6. Terkuak

73 9 0
                                    

Fine 6

Liburan singkat nyatanya hanya kepalsuan bagi Hyoran yang memang mencintai pekerjaannya. Merasa dirinya sudah jauh lebih baik, keesokan harinya dia pun masuk kerja. Membuat Yungi dan Jimin harus mendatangi Hyoran di ruang kerjanya.

"Hyo, sudah kubilang nikmati istirahatmu. Anggap sedang liburan singkat." Yungi bersedekap sembari menatap Hyoran tajam.

Sedangkan yang ditatap tajam hanya duduk santai di kursi kerjanya sembari merapikan map yang berserakan di atas meja kerjanya.

"Kalau di rumah aku malah jadi sakit. Enak kerja." Hyoran dengan santai menjawabnya.

Yungi hanya menghela nafas panjang lalu duduk di sofa. "Keras kepala. Harusnya aku belikan kamu tiket liburan ke Jepang, supaya kamu beneran libur kerja."

"Wow, kenapa tidak dari awal Oppa memikirkan itu? Sekarang aku sudah di kantor malah baru bilang gitu." Hyoran kali ini menatap tajam ke Yungi. "Kalau boleh aku tahu, kenapa sih Oppa bersikeras supaya aku tetap istirahat di rumah? Apa Oppa nggak senang aku sehat dan masuk kantor?"

"Bukan begitu, Hyo." Yungi gelagapan. "Aku hanya mencemaskanmu. Kamu terlalu bekerja sangat keras sampai aku melihat dirimu lupa kalau kesehatanmu juga penting." Yungi memasang wajah cemas. Dan itu sukses membuat Hyoran merasa bersalah.

"Tetapi, kalau aku tidak bekerja. Aku akan dihantui dengan rasa sedih karena patah hatiku Oppa."

"Sudahlah, aku harus kembali ke ruanganku. Jangan terlalu lelah, Hyo. Dan banyak minum air putih." Yungi membuka pintunya lantas dia pun keluar dan menutup pintunya lagi.

Ada perasaan bersalah kepada Yungi karena hingga saat ini dia masih terus menyembunyikan status hubungannya dengan Seojin. Bukan tanpa alasan. Seojin dan Yungi itu bersahabat saat kuliah. Bahkan mereka pernah tinggal bersama dengan kurun waktu cukup lama. Jika dia harus mengatakannya pada Yungi, dia belum siap melihat Yungi juga ikut hancur. Hyoran tahu betapa Yungi sangat menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri.

Sejak kepergian Yungi, Hyoran melamun di depan meja kerjanya. Bukan hanya melamun kosong. Tetapi pikirannya yang terus saja berputar masalah ini dan itu. Terutama masalah dirinya dengan Seojin.

"Apakah aku bisa hidup tanpanya?"

"Apakah aku bisa menahannya?"

"Bagaimana aku melanjutkan hidupku tanpa dirinya?"

Pikiran-pikiran seperti itu yang selalu muncul dalam isi kepalanya. Sudah hampir jam makan siang, Hyoran masih berkutat pada pekerjaannya dan isi kepalanya yang ruwet. Beberapa kali Hyoran memukul dadanya karena merasa sakit dan sesak.

Namun, Hyoran tidak menyadari jika sejak beberapa menit yang lalu ada seseorang yang memperhatikannya melalui celah pintu yang tidak menutup rapat.

"Kenapa kalau masih sakit sudah masuk kerja? Kenapa kamu keras kepala sekali?" Jimin nyelonong masuk sembari membawa kantong makanan di tangannya.

Hyoran terperanjat, "Kenapa kalau masuk tidak pernah ketuk pintu?"

"Aku sudah mengetuknya tadi, kamunya aja yang nggak dengar." Jimin mengedikan bahunya lantas mengeluarkan makanan dari dalam kantong."Kita makan bersama." Jimin memberikan satu box berisi makanan lengkap untuk Hyoran. Dan satunya lagi untuk dirinya.

Hyoran menerima makanan itu, selera makannya masih belum kembali seperti semula. Begitu dahsyat efek samping dari patah hati, membuatnya sulit menelan makanan.

~°~°~°~°~

Waktu berjalan begitu cepat, tetapi tidak dengan patah hatinya. Hyoran masih seperti berjalan di tempat tak ada kemajuan. Lebih pantas dibilang seperti zombie, karena setiap hari rutinitas sehari-hari dia jalani dengan begitu apik. Tetapi, jika sudah sampaikan di rumah, yang dilakukannya adalah merenung dan menyedihkan. Sebulan lebih sepuluh hari sudah Hyoran hidup tanpa adanya Seojin. Beberapa kali Hyoran ingin menghubungi Seojin, tetapi diurungkan. Hanya sekedar ingin mengucapkan 'selamat malam' atau 'aku merindukanmu'. Pesan itu hanya sampai di room chat tanpa terkirim karena Hyo menghapusnya kembali.

I'm Fine (✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang