Part 3

221 29 5
                                    

Author pov

Present time

"Hhaahh..HHaahh!" Irene terbangun dengan peluh yang membasahi tubuhnya.

Setelah ia berhasil menenangkan dirinya dan meminum obat penenang, ia tertawa pelan.

"Mama tampaknya merindukan mu akhir akhir ini nak" kata Irene yang menatap sebuah foto yang ia pajang di nakas samping tempat tidurnya itu.

Irene kemudian bangun dan mengambil baju untuk menggantinya. Kaos kedodoran yang ia pakai untuk tidur sebelumnya ini sudah basah oleh keringatnya, dan tentu saja akan tidak nyaman jika terus memakainya.

Wanita itu tidak bisa lagi tertidur meskipun jam dinding masih menunjukkan pukul 2 pagi. Irene memutuskan untuk mengambil air minum.

Tentu saja suasana sangat sepi, ayahnya tidur di mansion berbeda dengannya, meskipun masih menyatu karena ada sebuah penghubung.

Henry, abangnya, tentu saja berada di London bersama istrinya untuk mengurus Golding Group disana. Sudah 2 bulan sejak kedatangannya kembali ke Malaysia.

Sebelumnya ia tinggal di London, dan sengaja tidak kembali untuk menyamarkan keadaannya yang memang baru mulai diketahui oleh public sekitar 10 tahun lalu.

Yah apa boleh buat, Irene memang baru ada saat saat itu. Karena sebelumnya tidak ada yang bernama Irene Ivanna Golding. Dan di masa masa awal Tiffany menjadi Irene, ia memang sengaja menghilang dan menyendiri di London. Sembari menunggu semua dokumen miliknya jadi, ia juga melakukan terapi rutin pada seorang psikolog.

Tak lupa untuk menghilangkan rasa takut dan juga traumanya, Irene disarankan untuk berenang. Hal ini karena kecelakaan yang dialaminya itu berkaitan dengan air, sempat menyebabkan Irene takut dengan air. Ia bahkan takut jika mendengar suara ombak meskipun hanya dari televisi saja.

Kini semua sudah berangsur pulih, meskipun terkadang trauma itu suka kembali namun ia bisa menghadapi nya denga lebih tenang dan baik.

Tentu saja semua ini berkat konsultasi rutin oleh psikolog dan juga dukungna yang besar dari orang orang yang ada di sisinya.

Irene kembali masuk ke dalam kamarnya setelah ia mengambil air minum. Ia menghempaskan tubuhnya ke sofa di dekat balkon.

Percakapannya dengan Ayse beberapa hari lalu tentang penyakit Daniel, nampaknya membuat Irene menjadi merindukan anaknya itu. Tidak ada yang bisa ia salahkan, toh semua ini merupakan keputusannya.






Bandara Incheon

Irene keluar dari bandara dan disambut oleh jepretan kamera dari paparazzi. Beruntung wanita itu menggunakan topi dan juga kacamatanya. Michael berada di sampingnya dan tak luput dari serangan paparazzi juga.

 Michael berada di sampingnya dan tak luput dari serangan paparazzi juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang