.
"Wah, rame banget!" Hyunjin berdecak, mendapati kerumunan orang yang mulai memadati pasar malam Seomun tepat ketika tempat itu baru dibuka. Ribuan orang berdesak-desakan, dengan kios-kios berderet di sisi kanan dan kiri. Bahkan ada sebuah trem yang digunakan untuk menjual makanan.
Woojin terperangah, kagum. Ia belum pernah menginjakkan kaki di pasar malam seperti ini seumur hidupnya—mungkin pernah ketika ia masih kecil sekali. Bisa dibilang, waktu untuk menyenangkan diri bagi Woojin selama ia tinggal di Seoul hanya dapat dihitung jari hingga Seomun memiliki kesan tersendiri baginya.
"Ayo!" Jeongyeon menarik lengan Woojin yang masih sibuk memandangi lautan manusia, membuat pemuda itu terkesiap. Hyunjin malah sudah mendahului mereka berdua, berdiri di depan sebuah kios yang menjual anpan* khas Daegu.
"Jangan cepat-cepat, Hyunjin." Woojin terengah ketika berhasil menerobos kerumunan bersama Jeongyeon untuk menyusul model yang tiga tahun lebih muda darinya itu. "Hari ini aku nggak bisa banyak makan karena diet."
"Lupakan saja dietmu hari ini, hyung!" tukas Hyunjin. Pemuda itu telah memegang sebuah roti berisi kacang merah, asap putih tipis masih mengepul ketika ia memakannya. "Kapan lagi kita ke sini." Jeongyeon mengangguk menyetujui.
"Menurut kalian, Namjoon-oppa sekarang ada di mana?" Jeongyeon terkikik geli, bertanya kepada dua juniornya itu. Hyunjin tertawa keras, mereka bertiga pasti sudah tahu jawabannya.
Hari memang sudah gelap ketika Woojin, Hyunjin dan Jeongyeon beserta tim mereka tiba di Daegu, membuat kendala survei di berbagai hal hingga Namjoon memutuskan untuk menunda observasi mereka menjadi esok hari. Bahkan, kini beberapa staff juga telah membaur bersama kerumunan pengunjung pasar malam.
"Teler di bar." Hyunjin yang menjawab, Woojin dan Jeongyeon menyetujui. Manajer mereka itu memang tidak pernah lepas dari alkohol dan mabuk. Mungkin hampir setiap hari Namjoon mengajak Woojin pergi minum, yang selalu ditolak halus karena tidak mau berakhir berjalan sempoyongan dan muntah.
"Kau mau ke mana dulu, Woojin?" Jeongyeon menyenggol lengan Woojin, menyadarkannya dari lamunan. Pemuda itu memandang berkeliling, banyak kios-kios yang menjual beragam makanan dan aksesoris. Ia bahkan sampai bingung harus pergi ke mana terlebih dahulu.
"Aku tidak tahu tempat ini, nuna. Aku ikut saja."
Jeongyeon mengajak mereka ke sebuah kios yang menjual kentang rebus dan makaroni dengan potongan daging asap. "Ini rekomendasi temanku, namanya dodo gamja. Mirip panekuk kentang, tapi bentuknya berbeda." Jeongyeon memesan seporsi, menyerahkan uang sepuluh ribu won pada bibi yang berjualan.
Woojin melihat bibi itu dengan cekatan membuat pesanan Jeongyeon—dan pesanan-pesanan pengunjung lainnya. Di sini, mereka tidak bisa membiarkan pelanggan menunggu terlalu lama. Dan dalam waktu singkat, sepiring dodo gamja telah berada di tangan Jeongyeon.
"Benar kata temanku, ini enak banget." Jeongyeon tersenyum lebar setelah mencoba dodo gamja-nya. Gadis itu kemudian berbalik menghadap kedua juniornya yang masih terdiam di tempat. "Woojin, mau coba?"
"E-eh?" Woojin gelagapan, napasnya tercekat ketika Jeongyeon sudah mengarahkan sendok ke hadapan mulutnya. Gadis di hadapannya ini benar-benar tidak takut menunjukkan afeksi di hadapan publik. Di tengah Jeongyeon yang sedang menatapnya sambil mengangkat sendok, Woojin akhirnya menyerah dan membuka mulut untuk menerima suapan kecil.
Wajahnya sudah hampir semerah kepiting rebus sampai ia melihat Hyunjin juga meminta Jeongyeon untuk menyuapinya. Woojin mendesah lega, berpikir bahwa afeksi yang model cantik itu berikan semata hanya karena mereka bertiga kini punya hubungan begitu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
When the Sparks Fly
Romance[Kim Woojin x Bang Chan] Christopher Bang wants his freedom, and he took Woojin with him. Although he doesn't even know that the future leads to unwanted sparks between him and his feelings. ⚠️ Warning! MATURE - BXB contains: sexual content, harsh w...