34

247 6 0
                                    

Teman-teman Resya benar-benar seperti mau melakukan penyerangan. Berjalan memenuhi jalan. Mereka sekarang duduk di teras. Ada juga yang masih di ruang tamu. Siang berganti senja. Canda tawa teman-teman Resya terdengar.

" Eh kan malam tahun baru besok. Patungan yuk beli daging gitu bakar-bakar. Boleh gak Re barbeque di kompleks? " Arja memberi usul.

" Gimana yah, tapi kalau berisik ya gak dibolehin. Kalian kan kalau ketemu kek kompor meletup-letup. "

" Ah fakta banget. Yah gak bisa dong? "

" Kontrakan gue aja. Gimana bisa gak? Jangan-jangan gak dateng lo pada. "

" Sorry deh gak bisa gue keluar. "

" Yaudah gak jadi. "

😀😀😀

Langit penuh bintang. Udara dingin menusuk tulang. Resya masih sendirian. Beberapa kali ia menahan untuk muntah. Ia lelah sekali walau tadi sebelum pulang teman-temannya membantu mencuci piring dan gelas. Rasanya ia ingin bergelung dalam selimut. Tapi dirinya harus bolak-balik kamar mandi. Atau tinggal di kamar mandi saja pikirnya.

" Sya, are you right? " Dallas mengelap keringat sebesar biji jagung di kening Resya dengan tangannya.

" Mual banget, kak. Copot aja kali ya perutnya, " Dallas melotot.

" Hush, kamu gak telat makan? " Resya menggeleng. Ia mendorong kepala Dallas yang tepat di depan mukanya. Keseimbangan Dallas luar biasa jika tidak ia bisa saja terjengkang. Resya meraih tisu basah dimeja. Ia membersihkan wajah Dallas yang masih tersisa cat samaran yang belum bersih. Dallas menikmati waktu-waktu ini.

" Besok, kakak tugas lagi loh saat malam tahun baru. Kamu mau di sini aja? Atau ke rumah papa? " Resya berpikir keras. Ia belum memiliki rencana sama sekali.

" Ah, itu ke mana ya? " Sungguh Resya tidak ingin menjawab. Ia membuang tisu ke tong sampah di sudut kamar. Ia meminum lagi air sambil duduk.

" Kalau aku keluar aja boleh gak, kak? Gak ke rumah papa tapi, " Dallas melepas pakaian berganti kaos oblong dan celana selutut. Nanti sebelum tidur ia baru akan mandi.

" Mau ke mana emang? " Dallas haus ia meminum air yang ada di gelas Resya. Menambahkan air dan meminumnya lagi. Dallas mengajak Resya ke dapur. Lebih baik melanjutkan obrolan di sana. Ia juga bisa memasak perutnya lapar walau tadi sudah makan setelah latihan. Dallas membuka kulkas mencuci sayur baru memotong. Ia berencana mengukus sayur saja dilumuri bumbu kacang. Resya memang membuat bumbu kacang lumayan banyak. Tinggal ditambah air bila ingin dikonsumsi. Resya yang peka mencuci beras kemudian memasukkan ke dalam penanak nasi otomatis.

Ia meniriskan sayuran kemudian memasukkan ke dalam mangkuk. Resya mencairkan bumbu kacang dengan memberi sedikit air panas. Menunggu nasi matang, Dallas duduk di kursi.

" Jalan-jalan aja sih, " Resya menelungkup kepalanya ke lipatan tangan meja.

" Kalau sendiri siapa yang mau jaga, Re? Aku juga gak bisa, " Dallas mengelus kepala Resya sayang. Untung dia sudah mencuci tangan setelah menyimpan sayur yang sudah dikukus jadi rambutnya tidak bau sayuran. Resya memoyongkan bibirnya. Ia meraih tangan Dallas kalau-kalau masih bau.

" Udah kucuci pakai sabun, nih. Wangi ini, " Dallas mendekapkan telapak tangan ke hidung Resya. Resya sampai susah bernapas. Resya melepas kasar telapak tangan Dallas.

" Gak usah dibekap juga. Gak bisa napas ini, " Dallas tertawa kencang.

" Hahaha maaf maaf. "

Ceklek

Suara penanak nasi yang sudah matang. Resya mengambil dua piring dan menyajikan. Nasi masih mengepul. Resya menghidupkan kipas angin portable agar nasi menjadi hangat tidak terlalu panas.

Mereka berdua makan dengan nikmat walau dengan menu yang sangat sederhana.

😀😀😀

Pagi ini Dallas sudah rapi persiapan untuk pengamanan malam tahun baru. Resya masih asik rebahan di depan laptop setelah selesai memasak. Ia belum mencuci baju baru memasak, menyapu, dan mengepel lantai. Kemarin dan hari ini ia libur cuti. Besok tanggal merah jadi ia juga libur.

" Kak, nanti aku ke taman aja ya janji deh sore pulang udah, " Dallas sedang merapikan penampilannya di depan cermin. Ia harus rapi depan belakang, samping kanan kiri. Beruntung belum memakai sepatu yang super berat. Jika Dallas sudah memakai dapat dipastikan suara brak bruk sepatunya menggema. Resya akan mengomel panjang lebar jika sepatu masuk rumah.

Dallas selalu memakai sepatu di teras rumah. Setelah memakai sepatu ia juga masih merapikan penampilannya jadi suara brak bruk terdengar sampai dalam rumah. Selagi tidak berisik di dalam rumah Resya bisa mengizinkan.

" Yaudah hati-hati. Kabari ya walau aku gak balas, " Memang Dallas orang yang malas membalas pesan. Ia hanya membaca dari pesan pop up tanpa membukanya. Terlebih jika sedang bertugas ponselnya otomatis dalam mode pesawat. Tapi ia akan khawatir bila saat membuka data internet tidak ada kabar dari sang istri.

" Siap! " Resya tersenyum lebar. Ia mencium kedua pipi Dallas. Dallas memeluk Resya sebelum wanita itu kabur dari penglihatannya.

😀😀😀

Resya masih bingung sebenarnya akan ke mana. Ia telah melewati rute pertama tapi sedang ada penebangan pohon yang menghalangi jalan. Ia memutar lewat rute kedua. Tujuannya juga menjadi berbeda. Jalanan semakin ramai karena menjelang tahun baru. Resya berbelok ke tempat parkir motor. Ia berjalan ke arah gerbang masuk. Membeli tiket di loket. Ah rasanya benar-benar terlihat menyedihkan. Ia hanya sendirian. Pengunjung lain berkelompok dengan keluarganya masing-masing. Ia cukup bersyukur bisa menikmati ke taman kendati hanya sendirian. Sebenarnya ia tertarik ke taman ini karena ada hiburan Simolodro. Wahana-wahana di taman ini kebanyakan hanya cocok untuk anak-anak. Wahana yang menantang sedang dalam masa renovasi. Ia berkeliling dengan mobil keliling. Duduk di pinggir hanya tersisa sedikit ruang. Kalau ia bergerak sedikit bisa jatuh dari mobil. Ia menuju wahana kereta air. Baru setelah itu ke arena pementasan simolodro. Sesi pertama yaitu penampilan warok kecil. Warok kecil merupakan tarian yang menyadur cerita dari Ponorogo. Anak-anak kecil dengan kaos loreng warna merah putih lengkap dengan atribut kuda.

Resya duduk di atas jalan beton berdekatan dengan arena. Ia bisa melihat dengan jelas dari sini. Anak kecil duduk di samping kanan kiri. Samping kiri anak kecil perempuan dengan ibunya. Matanya terlihat sangat tertarik melihat pemain warok. Resya tersenyum. Samping kanannya dua orang anak kecil. Mereka sibuk dengan tali pembatas. Tali itu difungsikan agar pengunjung tidak terlalu dekat dengan arena.

Beberapa kali Resya mengambil gambar para pemain warok yang sedang menari. Wajahnya dihias seperti wajah singa. Tadi ia sedikit kesal saat menaiki wahana kereta air. Seorang bapak-bapak mengajaknya ngobrol. Kebetulan Resya duduk di antara keluarga bapak itu.

" Dari mana mba? " Resya menoleh padahal ia sedang mengamati roda kereta air yang ada di pinggir. Roda itu digunakan untuk melindungi beton yang melindungi rute kereta air.

" Ah, dari sini aja dekat, " Resya lebih senang menjawab singkat. Ia berharap bapak-bapak itu tidak bertanya lagi. Dugaannya salah.

" Sama siapa ke sini mba? "

" Em, sendiri. "

" Gak ngajak pacarnya mba? " Tingkat kekepoan tinggi membuat Resya ingin turun saja rasanya dari kereta air. Suaminya tugas negara. Ia ingin mengatakan itu tapi ia yakin jawaban pasti membuat bapak-bapak itu ingin tahu lebih banyak. Resya hanya tersenyum.

Sebelum kereta air berhenti pertanyaan terakhir terdengar oleh radar telinganya.

" Namanya siapa mba? "

" Resya, " Suara petugas mengumumkan untuk menundukkan kepala sebelum turun. Agar tidak terpentok hiasan di atas kereta air. Resya sangat lega. Buru-buru ia pergi. Ransel hitam berisi jaket, ponsel, power bank, dompet, kunci motor, masker, dan sarung tangan berada di punggung. Matahari kian meninggi saat ia sampai di arena pementasan simolodro.

Adzan dhuhur berkumandang setelah Resya melihat dua sesi pementasan. Ia bergegas mencari mushola. Malangnya ia tidak menemukan mushola. Kesal ia berjalan ke pintu keluar. Kembali ke parkiran mengambil motor lalu pulang.

ALAZZ (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang