Dewa sengaja mengajak Dallas dan Dica jalan-jalan. Sedangkan kedua orang tua mereka pulang ke rumah. Tidak bisa lama walau sangat merindukan kedua anaknya yang merantau. Dica merasa mempunyai bodyguard saja. Dallas mengacak rambut Dica. Ia gemas dengan tingkah adiknya kemudian mencium pipinya.
" Hih jangan cium, " Dica mendorong Dallas agar menjauh. Dewa juga mencium pipinya kendati Dallas tidak di dekat gadis itu. Dica menyeret kedua kakaknya ke tempat penjual kerak telur.
" Beli tiga ya pak? Ehm original semua saja. Saya tunggu di sana, " Dica duduk di bawah pohon. Dewa sibuk mengutak-atik kamera. Ia memang hobi membidik objek.
" Gimana sekolah Ca? " Dica melepas sepatunya karena ada yang membuatnya tidak nyaman. Mungkin kerikil masuk ke sepatunya. Ia mengibas-ngibas sepatunya.
" Lancar mas. Tapi sepi di rumah. Oh ya Mba Lila nanyain mas terus tuh? Emang gak pernah teleponan ya? "
" Baguslah. Kalau gak mudeng atau apa kamu bisa les atau belajar sama teman, " Dica mengangguk. Ia mengikat lagi tali sepatunya.
" Aku mau jambore sebentar lagi. Doakan ya mas. Bolos latihan ini demi mamasku ih. Mas Dewa kapan ya nikahnya? " Dica memeluk Dallas dari samping. Dewa memperlihatkan layar kamera kepada dua adiknya. Kedua adik Dewa menoleh.
" Gimana cantik kan? Cakapar kalian ini, " Dica mengambil kamera sang kakak. Ia melihat banyak sekali foto perempuan seperti yang tadi Dewa tunjukkan. Ekspresinya beragam. Namun, ia yakin perempuan itu tidak sadar sedang menjadi objek bidikan kamera.
" Cantik sih, " Dewa ikut duduk. Ia tersenyum lebar.
" Iyalah Palembang punya itu. "
😁😁😁
Alya meringkuk di kos. Ulangan akhir semester baru saja selesai. Tubuhnya lelah sekali. Ia sudah mengemas barang-barang. Syaril dan Dirham akan menjemputnya sebentar lagi.
Ketukan pintu membuat Alya bangun. Ia membuka pintu perlahan. Ibu kos tersenyum di depan pintu.
" Adikmu sudah jemput itu di depan. "
" Ah iya bu. Alya angkut barang-barang. Makasih ya bu untuk semuanya, " Alya memeluk ibu kosnya.
😁😁😁
Ransel Alya telah ia gendong. Ia baru saja turun dari mobil. Hari sudah gelap. Malam ini ia tidur di kamar Azzam yang di pondok. Besok ia harus terbang dengan pesawat ke tempat Azzam bertugas.
😁😁😁
" Saya terima nikah dan kawinnya Resya Aitama dengan mas kawin tersebut dibayar tunai, " Dallas lantang membaca ijab qobul. Resya tersenyum gadis itu ikut bergenderang jantungnya. Kendati hanya Dallas yang mengucap janji suci.
Kedua mempelai kembali bersiap untuk upacara sangkur pora. Resya berganti dengan gaun warna baby pink. Sedangkan Dallas dengan seragam dinas upacara.
Tadi malam Dallas, Resya dan pasukan sangkur pora melakukan gladi bersih. Orang-orang yang menyiapkan tempat pernikahan menonton sembari melakukan pekerjaan.
Hari ini pasukan sangkur pora telah berbaris rapi. Kedua mempelai juga bersiap pada posisi. Koordinator sangkur pora telah siap dengan naskah rangkaian acara sangkur pora. Dica menyabotase kamera Dewa. Gadis itu memotret persiapan sangkur pora. Menyuruh sang kakak untuk merekam video. Bahkan sebelum acara sangkur pora dimulai Dica meminta foto bersama salah satu anggota pasukan sangkur pora.
Dallas terkekeh kecil melihat tingkah adiknya. Resya menoleh, ia mengikuti arah pandang Dallas.
" Adik kamu manis, " Dallas menatap Resya. Gadis itu menggenggam erat buket bunga. Juga menggandeng lengan Dallas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAZZ (Complete)
General Fiction" Goll...gol! " Suara sorak sorai penonton bergemuruh. Aku turun ke lapangan untuk memberi selamat pada Dallas. Langkahku terhenti ketika seorang gadis memeluk Dallas erat. "Alya! " Suara Ando mengagetkan aku yang berdiri mematung. " Huh Ando, ngapa...