Setelah kejadian ciuman yang memabukan tadi, keduanya kembali melakukan gym dan Gavin sepertinya tidak peduli apa yang baru terjadi tadi. Lain hal dengan Karlyn, wajah yang memerah jikalau mengingat kejadiannya. Sial.
"Tubuhmu kurus sekali" celetuk Gavin yang tengah meminum air.
"Apa kau bilang!?" Ingin rasanya Karlyn mencakar wajah tampan itu. Bukankah pria itu mencium dirinya karena melihat tubuhnya? Sudah gila memang pria itu.
Tak ingin berlama-lama disana, Karlyn memutuskan untuk keluar ruangan setelah mengambil tas yang berada dilemari penyimpanan dan pergi ke toilet. Tak sedikit pun dirinya menoleh kearah Gavin. Kekesalannya masih memenuhi otaknya sekarang.
Setelah membersihkan diri dan kembali segar, Karlyn mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut yang disediakan disana. Benda itu berada diluar dan diantara wastafel toilet pria dan wanita. Disela mengeringkan rambut, dirinya melihat Gavin dari pantulan cermin, pria itu baru saja keluar dari toilet pria. Mungkin sehabis mandi juga.
Pria itu mengenakan kaos oblong putih dan celana olahraga hitam panjang dengan rambut yang masih basah. Karlyn yang melihatnya sungguh terpana akan manusia ciptaan tuhan yang sungguh sempurna itu dimatanya.
Lagi-lagi dirinya mengingat ciuman memabukan yang ia lakukan dengan Gavin tadi. Seketika pipinya merona lalu menjadi gugup saat Gavin tepat berada disebelahnya.
Nampaknya pria itu sedang mencari sesuatu, membuka laci-per-laci yang berada dibawah wastafel. Dilihatnya dari pantulan cermin, wajah Gavin sedikit memerah seperti menahan amarah.
Gavin mengambil ponsel yang berada di totebag miliknya lalu menelpon seseorang. "Mengapa mesin pengering rambut disini cuma ada satu saja?!" Lalu mematikan sambungan sesudah mengatakan hal itu.
Apakah pria itu tidak bisa saja menunggu untuk menyelesaikan kegiatan mengeringkan rambut panjangnya?
Tidak peduli dengan keangkuhan Gavin, wanita itu melanjutkan mengeringkan rambut. Sesekali Karlyn melirik Gavin dari pantulan cermin. Saat dirinya melirik tepat kearah mata Gavin dan sialnya mata hijau yang tajam itu juga menatapnya. Karlyn menjadi salah tingkah, lalu berhenti mengeringkan rambut yang sekiranya cukup kering karena ingin segera pergi dari hadapan Gavin sekarang juga.
Disaat dirinya membereskan barang-barang skincare-nya, Karlyn tidak sengaja menjatuhkan barang yang ternyata toner yang ia gunakan jatuh dan pecah sehingga menjadikan lantai yang tadinya kering menjadi sangat basah.
Toner malangku.
Gavin melirik kearah wanita itu sesaat yang kini sedang membersihkan genangan air itu dengan tissue yang tertempel ditembok disana. Pria itu mengambil ponsel lalu menelpon seseorang lagi.
"Panggilkan cleaning service ke toilet sekarang. Cepat!" Lalu pria itu beranjak ingin pergi dari tempat itu tanpa menoleh kearah Karlyn, tetapi ada suara yang mengintrupsinya.
"Gav..." panggil Karlyn yang kini sudah berdiri.
"Apa?"
"Em.. Terima kasih" kata Karlyn dengan senyuman manisnya. Gavin hanya menganggukan kepalanya dan memasang wajah dingin beserta misterius miliknya, setelah itu berlalu dan menghilang dari pandangannya.
"Mengapa perlakuan Gavin dan perkataan yang keluar dari mulutnya itu selalu misterius?" Ucapnya pada diri sendiri.
Tak lama seorang cleaning service datang dan membersihkan ulahnya tadi. Karlyn mengucapkan terima kasih lalu beranjak keluar untuk kembali kerumah.
***
Saat ia berjalan kearah mobil, Karlyn tak sengaja melihat dua orang pria dengan pakaian tertutup berwarna hitam sedang memperhatikan dirinya dari toko yang berada disebrang. Meskipun sedikit takut, tetapi ia menghilangkan rasa takut itu. Mungkin kedua pria itu tidak sedang memperhatikan dirinya. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside The LOVE
RomansaMereka berdua dipertemukan kembali setelah sekian lama tidak bertemu. Dan kenyataan yang harus Karlyn akui adalah, bahwa ia masih mencintai Gavin selama 6 tahun hingga sekarang. Cinta yang tidak pernah terbalaskan membuat Karlyn ingin segera pergi...