"tatto bulan sabit ya?"
Hyoran mengangguk pelan. Ketika seorang detektif pria memakai pakaian bebas, jaket kulit, sepatu kets, kembali menanyakan kronologi kejadian malam itu di apartemennya.
"Apa agensi mengizinkan mereka membuat tatto?"
Hyoran melipat bibirnya ke dalam. "Untuk di beberapa tempat yang terekspose, harusnya tidak boleh. Tapi, di bagian tubuh yang lain, boleh saja. Asal tidak terekspose." Hyoran bingung dengan jawabannya sendiri.
"Apa kamu mencurigai seseorang yang kamu kenal?"
Hyoran mencurigai Junghwa, Jennie dan Jungkook. Tapi, Hyoran malah menggeleng pelan. "Entahlah."
"Mungkin saja kamu kenal seseorang yang memiliki tatto?"
Hyoran mulai pening. Karena sejujurnya ia sudah lelah dengan pertanyaan yang hampir sama setelah dia merasa lebih baik, juga luka tusukannya mulai mengering.
"Pacarku bertatto. Ada beberapa lainnya yang bertatto. Banyak malah. Tapi, untuk malam itu aku rasa orang yang kedua adalah wanita. Ada sisa rambut yang tidak masuk dalam topi. "
"Wanita?" Detektif itu mencatat lagi. Ini adalah info baru setelah beberapa kali interogasi.
Hyoran mengangguk, "iya aku yakin."
"Apa kamu mendengar yang mereka katakan?"
Hyoran kembali menggeleng. "Sayangnya tidak."
Hyoran sebenarnya mendengar jika nama Jimin disebut oleh kedua orang itu. Entah mereka itu siapa, tapi mereka menyebut nama Jimin dengan begitu tegas. Itu sebabnya Hyoran menguping. Namun, sialnya, Hyoran hanya bisa melihat keduanya dalam temaramnya club, tanpa bisa melihat dengan jelas. Dan Yoora mendekat sembari memanggil namanya. Jika saja Yoora tidak datang, Hyoran mungkin tahu apa yang orang-orang itu rencanakan.
Karena kedua orang tersebut menoleh, membuat Hyoran panik dan langsung menarik Yoora ke kamar mandi.
"Kamu ini kenapa sih narik-narik tanganku. Sakit tahu," keluh Yoora sembari mengusap tangannya yang sebelumnya dicekal Hyoran.
Hyoran langsung menutup mulut Yoora dengan telunjuk. "Ssst, kamu ini berisik banget. Aku sedang melihat sesuatu."
Yoora mengerutkan keningnya. "Sesuatu apa?"
Hyoran menghela napas, "entahlah."
Yoora penasaran tapi langsung masuk ke dalam bilik. Dan saat itu Hyoran berbalik, tepat saat itu juga Ia merasakan sakit luar biasa di perutnya. Bau besi menyeruak, sakit dan perih yang luar biasa membuatnya memejamkan mata juga jatuh berlutut.
Namun sebelum ia tak sadarkan diri, ia menarik lengan orang itu dan samar-samar ia melihat tatto bulan seperti bulan sabit. Tapi, Hyoran sadar itu bukan bulan sabit. Ia hanya melihat sisi lainnya saja. Itu mata.
"Pak, maaf aku ralat tatto itu. Sepertinya aku sadar, itu bukan bulan sabit. Tapi, itu mata. Aku hanya melihat sisinya saja. Benar, aku yakin itu tatto mata. Dan...." Hyoran berdebar dan hatinya mencelus , tubuhnya lemas.
"Dan...?" Detektif tadi masih menunggu jawaban Hyoran dengan satu alisnya yang naik.
"Jungkook."
~•~•~•~•~
Koper terbuka lebar, baju berserakan di atas kasur. Dan kamar berantakan. Seseorang sedang berkemas dengan panik.
"Jungkook, mau kemana?"
Jungkook menoleh dengan cepat dan panik. Menatap wajah Yungi dan Jimin di depan pintu kamarnya. "Ah-oh, Hyeong. Aku---aku harus ke Busan. Ibuku akan dioperasi hari ini." Jungkook tidak punya pilihan dan jawaban lain selain berbohong.
Jimin masuk ke dalam kamar Jungkook diikuti Yungi.
"Sakit apa sampai harus dioperasi?" Yungi masuk dengan tangan yang terselip di kantong jaket.
"Kelenjar getah bening, Hyung. Kalau tidak dioperasi, bisa lebih bahaya untuk ibuku." Jungkook kembali bergegas memasukkan baju secara asal-asalan ke dalam koper.
Jimin dan Yungi saling menatap. Mereka tahu kalau Jungkook itu adalah anak yang sangat rapi. Tidak serampangan seperti itu. Apalagi soal pakaian.
"Biar aku bantu merapikan," ucap Jimin yang mendekati koper Jungkook.
Namun, Jungkook buru-buru menghalangi Jimin menyentuh kopernya dan menutupnya secepat mungkin. "Ti-tidak perlu, Hyung. Aku sudah selesai," ucapnya gagap.
Jimin kembali berdiri sejajar dengan Yungi, memperhatikan Jungkook yang agak panik. Jungkook segera membawa kopernya setelah memasukkan kamera dan laptopnya ke dalam ranselnya.
"Aku pamit, Hyung. Aku nggak tau kapan akan kembali. Aku harus menjaga ibuku." Jungkook melewati Jimin dan Yungi dengan wajah takut.
Jimin dan Yungi tidak bisa menahannya. Mereka berdua tidak punya alasan kuat untuk menahan Jungkook pergi. Apalagi soal kesehatan ibunya.
Namun, sesampainya di depan pintu utama. Heosok sudah bersama dua detektif yang mengurus masalah ini datang. Siap menghadang Jungkook yang akan meninggalkan rumah tersebut.
"Jungkook-ah, kamu mau kemana?" tanya Heosok dengan wajah bingung karena melihat Jungkook yang terburu-buru membawa koper.
"Ah, Hyung! Aku harus pulang ke Busan. Ibuku harus segera dioperasi," jawab Jungkook dengan wajah kikuknya.
Jimin dan Yungi ikut turun di belakang Jungkook pun hanya bisa diam saja melihat Jungkook panik.
"Ibumu?" Heosok memastikan.
Jungkook mengangguk cepat.
"Tapi, ibumu tadi sore baru saja menghubungi aku. Katanya mau ke Seoul malam ini dan mau kasih kejutan ke kamu. Apa aku cuma salah dengar?" Heosok bingung.
Jungkook panik. Dia menoleh dan melihat kedua hyungnya Jimin dan Yungi beberapa meter di belakangnya. Lantas, Jungkook menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak ada rasa gatal.
Dua detektif yang datang bersama Heosok pun berjalan mendekat ke arah Jungkook. Tapi, Jungkook malah mundur beberapa langkah juga.
Dalam hitungan detik, kedua detektif tadi pun langsung bergerak cepat untuk menangkap Jungkook yang ingin berlari menghindar. Namun, Jungkook kalah cepat karena kakinya tersangkut koper yang dibawanya. Akhirnya Jungkook jatuh tersungkur di bawah kaki Jimin. Kedua detektif pun dengan cepat memegang kedua tangan Jungkook dan menariknya ke belakang.
"Saudara Jungkook, kamu akan kami selidiki. Anda boleh diam, atau memanggil pengacara yang diutus."
"Hyung, tolong aku," ucap Jungkook dengan mata yang berkaca-kaca ke arah Jimin dan Yungi bergantian.
"Maaf Kook, aku tidak bisa. Tapi, aku akan menemanimu ke kantor polisi." Yungi menepuk bahu Jimin dan mengikuti dua detektif yang membawa Jungkook keluar rumah.
Jimin kecewa. Jungkook adik kesayangannya sejak masa trainee. Di saat seperti ini, dia sendiri tidak bisa menolongnya. Jimin mengusap wajahnya frustasi. Heosok menepuk bahu Jimin dan mencoba menguatkannya.
"Temui Hyoran. Mungkin sekarang dia sedang merasakan hal sama sepertimu. Jungkook juga adik kesayangannya," ujar Heosok.
Jimin mengangguk dan berjalan meninggalkan heosok sendiri. Di halaman depan Jimin pun memandangi mobil yang di dalamnya berada Jungkook dan Yungi semakin menjauh.
"Kenapa harus kamu, Jungkook-ah?" tanya Jimin lembut pada angin yang berhembus.
Saat Jimin berbalik ingin menuju tempat parkir, dalam kegelapan Jimin melihat sosok siluet yang memandang ke arahnya. Namun, saat Jimin berjalan hendak mendekati, siluet itu hilang dalam kegelapan.
"Sepertinya aku tahu siapa kamu."
[]
2019
💚Lovegreene__
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Fine (✅)
FanfictionBAB TIDAK LENGKAP • Follow dulu sebelum baca! • Bijaklah dalam memilih bacaan! ⚠ DON'T COPY MY STORY ⚠ Rate 18+ ❣ hanya kehaluan penulis karena kekagumannya kepada seorang Jimin dari member boygrup BTS. Fanfiction pertamaku di th 2019, yang sudah...