Chan tiba di kafe satu jam lebih awal dari jam buka. Selain untuk melanjutkan pelajaran menjadi barista bersama Taehyung dan kadang Yoongi, tanpa Woojin suasana rumah terasa sangat sepi hingga pemuda pirang itu memutuskan untuk keluar rumah pagi-pagi.
Taehyung sudah ada di belakang kasir ketika Chan sampai. Ia tidak sendirian, tapi bersama seorang pemuda lain yang sedang mengutak-atik mesin penggiling kopi.
"Pagi," sapa Chan singkat sebelum memakai apron hitamnya.
"Chan! Kenalin, ini sepupuku Seungmin." Taehyung membalas sapaan Chan dengan ceria sambil mengisyaratkan pemuda itu untuk membungkuk. "Dia kerja mulai hari ini."
"Ha-halo, hyung. Mohon bantuannya." Seungmin membungkuk kecil, kemudian menyikut rusuk Taehyung setelahnya.
Chan tertawa pelan. "Mohon bantuannya juga ya, Seungmin."
"Woojin belum pulang dari Busan?" Taehyung menyadari raut wajah Chan yang berubah sendu tiga hari belakangan ini. Pemuda itu seringkali melamun dan menghela napas gusar, membuat Taehyung yakin rekan kerjanya itu punya masalah serius.
Chan yang sedang mengelap meja ketika Taehyung tiba-tiba datang sambil melontarkan pertanyaan soal Woojin. Si Pirang menggeleng sebagai jawaban.
"Mungkin besok, hyung."
"Kautahu, wajahmu sama sekali nggak bisa bohong. Semua orang pasti berpikir kalau kau lagi mikirin sesuatu." ujar Taehyung.
Chan hanya tertawa kering. Ia tidak menyalahkan ucapan Taehyung barusan. Memang, semua urusan mengenai Woojin selama mereka tinggal bersama membuatnya tak karuan, ia sendiri tidak tahu kenapa.
"Kau kangen Woojin, ya?" Pertanyaan Taehyung yang telak membuat Chan terdiam.
Padahal, ia dan Woojin sudah terbiasa untuk tidak bertemu setiap hari saat sebelum pindah. Tapi kenapa ... di sini semua rasanya berbeda?
"Mana mungkin sih ditinggal empat hari aja kangen," elak Chan. "Lagian dia bebas ngelakuin apapun yang dia mau, kok!"
"Kau mengelak! Padahal, kalau kangen ya tinggal bilang saja padaku." Taehyung menggelengkan kepalanya heran. "Kalian selama tinggal disini, belum pernah jalan-jalan kan? Pergilah sesekali, kalau ada waktu. Nanti kutunjukkan tempat-tempat bagus di kota kecil ini."
"Makasih, hyung. Tapi aku nggak tahu kapan Woojin pulang. Dia belum ngabarin sama sekali." Chan menghela napasnya kecewa.
Taehyung terbahak, "Kau uring-uringan karena dia nggak ada dan nggak ngabarin. Jadi apakah emang ada sesuatu di antara kalian?"
Chan tidak dapat menjawab Taehyung. Rasanya, Chan tidak pernah seberantakan ini kalau menyangkut hubungannya dengan lawan jenis. Mantan-mantan pacarnya semua wanita, meski Chan akui hubungan dengan mereka tak pernah bertahan lama karena Chan pada dasarnya memang sosok pria yang cuek.
Tapi ia dilema kali ini. Perasaannya pada Woojin mengalir begitu saja seiring dengan mereka yang tinggal seatap semakin lama. Chan jadi memperhatikan setiap hal-hal kecil pada diri Woojin, itupun juga sebagai akibat mereka membagi ranjang yang sama.
Perasaan yang muncul mulai berkembang dan tidak dapat dicegah, tapi Chan masih belum ingin mengakuinya.
"Kurasa ... itu nggak seperti yang kaupikirkan, hyung. Aku sama Woojin nggak ada apa-apa. Hanya teman." Ya, setidaknya Chan merasa begitu. Ia belum pernah punya hubungan spesifik lainnya dengan laki-laki manapun selain Woojin. Bukankah perasaan ini hanya sebagai dampak dari hubungan yang terlalu dekat?
Taehyung mengedikkan bahu, "Aku juga cuma bercanda tadi. Mungkin kau emang lagi bosan—makanya coba pikirkan tawaranku nanti untuk jalan-jalan dan ambil cuti."

KAMU SEDANG MEMBACA
When the Sparks Fly
Romance[Kim Woojin x Bang Chan] Christopher Bang wants his freedom, and he took Woojin with him. Although he doesn't even know that the future leads to unwanted sparks between him and his feelings. ⚠️ Warning! MATURE - BXB contains: sexual content, harsh w...