00:00

3 0 0
                                    

Cahaya lampu dari atas meja Alice seolah hanya satu-satunya lampu yang menerangi mereka. Keduanya masih sama-sama membisu. Alice seperti sedang menyusun kata-katanya. Kemudian, tak lama Jungkook mendengar namanya dipanggil. "Jungkook...," kata Alice. Jungkook menatap Alice sekarang.

"Aku punya mimpi buruk tadi," kata Alice. "Entahlah apa itu mimpi buruk atau bukan tapi mimpi itu berakhir menyedihkan," katanya lagi. Jungkook penasaran, "kamu mimpi apa?" tanyanya.

"Bukannya aku pernah bilang seandainya aku tidak pindah ke Korea, apa mungkin aku akan bertemu denganmu, kan? Di mimpi itu, pada akhirnya aku bertemu denganmu. Aku tidak pindah ke Korea dan aku tetap kuliah di negaraku. Tapi seseorang menjadi perantaraku untuk bisa mempertemukan kita."

"Mulanya aku suka dengan musikmu, lalu kemudian aku datang ke konser kalian. Usai itu aku punya jadwal liburan saat aku berhasil diterima di kampus yang aku inginkan. Daddy bilang seharusnya dia ada proyek di Korea tapi sayangnya dia kalah saing dengan temannya, alhasil kita hanya berlibur kesana. Aku menghabiskan banyak waktu di Korea."

"Aku bertemu dengan tante Anne, Alex dan juga Jin. Pada akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang memang seharusnya. Alex dan Jin adalah perantaraku untuk bisa bertemu denganmu. Aku mengenalmu, bukan sebagai Jungkook tapi sebagai JK."

Jungkook masih dengan cermat mendengar cerita Alice, dia hanyut dalam cerita pacarnya itu. Alice pun melanjutkannya, "aku tidak tahu wajahmu bahkan saat pertama kali kita ketemu, kamu mengenakan masker yang membuatku tidak peduli siapa kamu. Lalu, aku bertemu dengan Taehyung karena tante Anne. Aku dan Alex datang ke acara makan-makan yang tante Anne buat. Alex dan aku memperhatikan satu orang yang membuat kita tertawa, dia adalah Taehyung."

"Taehyung lalu hadir di antara kita bertiga. Aku dan Taehyung semakin dekat hingga suatu ketika aku juga bertemu dengan Jimin. Taehyung adalah perantaranya. Kita bertiga kemudian menjadi teman. Seseorang bilang bahwa kita tidak akan pernah terikat oleh ikatan lain selain persahabatan. Entahlah aku sedikit aneh dengan ucapan orang itu. Kita tidak peduli dan kita tetap menjadi kita seperti biasanya. Lalu...," Alice berhenti sejenak untuk bisa menatap Jungkook.

"...lalu aku bertemu denganmu secara tak sengaja. Di saat itu aku menjadi tahu tentang dirimu yang sebenarnya. Tentang kamu yang ternyata adalah Jungkook, anggota BTS. Aku cukup terkejut tapi hanya kamu yang membuatku merasa berbeda saat kita ketemu. Entahlah apa mungkin kita memang ditakdirkan?"

"Lalu kita pergi ke taman sungai Han. Kita bicara banyak hal dan seketika kita jadian. Kita membuat ikatan itu. Tapi...," nada suara Alice berubah secara tiba-tiba. Kedua jarum jam, mulai bergerak semakin mendekati, dekat dan semakin dekat. Hampir pukul 00:00, Jungkook seharusnya sudah pulang.

"Tapi kemudian hari berlalu, waktu liburanku hampir berakhir. Aku harus pulang kembali ke negaraku dan kesempatan kita untuk ketemu akan sangat jarang. Aku mengajakmu untuk bicara di malam itu."

"Aku ingat jelas malam itu sangat larut saat kita bicara. Pikiranku juga tidak fokus karena aku terus memikirkan perpisahan kita. Aku ingin jujur tentang keadaanku, tentang aku yang mungkin akan sibuk atau bahkan kamu yang juga pasti sibuk dengan jadwalmu, hingga akhirnya aku bilang aku harus pulang dan kembali. Lalu...,"

"...lalu kamu bilang dengan cepat bahwa kita putus saja. Aku benar-benar terkejut seolah seseorang datang memukulku. Aku bingung dan aku berusaha untuk tidak menangis di depanmu. Aku juga kesal kenapa kamu bilang putus saat itu. Aku juga bingung pada siapa aku harus mengadu, rasanya aku ingin cepat pergi dari hadapanmu."

"Aku terus menahan tangisanku hingga aku benar-benar pergi dari pandanganmu dan saat itu, aku menangis sejadi-jadinya. Aku menangis seorang diri tak peduli siapa yang melihatku, yang ingin aku luapkan hanya tangisanku." Jungkook memegang tangan Alice, dia melihat Alice larut dengan cerita mimpinya, yang seperti akan menitihkan air matanya.

"Aku...merasa secepat itu aku harus kehilangan kamu dan kenapa kamu harus bilang putus. Aku jadi terus memikirkan hal itu sepanjang kita pulang. Apa...jika seandainya waktu membuatku harus kembali pergi ke negara ku lagi, apa...kamu akan memutus ikatan kita?" Alice menitihkan air mata pada akhirnya. Jungkook terus memegang tangan Alice dengan erat. "Aku juga jadi takut kehilanganmu, Jungkook. Aku merasa tidak ingin jauh darimu. Sekarang ini kita menjadi sangat jauh lebih baik. Waktu terus memihak kita dan keadaan terus menjaga kita. Suatu saat nanti, aku pikir akan ada saatnya aku harus kembali, Jungkook. Aku di sini tidak untuk menetap, aku di sini karena daddy dan karena aku kuliah disini yang membuatku bertahan lama."

"Aku terus memikirkan itu. Aku takut...," kata Alice dengan lirihnya.

"...Alice," kata Jungkook.

"Aku tidak akan pernah pergi lagi dari sisimu. Seberapa jauh jarak kita pada akhirnya nanti, akan ada waktu dimana kita akan bisa bersatu lagi. Percayalah. Aku akan memastikan aku akan terus berada di sisimu. Bukannya kita sudah terbiasa dengan jarak itu??" Kata-kata Jungkook membuat Alice merasa lebih baik. Jungkook pun memeluk Alice saat kedua jarum jam berada di satu titik yang sama.

Alice pun sekarang jauh lebih lega. Keduanya seperti sudah saling terbuka satu sama lain, tentang apa yang menjadi beban pikiran mereka, karena itulah hubungan mereka menjadi sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Sepertinya tali ikatan mereka semakin kuat. Mereka seolah siap menerima rintangan hidup mereka lagi, setelah apa yang terjadi pada mereka sebelumnya.

***



+ NEXT PART: Dua dunia +

When Summer Met Winter #6Where stories live. Discover now