15 Hyoran Mabuk

65 7 0
                                    

Fine 15 

Hyoran melakukan peregangan pada tubuhnya terutama jari-jari tangannya dan pundaknya yang begitu lelah karena kurang lebih 5 jam lebih menatap layar komputer menyelesaikan beberapa laporan dan tugas untuk artis juga idol yang ada di bawah naungannya. 

Sudah pukul 7 malam, kantor juga sudah terlihat sepi. Di beberapa ruangan, lampu sudah dimatikan. Dan tinggal Hyo juga beberapa rekan lainnya yang lembur. Atau lebih tepatnya melemburkan diri, karena besok ada weekend dan Hyoran tidak mau diganggu dengan pekerjaan lainnya. 

Hyoran pamitan dengan beberapa rekan kerjanya, dan tidak lupa memakai mantelnya. Karena cuaca di luar sudah mulai sangat dingin. 

Sejak beberapa hari lalu, Hyoran sengaja tidak membawa mobil. Lebih memilih menggunakan angkutan umum seperti bus atau kereta bawah tanah. 

Dekat dengan kantor banyak sekali warung tenda yang menyediakan banyak makanan pendamping alkohol. Dan Hyoran memasuki rumah tenda salah satunya. 

"Bi, minta tolong bawakan Soju dan ceker pedasnya. Uhm, jangan lupa dengan kimchi atau acar lobaknya." Hyo dengan sopan meminta pada penjualnya. 

"Iya, sebentar ya." 

Hyo mengangguk dan menatap layar ponselnya selama menunggu pesanannya tiba. Sejak perpisahan malam itu dengan Jimin, Hyo sama sekali tidak menghubunginya. Bahkan mengirim pesan pun tidak. 

Rasa sakit dalam dadanya rasanya semakin parah saja. Beberapa kali Hyoran harus memukul dadanya karena merasakan sesak dan sulit bernapas. 

"Kenapa memukul dadamu seperti itu. Jika merasa sesak, Katakan saja yang sebenarnya, jangan dipendam. Jangan biarkan rasa sakit menggerogoti dirimu sendiri. Jujur dengan diri sendiri lebih baik, meskipun sakit. Daripada harus menipu diri hanya akan membuatmu selamanya dalam keadaan terpuruk," ucap bibi penjual yang datang membawa nampan berisi satu botol Soju dan sepiring ceker pedas untuk Hyoran.

Hyoran menatap bibi itu dan memaksakan senyumannya. Ketika bibi penjual itu pergi, Hyoran mencoba memakan satu ceker dan minum segelas Soju. Rasa panas menjalar langsung di tenggorokannya. Sesaat tubuhnya terasa hangat. 

Suapan dan tenggakan Soju silih berganti. Hingga akhirnya bertambah lagi dan lagi. Ketika Ceker pedasnya habis, kepalanya mulai berputar. Hyoran mulai meracau. 

"Bi, semua yang Bibi ucapkan itu benar. Dan malam ini … malam ini aku akan menemuinya dan mengakuinya. Bahwa diriku sakit, sakit sekali. Aku tidak akan membiarkan dia lepas dariku. Tidak akan," ucap Hyoran dengan suara yang mendayu khas orang mabuk. 

Si bibi hanya tertawa dan mulai cemas ketika melihat Hyoran mulai berjalan sempoyongan untuk keluar dari tenda tersebut. 

"Taksi!" Bibi penjual itu membantu menolong Hyoran memanggil taksi. Supaya Hyoran tidak kesulitan lagi. "Pulang ya, dan istirahatlah," ucap bibi itu kepada Hyoran dan membantu Hyoran masuk ke dalam taksi. 

"Bibi, terimakasih. Cekernya enak sekali. Besok aku akan datang kembali." Hyoran melambaikan tangan dan taksi pun mulai berjalan meninggalkan warung tenda tadi bersama bibi penjual. 

"Nona, aku harus mengantarmu kemana?" Tanya supir taksi dari kaca kecil di depannya. 

"Hmm … kemana ya?" Hyoran berpikir dia akan pulang kemana. Bukannya memilih untuk pulang ke rumahnya. Dia malah menyebutkan alamat dorm dimana Jimin dan yang lainnya tinggal. 

Supir taksi tadi pun langsung menyalakan JPS dan memasukkan alamat yang Hyoran sebut tadi. Setelah itu supir taksi tadi pun membawa Hyoran dengan aman ke tempat tujuan. 

"Aku …. Akan …. Mengatakannya. Aku …. Tidak akan membiarkan siapapun lagi merebut milikku," racau Hyoran di dalam taksi. Perkataan tersebut sebenarnya untuk Jimin. Karena Jimin yang sudah membuatnya kembali terluka seperti itu. 

Tidak lama kemudian, taksi pun berhenti di depan halaman rumah mewah dan begitu besar. Rumah itu seperti rumah kosong, namun banyak sekali mobil yang terparkir di depan halamannya. 

"Agassi, kita sudah sampai. Yang ini bukan rumahmu?" ucap supir taksi yang hampir paruh baya. 

Hyoran menyipitkan matanya dan melihat sekelilingnya dari dalam taksi. Dan benar, tempat itu lah tujuannya.

"Sudah sampai ya! Oke, terimakasih Bapak." Hyoran memberikan beberapa uang lembaran won pada supir taksi. 

Lantas, Hyoran turun dengan terhuyung karena kepalanya pening. Tetapi, tidak sampai jatuh karena keseimbangannya masih terjaga. 

"Oh, rumah Jiminna…." Hyoran tersenyum melihat rumah yang berdiri tegak seperti lengang. 

Kakinya perlahan melintasi halaman yang dihiasi lampu temaram. Salju mulai turun sehingga Hyoran berhenti dan menengadahkan kepalanya ke atas. Tepat ada salju halus yang turun tepat di kening dan hidungnya. 

"Uwaahh …. Salju pertama." Hyoran tersenyum dan memejamkan matanya dengan tangan yang merentang dan menikmati salju yang turun dan di tubuhnya. 

Jungkook membuka jendela di balkon. Tepat saat itu pria bergigi kelinci itu melihat Hyoran yang sedang menari-nari di bawah turunnya salju. 

"Noona?" Jungkook memicingkan matanya, takut salah lihat. "Benar itu Hyo Noona." 

Segera Jungkook berlari ke dalam dan keluar dari kamarnya. Kebetulan di ruangan tengah banyak orang sedang berkumpul sedangkan staf lain sudah pulang. 

"Hyung, Hyung!" Teriak Jungkook dari lantai 2. 

Semua orang menatapnya dengan keheranan. Jungkook berlari sembari menuruni tangga. 

Jimin, Taehyung dan Yungi langsung berdiri karena melihat Jungkook berlari seperti sedang melihat hantu. Yoora, Heosok dan Namjoon pun sontak ikut berdiri. 

"Ada apa Jung? Nanti kamu bisa jatuh," ucap Jimin yang langsung menghampiri Jungkook hendak menangkap. 

"Itu, Hyo Noona … di luar!" Jungkook menunjuk ke arah luar. 

Jimin mendengar nama Hyoran disebut, langsung berlari keluar dan membuka pintu. Begitu juga dengan Yungi. Namun, mereka kalah cepat. 

Hyoran sudah berdiri di depan pintu sembari menatap sinis ke arah Jimin yang diam di ambang pintu. Membuat Jimin terhuyung hampir jatuh karena berhenti mendadak membuat Yungi juga menabrak tubuhnya Jimin. 

"Hyoran!" 

"Ya …. Jiminna …. Kau!" Hyoran menunjuk wajah Jimin dan masuk ke dalam rumah. Wajah dan hidung Hyoran memerah karena cuaca dingin dan efek dari mabuknya. 

"Hyoran!" Jimin berucap lagi. 

"Jangan panggil aku Jiminna … jangan!" Hyoran jalan terhuyung diikuti Jimin dan Yungi dari belakang. 

Hyoran terus berjalan dan sampailah dia di tengah ruangan. Tempat dimana tadi orang-orang sedang berkumpul. 

"Hyo Noona!" Panggil Jungkook. 

"Jungkookkah, kau ada di sini? Wah … kamu ingin merebut Jimin dariku juga? Seperti wanita kecil itu? Iya? Hah! Aku peringatkan kalian, jangan berani-beraninya kalian mengambil Jiminku. Atau aku akan melakukan sesuatu yang akan kalian sesali," ucap Hyoran dan berbalik badan tepat Jimin sedang memegangi tubuhnya Hyoran yg hampir jatuh. "Oh, Jiminna … kamu jangan berani-beraninya meninggalkan aku. Aku … mencintaimu. Aku … aku … mencintamu–" ucapan Hyoran terhenti karena sudah tidak sadarkan diri. 

Jimin keburu menangkap tubuh Hyoran dan menggendongnya. "Aku akan membawanya ke kamarku saja." Jimin menggendong tubuh Hyoran dan langsung membawanya ke kamarnya yang terletak di lantai 2. 

Semua orang menatap Jimin dan Hyoran dengan cemas. Terutama Yungi yang tidak lepas menatap mereka berdua hingga akhirnya hilang dari pandangan. 

-Lovegreene__

💚 Juni 2019






I'm Fine (✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang