Nenek mengajak Alya berbelanja. Gadis itu hanya mengikuti nenek yang mengajaknya ke sana kemari dalam pasar. Setelah merasa cukup baru nenek mengajaknya menikmati segelas es campur. Tangan Alya memerah karena membawa kantung belanjaan yang banyak dan berat. Ia diam menikmati dinginnya es campur yang melewati kerongkongannya.
" Gimana? Seger? Gak ada duanya es campur ini memang. " Nenek masih menyendok isian es campur.
" Iya seger, nek. " Alya benar-benar lelah. Ia tadi diajak ke pasar dengan angkutan. Padahal mobil Alya masih di sana. Namun, nenek enggan menggunakan mobilnya.
Alya membantu nenek naik angkot. Baru is sendiri naik dengan belanjaannya. Ia duduk di pojok belakang.
" Pulang ke mana nek? " Seorang ibu paruh baya dengan anak kecil di pangkuannya bertanya.
" Ke ponpes. "
" Loh sama saya juga dekat sana. " Mengalirlah obrolan kedua ibu-ibu itu. Alya menyandarkan kepala ke belakang. Ia melihat kendaraan yang melaju di belakang mobil. Ia tersenyum geli. Saat ada satu sepeda motor di belakang angkot. Seseorang yang membonceng di belakang motor itu sibuk memukul helm pengemudi. Mereka terlihat adu mulut terlihat dari gerakan bibirnya. Namun, tak lama mobil berbelok beda arah sehingga Alya tak bisa melihat adegan itu lagi.
😀😀😀
Alya duduk di teras. Ia telah menata belanjaan ke tempatnya. Ia melihat pohon mangga yang tumbuh rimbun daunnya. Telapak tangan dan jari-jarinya terasa pedas. Ia melihat masih merah.
" Tanganmu kenapa? "
" Bawa kantong belanja banyak. Kan jalan jauh jadi ya merah. "
" Ah nenek keterlaluan sekali. Kenapa mengerjai calon istriku seperti itu? " Alya menoleh mendengar nada rengekan Azzam.
" Biasa saja lah. Ini gak seberapa. "
Azzam menatap Alya tajam. Sayangnya Alya tidak mentapnya. Ia sibuk memperhatikan gerakan daun yang tertiup angin." Aku tahu maybe sebagian besar keluarga mas belum menerimaku. Dan maybe juga mereka masih akan mengerjai aku lebih dari ini. Aku orang baru, aku bahkan belum tahu apapun tentang dirimu mas. Mereka khawatir tentang itu. Walaupun aku santri di sini. Mereka masih belum rela. Aku tak akan pernah bisa menggantikan umi. Tapi aku akan berusaha. Yang harus kulakukan adaptasi. " Azzam menghela napas. Ia menatap Alya serius.
" Maafkan mas, mereka terlalu berlebihan. "
" Itu karena mereka sangat menyayangimu. Bukan salahmu. Wajar, kalau kamu bertemu keluargaku mungkin mereka akan melakukan lebih dari ini. " Azzam tertawa. Ia melempar lipatan tisu ke wajah Alya. Alya reflek menghindarinya. Namun, kepalanya terpentok lengan meja.
" Aduh. " Alya mengusap-usap. Terasa nyut-nyutan.
" Wah benjol tuh benjol. " Azzam meledek Alya.
Alya pergi ke dalam kamar meninggalkan Azzam sendiri.
Future wife jangan ngambek
Siapa?
Your future husband 😉😍
Aduh emotnya kondisikan tolong
😘😘😍😍
Aku masih belum mengerti banyak tentang duniamu, bisakah kamu menceritakannya mas? Hal yang bisa kamu ceritakan untukku tahu
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAZZ (Complete)
General Fiction" Goll...gol! " Suara sorak sorai penonton bergemuruh. Aku turun ke lapangan untuk memberi selamat pada Dallas. Langkahku terhenti ketika seorang gadis memeluk Dallas erat. "Alya! " Suara Ando mengagetkan aku yang berdiri mematung. " Huh Ando, ngapa...