scintilla

162 38 3
                                    

warning: this part contains LGBT context.

.

Woojin sedang berada di kamar mandi. Suara gemerisik air dari shower beradu dengan nyanyian sembarang pemuda itu.

Chan ada di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua dan keduanya akan berangkat bersama setelah makan. Chan yang pergi ke kafe Yoongi, dan Woojin menunju kantor agensi. Mereka akan berpisah di halte bus. Hari yang normal seperti biasa.

Sudah tiga hari berlalu sejak insiden wallpaper ponsel Woojin. Chan tidak pernah bertanya apa-apa, pun Woojin juga tidak menunjukkan gelagat aneh seolah hal tersebut adalah hal yang biasa. Lagipula, Chan tidak akan punya keberanian untuk bertanya secara gamblang.

"Chan." Woojin menyadarkan lamunan si pirang. "Hari ini aku kayaknya pulang telat."

"Kenapa?"

"Lembur. Tadi Namjoon-hyung bilang ada beberapa gambar yang hilang jadi harus diambil ulang—oh tumben banget kau bertanya?"

Chan menggelengkan kepala dalam diam. Woojin juga tidak membahas lebih lanjut. Masing-masing sibuk dengan setangkup roti berselai dan secangkir kopi pahit.

Bodoh sekali karena Chan sempat berpikir bahwa Woojin akan pergi berkencan—Chan sendiri tidak tahu apa ia boleh menggunakan kata itu—dengan orang yang dijadikan wallpaper  itu. Perasaannya campur aduk, tapi ia sama sekali tidak punya keberanian untuk mengakui atau bahkan bertanya pada Woojin.

Chan memiliki gejolak-gejolak aneh di dalam diri yang sama sekali asing. Perasaan yang perlahan bergerak semakin kuat dan mungkin sebentar lagi akan menjadi tidak terkendali. Ia bahkan hampir kelepasan meluapkan emosinya pada Woojin barusan.

Bagi Chan, memiliki hubungan dengan Woojin sebagai seorang sahabat saja sudah cukup untuk sementara waktu. Mana mungkin ia nekat meminta lebih, jika ia sendiri tidak tahu apa yang ada di dalam kepala pemuda itu?

-o-o-o-

Bunyi denting bel yang dipasang di balik pintu kafe berbunyi, pertanda ada orang yang memasuki kafe kecil bernuansa klasik milik Yoongi. Taehyung segera melayani pembeli tersebut sementara Yoongi sibuk meracik berbagai macam pesanan kopi di balik meja barista dengan Chan dan Seungmin.

"Hyung, tolong buatkan ice-americano rendah gula dan tidak pakai krim, lalu vanilla latte hangat untuk meja nomor lima dan sembilan." Taehyung menempelkan secarik kertas di meja dekat Yoongi, membuat sang pemilik kafe itu bergumam kecil sambil tangannya sibuk memproses bergelas-gelas kopi.

"Biar aku yang kerjain hyung, kau masih membuat pesanan untuk take away kan?" Yoongi mengangguk, mengucapkan terima kasih dan membiarkan Chan mengambil alih.

Chan mulai meracik ice-americano yang juga menjadi salah satu minuman favoritnya, serta menyiapkan cangkir khusus untuk membuat latte. Kemampuan meracik kopinya sudah berkembang pesat meski dalam waktu singkat, hingga Yoongi mengizinkannya bekerja dengan Taehyung di balik meja barista. Ia baru-baru ini bahkan sedang mempelajari tentang teknik latte art, dan akan dengan senang hati mempraktekkannya. Tak berapa lama, sebuah nampan berisi dua buah gelas telah tertata siap untuk diantarkan.

Chan mengingat-ingat pesanan pada kertas yang diberikan Taehyung, ice-americano untuk meja lima, dan vanilla latte untuk meja sembilan. Kakinya bergerak dengan hati-hati agar minuman yang ia buat tidak tumpah.

When the Sparks Fly  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang