28

230 6 7
                                    

Alya mendengar suara kendaraan. Ia kira kendaraan tetangga. Ternyata ayah dan bundanya datang. Ia melempar asal sapu lidi.

" Alya selesaikan dulu nyapunya, " Setelah menyalami kedua orang tuanya ia menyelesaikan menyapu. Baru kemudian berkumpul di ruang tamu.

" Ayah bunda gak bilang dulu mau ke sini? " Ayah memeluk Alya dari samping. Ia juga mengecup puncak kepala anaknya sayang.

Purnama bersinar menghiasi langit gelap. Azzam belum sampai rumah. Biasanya Azzam selalu memberinya kabar. Tapi kali ini ia tidak menerima pemberitahuan apapun. Alya sangat khawatir.

Azzam berada di ruang rawat inap. Tubuhnya baru saja kehilangan banyak darah. Beruntung rumah sakit memiliki banyak persediaan kantong darah sesuai golongan darahnya. Alya tidur sambil duduk.

" Al? Kamu sudah jenguk Mas Azzam? " Alya tidak mengerti maksud Syaril. Syaril baru saja datang dengan Safina anaknya.

" Maksudnya? "

" Mas sejak kemarin di rumah sakit, Al. Umi belum kasih tahu kamu? " Alya menggeleng. Ia bahkan tadi malam tertidur dengan posisi duduk menunggunya. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Tak ada yang memberitahunya juga.

Alya bergegas mengambil kunci mobil juga dompet. Syaril ikut naik mobil menuju rumah sakit. Alya sungguh membenci suasana rumah sakit.

Alya mendorong pintu kayu. Ia terkejut Azzam sedang makan disuapi seorang wanita entah siapa. Ia tidak jadi masuk. Umi yang baru saja dari kantin heran melihat menantunya.

" Kenapa gak masuk? Maaf ya umi belum memberitahu, " Alya tersenyum.

" Iya umi. Gak papa. Alya pamit ya umi, " Sinta terlalu kuat membuka pintu sehingga Alya jatuh. Umi geram ia menampar Sinta. Azzam bangun karena mendengar keributan. Ia mencabut infus. Istrinya tergeletak di lantai. Azzam menggendong Alya. Wanitanya sedang kesakitan. Ia membawa ke UGD dengan cepat. Pembuat keributan masih ada di depan ruang rawat.

Azzam masih pucat. Kepalanya masih sedikit pusing. Ia menunggu di kursi tunggu depan UGD.

" Zam, Alya mana? "

" Di UGD, " Azzam terduduk tak sadarkan diri.

😁😁😁

Alya baru saja melahirkan seorang putra. Ia meminta agar bisa satu ruangan dengan Azzam.

" Allahu akbar. Kalian berdua membuat semua panik, " Senyum Alya memudar. Tadi ia memandangi wajah tidur Azzam dari samping.

" Maaf. Kita sudah baik. Mas Azzam baru saja istirahat lagi. "

" Bagus. Jangan buat semua cemas, " Safina merengek akhirnya menangis. Syaril menjadi tidak enak karena suara tangisan Safina bisa mengganggu. Ia pamit pulang bersama Dirham.

😁😁😁

" Yusuf Ulumil Azzam "

Alya membelai pipi merah putranya. Menciuminya gemas. Bayi laki-laki itu baru saja bangun dari tidur. Mulutnya terbuka tutup, Alya tahu anaknya haus. Tapi tadi anaknya belum bisa menyusu secara langsung. Agak sedih sebenarnya, tapi kasus seperti ini bisa saja terjadi. Syaril kebetulan baru masuk. Ia mengunci pintu dan membantu Yusuf menyusu. Alya menangis.

" Nanti juga bisa sendiri, Al. Butuh adaptasi Yusuf tu. "

" Safin sama siapa Ril? " Yusuf selesai menyusu. Syaril membersihkan sekitar mulut Yusuf dengan tisu lembut.

" Umi. Ada ibu persit di luar. Biar kupanggil ya? " Yusuf tertidur. Ia tidak terganggu bahkan saat ibu-ibu persit menciumi pipinya.

😁😁😁

ALAZZ (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang