CHAPTER 8 《Thinkin' 2》

139 12 0
                                    

Happy reading❣

***

Karlyn masih berada dirumah Nancy, mereka berdua sekarang berada didalam kamar dan sedang menonton film horror. Pada saat adegan yang menegangkan tiba-tiba....

Drrtttt drrtttt

"Aa-aaaaa..." mereka berdua teriak terkejut.

Drrtttt drrtttt

"Ada yang menelpon kamu Karlyn" ucap Nancy kepada Karlyn yang masih menutup matanya.

Karlyn mengambilnya dan mengangkatnya.

"Hal---" ucapan Karlyn terpotong oleh penelepon itu.

"Kamu dimana, sayang?" Dan ternyata itu adalah mamanya. Rose.

"Dirumah Nancy, aku akan bermalam disini" jawab Karlyn malas.

"Mengapa kau menghindar ke mama dan papa?" Tanya Rose.

"A-ku tidak menghindar ma"

"Lalu tadi pagi kau mengapa tidak sarapan bersama"

"Karena aku sudah kesiangan dan lagi pula aku membeli sarapan diminimarket"

"Baiklah. Apa kau masih memikirkan perjodohan ini, Lyn?" Tanya Rose mulai serius.

"Talk to you later ya ma. Bye Love you" lalu Karlyn mematikan sambungannya.

Lagi-lagi tentang perjodohan, menolak pun aku tidak bisa. Melihat kedua orang tuaku mengharapkan perjodohan ini. Memang semuanya akan berjalan mulus jikalau aku menikah dengan Gavin?

"Sebaiknya kita tidur, Lyn. Kita besok akan bekerja bukan?" ucap Nancy lalu mematikan laptopnya dan mereka segera tidur.

***

Dari hari pertama dirinya bekerja, Karlyn memang disuruh membuat tugas yang sangat sulit dan melelahkan. Tetapi ia pantang menyerah, ia akan melakukannya dengan giat.
Seperti saat ini hasilnya, ia dipanggil oleh Mr. Martinez keruangannya. Ada apa gerangan?

"Silahkan masuk Ms. Bertrand" ucap Mark mempersilahkan dirinya masuk kedalam.

Suasana masih sama saat dirinya terkurung atau lebih tepat nya dikurung diruangan ini pada saat hari pertama kerja. Ya benar, ruangan Gavin.

"Silahkan duduk Ms. Bertrand" Karlyn duduk disofa yang sama pada waktu Gavin tertidur dipangkuannya. Ya iyalah itukan beberapa hari yang lalu.

"Ada apa tuan memanggil saya kesini?" Tanya Karlyn dengan sopan walaupun enggan melihat kearah Gavin yang berada disebrangnya.

Gavin berdehem. "Apakah benar kamu yang membuat proposal ini?" Menyodorkan dokumen dimeja kearah Karlyn.

"E-em iya, ini saya yang membuatnya. Apakah saya melakukan kesalahan?" jawab Karlyn sedikit rasa tegang.

"Nothing" Karlyn bernafas lega. Setelah itu tidak ada obrolan lagi dan suasana terasa canggung.

"Saya.." Ucap keduanya secara bersamaan.

"Silahkan tuan duluan" kata Karlyn canggung.

"Saya panggil kamu kesini ada dua hal. Yaitu yang pertama kamu sudah membuat proposal yang sangat bagus sehingga menarik investor besar ke perusahaan saya." Ada jeda diperkataan Gavin.

"Dan satu lagi adalah tentang perjodohan kita" Lanjutnya.

"Thank you. Dan soal itu apakah anda menerimanya?" Tanya Karlyn ragu.

Gavin berdiri dan berjalan kearah balkon ruang kerjanya menikmati udara pagi yang segar ini. Mata Karlyn mengikuti setiap gerakan Gavin.

"Seperti yang kau tahu, aku tidak pernah serius menganggap tentang hal percintaan. Jadi kau tenang saja, aku akan menolak perjodohan ini. Konyol bila kita melakukan perjodohan dimasa sekarang ini." Jawab Gavin dengan enteng.

Saat itu juga hati Karlyn sakit, bahwa dialah yang terlalu berharap lebih dari perkataan Gavin yang terpotong waktu di Club malam itu. Ternyata dugaannya benar bahwa Gavin menolak perjodohan ini.

"Baiklah Mr. Martinez, saya pamit kembali bekerja" ucap Karlyn sedikit terburu-buru keluar dari ruangan Gavin tanpa melihat kearah Gavin. Dirinya ingin menangis saat ini juga. Mengapa hatinya ini selalu mengharapkan Gavin?

Duukk...

Karlyn tidak sengaja menabrak bahu pria yang berada didepannya.
"Sorry.." dan ternyata yang ditabraknya adalah Mark, sekertaris Gavin.

"Kau tidak apa-apa Ms. Bertrand?" Tanya Mark heran karena melihat Karlyn yang menunduk sambil menangis. Apakah bos nya melakukan hal yang tidak-tidak kepada wanita ini?

Karlyn tidak menjawab pertanyaan Mark, ia berlari kearah lift dan segera masuk kedalam. Menangis sejadi-jadinya didalam lift, biarkan saja petugas cctv akan melihatnya ia tak peduli. Hatinya sangat sesak sekali, mungkin menangis bisa meredakan sesak hatinya. Mungkin.

Lift berbunyi menandakan bahwa ia telah sampai dilantai tempat ia bekerja. Segera menghapus jejak air matanya dan berjalan menuju ke kubikel kerjanya untuk mengambil tas miliknya mencari ponsel dan pergi ke toilet.

Setelah berada didalam toilet, Karlyn membasuh tangannya. Dan menelpon Nancy. Tetapi tidak ada jawaban dari sahabatnya itu. Mungkin ia sedang banyak kerjaan. Pikirnya.

Menghadap cermin "Nasib mu buruk sekali Karlyn" ucapnya sendiri. Karlyn beranjak keluar toilet dan menuju kubikelnya kembali untuk melanjutkan pekerjaannya. Membuang semua pikiran yang membuatnya pusing dan sesak hati dengan cara bekerja sambil mendengarkan musik dengan AirPods2 miliknya.

Tak terasa waktu jam makan siang, perutnya sudah lapar dan ia berniat untuk mengajak Sindy untuk makan bersama di Cafetaria kantor.

"Tadi kau dipanggil keruangan CEO ada apa Lyn?" Tanya Sindy kepada Karlyn setelah duduk disalah satu kursi di Cafetaria.

"Mengucapkan selamat karena proposal yang ku buat cukup menarik dimata investor besar" Jawab Karlyn sambil memilih menu.

"Great! Tetapi aku lihat kau terlihat sedih setelah keluar dari ruangan Mr. Martinez.." Tanya Sindy lagi karena penasaran.

Karlyn menjawabnya dengan mengangkat kedua bahunya yang bertanda ia malas untuk menjawabnya dan Sindy tau kalau ia sudah terlalu ikut mencampuri urusan orang. Setelah mereka berdua makan siang dan kembali untuk melanjutkan pekerjaannya masing-masing.

Selagi menunggu lift untuk kelantai ruang kerjanya. Karlyn melihat para karyawan menundukan badannya kearah pintu masuk kantor dan ia melihat Papa Alex yaitu papanya Gavin. Papa Alex melirik kearah dirinya dan ia memberi salam dengan menundukan badanya dan tersenyum.

"Hai Karlyn, sudah makan siang?" Tanya Papa Alex kepada Karlyn. Dan para karyawan yang melihat interaksi bos besar nya dengan Karlyn terheran-heran.

"E-em sudah Pa" balas Karlyn canggung. Yang hanya dibalas senyuman oleh Papa Alex.

"Nanti keruangan Papa setelah pulang kerja ya, Lyn" kata Papa Alex dan membuat Karyawan yang mendengarnya sedikit risih karena mereka berpikiran negatif tentang kedua orang ini. Padahalkan tidak!

"Baik, Pa" jawab Karlyn. Setelah itu Papa Alex beserta pengawalnya masuk kedalam lift.

Karlyn melihat Sindy yang sedang terbengong dan ingin diberi penjelasan tentang perbincangan tadi layaknya sudah kenal dekat antara bos besar nya dengan temannya itu.

Saat Sindy ingin bertanya tetapi Karlyn memotongnya.
"Stop! I will tell you soon okay?" Ucap Karlyn kepada Sindy dengan menaruh telapak tangannya dimulut Sindy dan kembali bekerja.

***


VOTE
COMMENT

THANKS

Inside The LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang