Tenda sudah berdiri. Semua orang sibuk dengan persiapan pernikahan. Senyum yang harus terbit tulus kala itu hilang. Menjadi senyum paksa yang terbit dari bibir Alya.
Alya memakai pakaian tradisional saat ijab qobul. Pun Juga dengan Azzam yang memakai pakaian senada. Letting Azzam dan juga adik lettingnya banyak yang sudah datang. Kemarin dilaksanakan gladi bersih terakhir sebelum nanti upacara Pedang Pora.
Azzam duduk di kursi yang telah disediakan khusus untuk pembacaan ijab qobul. Ayah Alya telah siap di hadapan Azzam. Tangan Azzam berkeringat dingin. Ini lebih menegangkan daripada latihan-latihan yang selama ini ia jalani di militer. Alya dan Azzam duduk bersisian kemudian ayah Alya menjabat tangan Azzam.
😀😀😀
Usai prosesi pernikahan keduanya menuju ke rumah yang telah Azzam siapkan. Mereka berganti pakaian biasa. Tidak menggunakan pakaian pernikahan.
" Kita tinggal di sini gak papa mas? Katanya harus di kompleks? " Alya duduk di kursi ruang tamu. Barang-barang mereka telah sampai dan sudah ditata sebelum mereka menempati rumah ini.
" Gak papa. Kapan kuliahmu masuk? " Azzam meletakkan dua gelas air minum dan duduk di sebelah Alya.
" Dua minggu lagi, mas, " Azzam mengangguk.
" Kamu gak terpaksa kan nikah sama mas, Al? "
" Maunya Mas Azzam gimana? Hehe, " Alya menyalakan televisi dengan remot. Azzam yang baru mencomot gorengan tidak jadi mengambil. Ia menatap istrinya dari samping. Alya yang mendapat keterdiaman Azzam menoleh.
" Aduh suamiku, in syaa Allah gak terpaksa. Karena Alya yakin Mas Azzam h Alya fii dunya wal akhirah, ammiin, " Alya memeluk Azzam dengan posisi duduk. Ia terkekeh sendiri.
" Jadi gini ya rasanya meluk suami tu. Hihihi, " Azzam melongarkan tangan yang juga memeluk istrinya.
" Kenapa emang? "
" Enggak. "
" Kenapa? " Azzam mendesak Alya. Ia meniup-niup wajah Alya.
" Udah geli mas, " Alya menutup wajah dengan kedua tangannya. Azzam membuka paksa ia kemudian mengecup kening Alya.
" Makanya jujur, kenapa? "
" Nih tanganku gak muat buat peluk mas. Mas sih badannya gede, keras gini, " Azzam tertawa. Air matanya sampai keluar. Perutnya juga sakit karena tertawa terlalu lama.
" Lagian tangan ko pendek Kan jadi gak muat. Kalau gak muat biar mas aja yang peluk kamu dik, " Azzam kembali memeluk Alya sayang. Tak lama adegan romantis mereka terhenti.
Alya terlonjak kaget saat mengingat mereka belum makan. Ia segera berlari ke dapur. Salahkan Azzam yang tidak mau membeli makanan di luar. Satu jam Alya berkutat di dapur. Akhirnya masakannya jadi.
😍😍😍
Alya baru selesai membersihkan rumah. Ia sangat lelah kemudian Mandi. Selesai Mandi ia terduduk di tepi ranjang. Ia melepas cincin dari Dallas. Menyimpan ke dalam kotak. Air matanya terjatuh membasahi cincin di dalam kotak.
" Maaf Da, semoga kamu mendapat gadis lebih baik dariku, " Ia meletakkan kotak ke dalam laci meja.
Tok tok tok
" Mba Alya! Assalamualaikum. "
Alya menuju ke pintu utama. Syaril berdiri di balik pintu.
" Wa'alaikumussalam. Masuk Ril, sendirian? " Alya membuka lebar pintu rumah agar Syaril masuk.
" Rumahnya bagus mba. Oh iya ini dari umi buat abang sama Mba Alya, " Syaril menyerahkan satu kantung kepada Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAZZ (Complete)
General Fiction" Goll...gol! " Suara sorak sorai penonton bergemuruh. Aku turun ke lapangan untuk memberi selamat pada Dallas. Langkahku terhenti ketika seorang gadis memeluk Dallas erat. "Alya! " Suara Ando mengagetkan aku yang berdiri mematung. " Huh Ando, ngapa...