Fine 10
Luka Hyoran sudah mulai tersamarkan. Meskipun sudah lewat dua hari, tetapi luka di bibir masih terlihat dan masih sakit jika digunakan untuk makan. Pagi ini Hyoran memakai setelan kemeja dan celana bahan untuk pergi ke kantor. Berangkat menggunakan mobil sendiri, karena saat larut Jimin harus pulang. Ada suatu hal mendesaknya.
Arus lalu lintas juga mulai ramai, dan sialnya pagi itu gerimis. Membuat jalanan menjadi basah dan udara agak berangin. Tidak lupa Hyoran mempersiapkan diri untuk bertemu Yoora. Memasuki pelataran parkir, hujan mulai reda. Hyo menyiapkan tas dan kopi hangat yang ia beli saat perjalanan menuju ke kantor.
Flatshoes warna senada dengan kemeja membuat Hyoran nampak lebih cantik nan sederhana, tidak lupa dengan rambut yang diikat asal seperti buntut kuda, menyisakan anak rambut pada tengkuknya.
Kantor sudah mulai ramai karyawan lain. Kantor Hyoran ada di lantai tiga, ia pun berhenti di depan pintu lift yang berjejer tiga, namun semua full. Saat sedang menunggu, sembari menyesap hangatnya hot Americano membuat Hyo tidak fokus dengan siapa ia sedang mengantri menunggu lift datang.
"Aku sudah hampir tiga bulan bersama Seojin Oppa."
Hyoran menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Yoora, ia pun mengerutkan dahi, bingung dengan situasi yang ada. Pasalnya, Hyoran tidak peduli dan tidak mau tahu urusan itu. Baginya, semua adalah masa lalu.
"Aku hanya ingin menjelaskan saja. Sebelum kamu mencecarku dengan pertanyaan dan dugaan-dugaan anehmu." Yoora mengedikan bahu sembari tersenyum remeh.
Hyoran mencebik lalu menatap kopinya. "Jujur saja, aku tidak peduli, Yoora-ssi." Tepat saat itu pintu lift terbuka dan Hyoran langsung masuk ke dalam. Yoora menatap Hyoran tidak suka dan menghentakkan kakinya yang memakai heels.
"Sialan!" Maki Yoora tepat ketika pintu lift menutup. "Kenapa dia bisa setenang itu? Dasar perempuan gila." Yoora naik ke lift yang satunya sembari menahan kekesalannya.
Sebenarnya di dalam hati, Hyoran kecewa dan sakit hati. Ingin rasanya dia memaki dan berteriak di depan wajah Yoora juga Seojin. Tetapi, logikanya mengatakan, ia adalah wanita berkelas. Jadi, lanjutkan hidupmu dan biarkan mereka menyesali perbuatannya.
Hyoran tetap tenang dengan pembawaannya, tidak panik dan tidak agresif. Tetap seperti biasa dan seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Sampai di ruangannya, Hyo meletakkan kopinya dan tas di atas meja. Ia pergi ke toilet untuk buang air kecil dan menata ulang riasan wajahnya. Dan melihat Yoora dari pantulan cermin baru keluar dari salah satu bilik toilet.
"Eonni, apa kamu tidak gusar melihat aku dan Seojin Oppa pacaran?" Tanya Yoora sembari memoles lipstik merah pada bibirnya yang tebal.
Hyoran melihat lewat pantulan cermin. "Haruskah? Sepertinya hanya buang-buang waktu. Lebih baik aku mengurus hidupku dan pekerjaanku, daripada harus sibuk mengurus bawahan dengan bekas pacarku." Hyoran mengedipkan satu matanya dengan centil, lantas dia berjalan meninggalkan Yoora di toilet.
Yoora mendecak kesal, karena usahanya untuk membuat Hyoran nampak gusar gagal dan justru berbalik padanya. "Ish… sialan! Kupastikan dia akan menyesal." Yoora melempar tisu bekas dia pakai mengelap tangannya ke dalam wadah tempat sampah secara asal.
Hyoran lagi dan lagi hanya tersenyum, dia kembali ke ruangannya dan mulai menyalakan komputernya. Duduk di singgasana yang telah tersedia sembari menyesap kopinya sesekali yang belum habis.
Komunikasi dengan Jimin pun lancar. Hari ini Jimin akan datang setelah makan siang karena ada briefing dengan beberapa kawan dan pelatihnya. Jika sibuk dengan pekerjaan, Hyoran akan lupa jika dirinya memiliki masalah. Dia fokus kepada kerjaannya. Hingga tidak terasa sudah waktunya makan siang.
Suara ketukan di pintu membuat Hyora. Akhirnya menoleh dari layar monitor. "Mau makan siang bareng?" Yungi mengajaknya.
Hyoran melihat jam digital pada layar monitor, ternyata memang sudah waktunya makan siang. Karena Hyoran merasa Yoora telah mengkhianati kepercayaannya dan akan berjarak untuk waktu yang tidak ditentukan, akhirnya Hyo menyetujuinya. "Tunggu sebentar, aku save pekerjaanku dulu." Melihat Yungi merespon dengan anggukan kepala.
Beberapa saat kemudian, Hyoran selesai dengan serangkaian kegiatan, dia pun keluar ruangan dan ternyaman Yungi masih menunggunya, menyandarkan tubuhnya ke dinding dengan satu kaki diangkat, dan tangannya sedang men scroll ponselnya.
"Oppa, ayo!" Tutur Hyo yang tangannya langsung melingkari lengan Yungi.
Mereka berdua berjalan santai menuju ke kantin. Yang terletak di lantai basement. Semua orang sudah tahu kedekatan Hyo dan Yungi memang seperti itu, seperti kakak dan adik. Tetapi, dulu rumornya mereka berpacaran. Namun, hilang begitu saja seiringnya waktu berlalu.
"Jadi, kamu sudah putus dengan Seojin?" Tanya Yungi.
"Uhm."
"Ku tebak. Sebelum kamu akhirnya masuk rumah sakit bukan?" Tebak Yungi.
"Benar."
"Kenapa tidak cerita? Apa alasan kalian putus karena Yoora?" Yungi menebak lagi.
Hyoran kali ini menggeleng. Mereka sudah sampai di kantin. Mereka selalu makan di kantin, seminggu dua kali baru mereka makan di luar itupun bersama dengan atasan.
"Ceritanya panjang," kata Hyoran yang sedang mengantri untuk mengambil makanannya.
"Aku banyak waktu." Yungi berjalan lebih dulu dengan tangan berisi nampan makanan mencari meja dan kursi yang kosong.
Hyoran mengikuti di belakangnya dan mereka duduk di tengah. Sembari menikmati makanan, mereka melanjutkan obrolan mereka.
"Waktu itu aku pikir aku akan diajak kencan, sudah siap semua waktu itu. Sengaja tidak mengambil lemburan juga. Sudah membayangkan aku dan Seojin Oppa akan melepaskan rindu di tengah cuaca yang sedang hujan." Hyoran mengedikan bahu. "Sampai di rumahnya aku malah bertengkar karena masalah yang tidak pernah selesai. Waktu. Hingga akhirnya Seojin Oppa memutuskan hubungan secara sepihak. Aku mencoba meyakinkan bahwa aku masih sayang dan ingin berjuang sekali lagi. Tetapi, tetap tidak tertolong. Jadi, aku pasrah dan menerima semuanya." Hyoran melepaskan nafas dengan kelegaan tersendiri.
Hyoran terkejut sekali pada dirinya sendiri. Karena dia pikir akan merasakan sesak jika menceritakan hal itu kepada Yungi-ya atau yang lainnya. Pada kenyataannya, justru dia merasa lega. Ada kelegaan tersendiri meskipun terbesit rasa sedih namun tidak seberapa dan itu hal wajar. Menjalani hubungan selama lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi Seojin adalah pria pertama yang menerima semua hal dari Hyoran.
"Perasaanmu saat ini seperti apa, Hyo? Setelah kamu tahu pada akhirnya ternyata Yoora dan Seojin memiliki hubungan?" Tanya Yungi lagi.
Hyoran meletakkan sendok karena makanannya sudah habis. "Awalnya aku pikir aku akan terus-menerus gagal untuk move-on. Tetapi, setelah aku tahu, justru aku lega. Setidaknya bukan aku yang melakukan itu." Hyoran mengedikan bahunya.
Yungi mengajak Hyoran untuk naik kembali ke kantor. Kini sembari berjalan, Yungi menatap lurus ke depan. "Jimin juga baik, bahkan sangat baik. Sudah lama dia memendam perasaannya padamu. Kurasa, tidak ada salahnya jika kamu menerima Jimin sebagai pengganti."
"Oppa, kamu ini bicara apa?" Hyoran salah tingkah, pipinya merona.
"Aku sedang mencomblangkan mu dengan Jimin."
----Bersambung----
🍃 Lovegreene
2019
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine (✅)
FanfictionBAB TIDAK LENGKAP • Follow dulu sebelum baca! • Bijaklah dalam memilih bacaan! ⚠ DON'T COPY MY STORY ⚠ Rate 18+ ❣ hanya kehaluan penulis karena kekagumannya kepada seorang Jimin dari member boygrup BTS. Fanfiction pertamaku di th 2019, yang sudah...