Part 13

187 34 10
                                    

Irene pov

Akhirnya hari pembukaan Ikea tiba juga. Hari yang telah dinantikan oleh banyak orang termasuk aku dan juga Dad. Bahkan Abangku pagi pagi sekali menelepon dan menyatakan supportnya padaku. Tak lupa ia juga berterimakasih padaku karena telah mau menyelesaikan urusan Ikea ini.

Maklum saja, project Ikea di Korea ini sebenarnya adalah milik Abangku. Dan karena kami berdua kini tengah bertukar posisi, menyebabkan aku yang mendapatkan mandat untuk menyelesaikan project ini.

Karena telah terbangun pagi pagi sekali, kuputuskan untuk mandi dan segera bersiap ke gereja. Tadi malam sempat ku sampaikan pada Ayu jika aku ingin mengunjungi gereja terdekat. Kurasa Ayu sudah mengerti dan memahami maksud dan juga tujuanku.

Hari ini, tepat 18 tahun yang lalu, anakku Daniel terlahir ke dunia. Sebuah anugrah dan juga hadiah terbaik yang pernah kuterima dari Tuhan. Meskipun dulu ia berada di kandunganku secara tiba tiba. Namun Daniel benar benar sebuah anugrah untukku.

Meskipun aku memang tidak pernah menyangka jika pada akhirnya hubungan kami harus berakhir dimana ia tidak mengenaliku sebagai ibunya. Tapi tak apa. bukankah ini semua yang aku inginkan?

Sudah, tak perlu mendebat dan membahas ini. keputusan ini sudah kuambil dahulu dan sudah final. Aku mengerti mungkin banyak diantara kalian yang membaca cerita ini, tidak terima dengan keputusanku.

Aku bahkan sudah menerima konsekuensi dan juga sakit ini dari awal aku meninggalkannya, jadi.. kumohon hargai aku.

Ini semua untuk kebaikan Daniel. Tak ada ibu di dunia ini yang melakukan hal buruk untuk anaknya. Tak perlu kujabarkan lagi alasannya, sudah berulang kali ku katakan bukan?

Supirku sudah bersiap ketika aku keluar dari mansion. Ayu tidak ikut karena ia harus memantau situasi terkini di Ikea, ia juga berangkat pagi pagi sekali. Biasanya Ayu akan ikut ke gereja meskipun tidak masuk ke dalam. Meskiun kami berdua berbeda tapi kami saling toleransi satu sama lain.

Hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit untuk tiba di gereja dekat mansion. Jangan tanyakan aku dimana lokasinya. Aku ini baru menginjakkan kaki lagi di Korea setelah lebih dari 10 tahun dan baru berada di Korea selama kurang lebih dua minggu.

Aku mengatakan pada supirku untuk stand by dengan ponselnya. Aku mengatakan ia boleh keluar dari mobil dan sarapan namun tidak jauh dari mobil. Supirku hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti apa maksudku.

Begitu memasuki dalam gereja, aku segera duduk. Tidak di posisi depan, karena memang aku hanya berniat berdoa sebentar dan kemudian segera pulang. Aku tidak yakin akan menemukan pendeta yang bisa berbahasa inggris disini.

***

Baru saja aku membuka kedua mataku karena selesai berdoa dan berdiri lalu berbalik untuk menuju pintu keluar, tiba tiba saja ada seseorang yang tersenyum lebar kepadaku. Berdiri dibelakangku sambil menyilangkan kedua tangannya, seolah olah tengah menungguku.

Aku hampir berteriak, beruntung aku menyadari saat ini aku tengah berada ditempat suci. Dan tidak hanya aku maupun dia yang berdoa saat ini.

"Hi Aunty, good morning" sapan Daniel.

"Hhi.. good morning to you too" kataku masih kaget dan memegang dadaku lalu menepuk bahu Daniel.

"Aunty sudah selesai? Maukah menungguku sebentar? Hanya sebentar, aku perlu berbicara dengan Tuhan sebentar saja" pinta Daniel padaku.

Mana mungkin aku bisa menolak permintaannya saat ini. aku hanya bisa menganggukkan kepala ketika ia mengatakan itu. Aku pun duduk dikursi dekat Daniel tengah berdoa, dan melihatnya yang khusyu' berbicara dengan Tuhan.

The FearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang