Alya duduk bersandar di kepala ranjang. Ia masih memikirkan perkataan Azzam yang terngiang-ngiang di pikirannya.
Ndra izinin ya masih pusing
Ok, cepat sembuh
Makasih
Alya meletakkan kembali ponselnya.
" Kamu sudah bangun. Makan dulu nih. Mas berangkat ya, " Azzam meletakkan mangkuk dan gelas kemudian keluar kamar. Alya rasanya ingin menangis saja. Ia mengobrak-abrik isi tasnya. Ingin melanjutkan desain. Ia harus bergerak cepat. Sedikit lagi desainnya selesai tinggal memberi sentuhan akhir.
😀😀😀
Badannya sudah sehat. Alya mengelilingi tempat tinggal Azzam selama dinas. Tadi ia sudah membereskan peralatan makan. Suara pintu terbuka Alya bergegas menuju pintu utama. Ia berniat menyambut suaminya.
" Kamu siapa? " Alya bertanya was-was. Pasalnya bukan Azzam yang membuka pintu.
" Ah saya Saidan، anak buah Lettu Azzam, " Alya mengangguk.
" Di .. " Alya tidak jadi bertanya. Setelah mencarikan dokumen, Saidan pamit.
Alya sungguh bosan. Ia berharap bisa menghabiskan waktu tidak berdiam seperti ini. Alya beranjak menuju dapur. Ia membuka-buka kabinet. Ada beberapa bahan dan juga makanan instan. Tadi ia melihat masih ada makanan di dalam tufung saji. Kemungkinan Azzam memasak untuk dua kali makan.
Alya mengambil coklat bubuk ingin membuat coklat hangat. Setelah jadi ia meletakkan mug di meja depan televisi. Menonton televisi menjadi pilihannya.
" Hallo. Assalamualaikum. "
" Wa'alaikumussalam. Kamu gimana? "
" Baik, sudah lebih baik. Mas Azzam lagi sibuk? "
" Ya. Nanti mas pulang agak malam. Kamu gak usah masak. Tadi mas masak agak banyak. Kalau bosan ada pasta di kabinet. Hati-hati di rumah. "
" Iya mas. Syukron, " Azzam mematikan sambungan telepon. Alya menghela napas.
😀😀😀
Abi dan umi duduk bersisian menatap putra dan menantunya. Keduanya sama-sama menunduk. Alya bahkan meremas ujung jilbabnya yang menjuntai.
" Ada apa sebenarnya, bi? " Setelah lama terdiam Azzam bersuara.
" Harusnya pertanyaan itu untuk kalian, " Azzam menatap lurus ke arah figura yang ada di ruangan itu.
" Tidak ada apa-apa abi, " Alya gemetar. Badannya menggigil ia terlalu takut untuk bersuara. Bagaimana ia bisa seperti ini. Bahkan ketika kompetisi ia belum pernah merasa setakut dan segugup detik ini. Wajahnya semakin pucat. Isi dalam perutnya juga seperti memaksa keluar. Namun, tak ada tanda-tanda pertemuan akan berakhir. Alya bergerak gelisah dalam duduknya. Membuat sang suami menoleh ke arahnya.
Azzam terkejut. Wajah sang istri begitu pucat. Tubuhnya juga terlihat bergetar.
" Kamu sakit? " Alya menoleh kemudian menggeleng. Ia tidak sakit hanya saja takut. Tapi is bahkan tak mampu bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAZZ (Complete)
General Fiction" Goll...gol! " Suara sorak sorai penonton bergemuruh. Aku turun ke lapangan untuk memberi selamat pada Dallas. Langkahku terhenti ketika seorang gadis memeluk Dallas erat. "Alya! " Suara Ando mengagetkan aku yang berdiri mematung. " Huh Ando, ngapa...