Part 16

129 28 4
                                    

Tepat tengah malam, pintu ruang operasi terbuka. Irene ketika itu tengah menyandarkan kepalanya di bahu Jared. Memang saat itu, hanya ada Irene dan Jared, karena Ayse pulang ke rumahnya, Henry dan Constance juga pergi ke hotel untuk membersihkan diri.

Melihat ada dokter keluar, sontak membuat Irene berdiri dan mendekati dokter tersebut.

"The surgery went well. Tetapi kita masih harus terus memantau kondisi pasien, meskipun saat ini sudah melewati masa kritis, namun pasien masih belum sadarkan diri. Besok pagi, kami akan mengeceknya kembali. Jika masih belum sadar, kami perlu observasi lebih lanjut" ucap seorang dokter.

"What do you mean?" Baru saja Irene bernafas lega mendengar operasi berjalan lancar, tapi ucapan dokter didepannya ini membuatnya mengerutkan kening.

Jared mengeratkan pelukannya dibahu Irene seolah menyelamati wanita itu. Jared bahkan merasa seram melihat wajah Irene yang tampak shock dengan ucapan dokter.

Ekspresi wajah Irene tidak terbaca jelas, wanita itu memberikan tatapan menuntut kepada dokter itu.

"Stase ini adalah penentuan. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan pasien dapat sadar. Normalnya 12 jam setelah operasi mereka sadar, namun tidak menutup kemungkinan membutuhkan waktu lebih lama" jelas Prof. Shetty mengambilalih menjelaskan pada Irene.

"Apa yang menyebabkan mereka sadar lebih lama?" Tanya Irene cepat.

"Banyak faktor. Meskipun begitu, tolong tetaplah berpikir positif. Kejadian seperti itu hanya sedikit dari sekian banyak operasi" ucap Prof. Shetty menenangkan Irene.

Irene hanya mengangguk dan terdiam. Jared sampai bingung harus berkata apa, ia takut salah bicara dan membuat wanita itu semakin sedih.

Irene mengambil ponselnya dan tampak mengetikkan sesuatu. Wanita itu sibuk dengan dirinya sendiri, dan tidak memerhatikan orang lain.

'Surgery done, we have to wait until tomorrow at least and wait daddy to wake up. If not, then something went wrong' ketika Irene dalam sebuah chat.

Henry yang membaca pesan dari Irene langsung menghela nafas. Lelaki itu memeluk istrinya sambil terus berucap harus berbuat apa. Perasaan dan pikirannya bergabung sehingga terlalu sulit untuk dijelaskan.

Irene duduk kembali dikursi, ia tampak menunduk. Jared hanya mengikuti Irene dan memandang wanita itu. Berhati hati agar tidak salah bicara. Hal ini karena pandangan mata Irene tampak kosong.

Bahkan ia menjadikan telapak tangannya tumpuan kepalanya. Wanita itu menghilangkan wajahnya dibalik telapak tangannya.

"Kamu tahu rasanya tidak diinginkan? Aku pernah mengalaminya. Bahkan dulu ketika aku tahu Daddy adalah Daddy kandungku, aku tidak berharap banyak. Dulu aku hidup dalam ketakutan, ketika bertemu Daddy, ia yang mengajariku untuk membahagiakan diri sendiri..."

"...Daddy tidak pernah menyetujui aku memalsukan kematianku bahkan sampai sekarang. Ia bilang, itu hanya menyakitiku saja. Padahal, aku hanya melakukan yang terbaik. Aku ingin anakku bahagia dan aman. Karena kebahagiaannya adalah kebahagiaanku..."

"...Akhir akhir ini aku berpikir mungkin Daddy benar. Setelah kembali dari London kemarin, Daddy pernah bilang kalau aku ini tidak menghargai diriku sendiri. Karena aku menyakiti dan membohongi diriku sendiri. Daddy selalu bilang tak pernah ada yang salah dari kejujuran. Hanya sakit sebentar, setelah itu lega akan datang. Tapi aku takut. Bahkan sampai sekarang..."

"...Jika bukan karena Daddy, mungkin aku sudah tidak didunia ini lagi. Tak pernah terbayang olehku Daddy akan sakit dan aku harus menunggunya bangun. Aku tidak tahu harus hidup bagaimana lagi jika ia tidak terbangun" Ucap Irene pada Jared panjang lebar.

The FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang