CHAPTER 16 《His Enemy》

62 4 3
                                    

Siang ini Karlyn sudah bisa keluar dari rumah sakit tetapi masih dalam masa pemulihan.
"Lusa saya akan datang kerumah anda untuk mengganti perban nona Karlyn. Ada lagi yang bisa saya bantu?" Ucap Dokter itu.

"Tidak ada. Thank you Loco" Kata Rose. Lalu Loco keluar dari ruang rawat Karlyn.

"Ma, yang jemput bukan Papa?" Tanya Karlyn yang sedang berada dikursi roda yang didorong oleh Rose.

"Tadi Papa telepon jikalau Papamu ada urusan mendadak. Jadi kita naik taksi, karena terlalu lama kalau menunggu supir rumah untuk menjemput kita."

"Baiklah" pasrah Karlyn.

Sesampainya di lobi, Rose beranjak ke resepsionis untuk meminta bantuan memanggilkan taksi untuk dirinya pulang.

Karyln melihat sekeliling rumah sakit keluarganya ini. Terakhir dia kesini hanya menjenguk sepupunya yang sakit, itupun sudah lama sekali.

Melihat pasien yang sedang duduk-duduk ditaman membuatnya tersenyum, tetapi ada hal yang janggal. Siapa orang yang memakai masker itu duduk dibangku taman sambil memerhatikan dirinya? I don't care.

Tak lama, ia didorong kembali oleh Rose menuju pintu lobi dan sudah tersedia taksi disana. Karlyn dibantu masuk kedalam taksi oleh suster dan Mamanya.

Taksi berjalan keluar dari rumah sakit, Karlyn tak sengaja melihat orang yang memakai masker tengah berdiri didekat pintu gerbang rumah sakit ini sambil memerhatikan dirinya.

Aneh sekali.

Tak ingin berlarut memikirkan hal itu, Karlyn memejamkan matanya karena efek perban dikepalanya masih menimbulkan rasa pusing.

Diperjalanan supir taksi itu berbelok kearah (SPBU) dan berhenti untuk mengisi bensin.

"Lyn, Mama ke toilet sebentar ya" Kata Rose yang diangguki oleh Karlyn. Supir taksi itu keluar lalu mengisi bensin mobilnya. Setelah selesai ia kembali masuk lalu melajukan mobil itu.

"Tuan, Mama saya berada ditoilet" ucap Karlyn tetapi tidak diubris oleh sang supir.

"Tuan berhenti sekarang!" Kecepatan mobil itu bertambah lalu supir itu mengeluarkan pistol yang ia ambil dari dashbord mobilnya.

"Jika kau berteriak dan memberontak, pistol ini yang akan bertindak" ucap sang supir. Mengapa kejadian ini terjadi lagi terhadapnya. Siapa lagi yang ingin menculik dirinya.

Karlyn melirik ke kanan dan kiri tanpa ada pergerakan untuk mencari ponsel miliknya tetapi tidak ada. Ia lupa bahwa ponselnya berada di tas Mamanya. Sial. Saat ini yang bisa Karlyn lakukan hanyalah memejamkan mata dan berdoa.

Mobil melaju lebih cepat yang disusul oleh decakan sang supir. Karlyn melihat ke jendela mobil bagian belakang bahwa ada yang mengikuti taksi yang ditumpanginya. Dengan harap semoga mobil itu adalah penyelamatnya.

"Kau menuduk dan lindungi kepalamu" belum sempat Karlyn bertanya, supir itu menembakan peluru kearah belakang dan sontak Karlyn menjatuhkan badannya. Beruntung supir itu menembakan peluru bukan melalui jendela mobil bagian belakang tetapi melalui jendela pengemudi. Peluru itu mengenai ban mobil, sehingga membuat mobil itu tergelincir.

"Mereka akan menyelamatkan ku!" Teriak Karlyn yang masih dalam posisi setengah tiduran.

Supir itu menyeringai dan berkata "Jikalau mereka bisa" dan saat itu juga sang supir menginjak pedal rem sehingga taksi ini berhenti mendadak yang membuat kepala  Karlyn yang terdapat luka perban terpantuk jok mobil pengemudi.

Seketika yang dirasakan oleh Karlyn adalah sakit yang menjalar diseluruh kelapa yang membuat pandangan menjadi gelap. Karlyn pun pingsan.

Taksi itu melaju dengan kecepatan tinggi dan menyalip mobil-mobil yang berada didepannya. Sang supir melihat spion belakang, ternyata sudah tidak ada yang mengikuti.

Tak lama kemudian taksi itu memasuki sebuah pabrik kosong. Masuklah taksi itu kedalam pabrik itu. Disana terlihat sepi sekali. Supir itu keluar lalu mengambil ponsel miliknya dan menelpon seseorang.

"Aku sudah membawanya" ucap sang supir kepada lawan bicaranya lalu mematikan sambungan tersebut.

Tak lama kemudian seorang pria keluar yang diikuti oleh beberapa orang yang sering disebut anak buah.

"Kerja bagus, kawan"

DOR! 
Tergeletak lah mayat sang supir taksi malang itu.

Sang bos mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk mengangkat tubuh Karlyn yang masih berada didalam taksi untuk dipindah kan keruang lain. Karlyn ditempatkan diruangan paling belakang yang cukup sempit. Ia didudukan dikursi lalu diikat kedua tangan dan kakinya dengan tali.

Karlyn mulai sedikit sadar saat ada yang menguncang-guncang kepalanya. Ia membuka mata perlahan lalu terkejut melihat ada seorang pria tepat didepan mukanya dengan tangan si pria yang memegang rahangnya yang tadi diguncang.

Karlyn menepis tangan itu dengan menolehkan kepalanya sembarang dengan kencang sehingga tangan pria itu terlepas dari rahangnya lalu ia bertanya "Siapa kau?!"

Pria itu berjalan mundur dan mengusir para anak buahnya untuk keluar dari ruangan ini.
"Kau mau tahu siapa aku?" Tanyanya menyeringai.

"Akan kuberi tahu siapa aku. Perkenalkan namaku Liam. Musuh dari Jack Bertrand yang licik itu sehingga aku ingin mencekiknya sekarang!!."
Seketika Liam geram mengingat hal itu. Dengan segera ia meredakan amarahnya agar kembali stabil, Liam mengambil rokok yang berada disaku bajunya lalu menyalakannya.

"Aku ingin sedikit bercerita hal manis tentang ayahmu. Ia adalah pria yang cerdas seperti yang kau tahu. Menjalani bisnis dengan maju tanpa penghalang dan menghasilkan uang yang banyak. Benar bukan?" Tanya Liam dan Karlyn tidak bergeming.

"Tetapi yang kau tidak tahu adalah masa lalunya. Ayahmu mencintai seorang wanita yang amat sangat cantik. Menjalin kasih layaknya dunia milik mereka berdua"
Liam kembali menghirup rokok itu dan menghembuskan asap kearah Karlyn dan ia terbatuk-batuk.

Liam tersenyum miring "Tetapi semua berubah karena kedatangan seorang wanita dan mengatakan jikalau dia adalah tunangan dari ayahmu. Wanita terkejut mendengarnya lalu ia---" Liam berhenti bercerita karena emosinya kembali tersulut.

Suara dering ponsel Liam berbunyi. Ia melihat layar ponselnya lalu mematikan panggilannya.

"Lalu ia apa?" Tanya penasaran Karlyn dengan gemetar. Liam hanya terdiam menyeringai lalu ia membuang puntung rokok yang sudah habis itu dan dilemparkan ke arah Karlyn.

"Fuck off!" Umpat Karlyn Dan Liam melambaikan tangannya ke arah Karlyn lalu ia keluar dari ruangan ini. 

"LEPASKAN AKU!!" Teriak Karlyn sambil meronta-ronta. Ia tahu itu adalah hal yang sia-sia.

***

"Pernikahan?" Gavin menyeringai.

"Ada apa, Sir?" Tanya Travis yang sedang mengemudi mobil.

"Kembali ke Kantor"

Didalam perjalanan, Gavin memikirkan kembali tentang kerjasama yang Jack katakan tadi. Sungguh tak habis pikir, mengapa semuanya menyangkut tentang pernikahan. Bukannya wanita itu sudah pasti menolak perjodohan ini, lalu sekarang? Sang Ayah dari wanita itu memintanya untuk menikahinya dengan mengiming-imingkan saham perusahan yang lumayan besar.

***

Gimana???  Terobati nggak gaisss. Huhuuu maaf yaa super duper lama nih update nya wkwk. Karena aku nggak bisa 24/7 untuk nulis ini. Kalo ada ide aja baru aku bisa nulis. Maaf yaaaa.
Komen dan vote ya jangan lupa, biar aku semangat nulisnya😚.


VOTE
COMMENT

THANKS

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Inside The LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang