingat kenangan lamanya. "Aku mengenalnya karena kita satu jurusan dan kita punya kelas yang sama cukup banyak. Kita menjadi dekat satu sama lain sebagai teman. Harry...," kata Alice dia memandang langit malam yang tampak indah malam ini. "...dia orang yang sangat asyik. Dia tahu kapan harus serius dan kapan harus bercanda. Dia sangat sangat ramah dengan orang baru. Aku sangat menyukai sifatnya yang itu. Dia juga sangat kreatif jadi aku pikir tak heran jika Ray merangkulnya untuk bergabung bersama tim kalian." Alice kemudian melihat Jungkook yang sudah memandangnya cukup lama.
"Apa kamu baik-baik saja?" kata Alice.
"Tidak apa-apa. Lalu?" Alice melihat senyum Jungkook.
"Harry itu seperti kalian. Banyak orang yang mengaguminya. Entah mereka menyukainya atau sekedar kagum dengan kepintarannya. Kita semakin dekat karena kita bertemu di berbagai acara kampus yang kita ikuti dan Harry sering menjadi ketuanya hingga suatu ketika Harry diam-diam menyatakan perasaannya padaku. Kita jadian." Alice melihat ke arah Jungkook kemudian dia melanjutkannya.
YOU ARE READING
When Summer Met Winter #6
Teen FictionThe 6TH series of DECEMBER IS COMING! "Alice dan Jungkook belajar banyak dari setiap masalah yang datang ke dalam hubungan mereka. Mereka mulai mengerti fase dari setiap hidup di dalam hidup dan juga pondasi untuk hubungan mereka. Ada banyak hal ya...