PUSING

224 11 0
                                    

Alya telah sampai di ruang ujian. Ruangan 11 ia mencari namanya di daftar nama depan kelas. Meja nomor 7 terletak agak belakang. Ia meletakkan tasnya kemudian mempelajari lagi materi yang akan diujikan.

Tet tet tet

Alya berjalan gontai ke perpustakaan. Ia tidak berniat mengisi perutnya saat istirahat sebelum masuk ujian kedua. Ia duduk di kursi samping jendela yang menghadap ke taman. Ia menatap taman dengan pohon yang rindang. Tapi tatapannya kosong. Ia sudah mengirim surat pertama. Ia tidak menitipkan ke petugas belanja. Dua minggu yang lalu ia menemani Syaril untuk memesan gorden jadi ia bisa mampir ke pos. Sampai sekarang masih belum ada balasan dari Dallas. Apa surat itu tidak sampai. Apa suratnya nyasar. Atau ia sangat sibuk. Atau memang tidak berniat membalas.

" Door. "

Alya terlonjak. Ia menatap tajam Fakhila yang mengusik lamunannya.

" Kenapa Al? "

" Engga. Udah belajar Fakh? Santai banget kayaknya. "

" Udah. Lebih santai siapa melamun di sini. Kamu pasti lebih dari belajar kan. Sampai kantung matamu kayak mata panda. "

" Siapa ngelamun juga. Iyakah? Lucu dong kalau kaya panda. "

" Dasar. Balik yu bentar lagi masuk. "

👷👷👷

Syaril melangkah santai menuju ruang ujian Alya. Ia memang tidak sekolah di lingkungan pesantren. Jadwalnya juga hanya satu pelajaran di ujian jadi ia bisa menjemput Alya di ruangannya. Ia mendekati Alya yang sedang membereskan alat tulisnya. Pulpennya jatuh ia menunduk untuk mengambil. Bertepatan dengan Syaril memanggil namanya keras.

"ALYA! "

Alya yang kaget. Mendongak. Tapi kepalanya terantuk meja. Terdengar suara ringisan. Syaril hanya tertawa bisa mengerjai Alya. Alya memperbaiki posisi dan kembali memasukkan barang-barang ke dalam tas.

" Ada apa nong? "

Syaril menyerahkan sebuah amplop putih kepadanya. Ia mengernyit lalu tersenyum. Alya mengajak Syaril ke stadion. Ia ingin membaca suratnya di sana. Semoga kabar baik yang ia baca. Alya tidak berhenti tersenyum.

Assalamualaikum Al sahabatku tersayang. Hahahaha.

Aku baik Al. Sekolah beda gak ada kamu. Gak bisa adu urat sama kamu. Oh ya Bian nanya kamu di mana. Lah aku juga gak tahu gak percayaan dia, mukaku yang ganteng ini jadi bonyok gara-gara bogem mentah dia.

Oh ya Al. Aku marah sama kamu sebenarnya. Ngilang aja. Tapi aku seneng kamu gapapa. Semoga betah ya di pesantren. Cepet lulus MANnya. Kita kuliah di universitas. Gak sabar lihat tingkah konyolmu. Hahaha.

Kamu masih ingat ta cita-cita ku. Doain ya Al. Nanti aku bakal datang ke ayah sama bunda kamu pakai seragam itu. Jangan menungguku Al. Jalani hidupmu sesuai keinginanmu. Aku tidak mau menyakitimu dengan menungguku. Aku akan berusaha Al. Aku sayang kamu. AKU KANGEN AL.

Wassalamualaikum

Dallas

" Kenapa. Terjadi sesuatu? "

" Dia baik Ril. Tapi seakan mau pergi aja. Dia bilang kangen. Aku juga. "

Syaril menepuk pundak Alya lembut. Alya menyenderkan kepalanya ke bahu Syaril. Keduanya menatap langit yang menggelap. Sepertinya sebentar lagi hujan. Alya dan Syaril turun dari tribun. Hujan turun semakin deras. Ia memutuskan berhenti di ruang transit pemain. Ia menepuk-nepuk bajunya yang agak basah.

" Al aku seneng kamu senyum lagi. "

" Hahaha makasih ya sampai repot antar ke ruang ujiannya, nemenin baca di sini, terjebak hujan juga. "

" Gapapa aku seneng kalau kamu seneng. Al aku mau ngomong. "

" Ngomong apa? Serius banget. "

" Aku akan menikah sebentar lagi. "

" Hah?😨😱. "

" Dirham. Setelah kompetisi selesai ia yang akan menikahi ku. Sebenarnya buka Dirham tapi ayahnya dia teman ayahku dan melamarku untuk Dirham. Aku akan melangkahi abang. Aku tahu abang juga ingin tapi memang belum ada yang cocok menurut abang. Lagipula sibuk tugas negara terus. Kamu tahu Al? "

" Hah? Tahu apa? "

" Aku sempat berbicara dengan Dirham. Dia menyukaimu Al. Dia berencana melamarmu setelah lulus. "

" Apa? Tapi aku tidak suka padanya. "

" Apa kamu bahagia Ril? Selamat ya. Semoga lancar sampai hari pernikahan dan sakinah, mawadah warahmah pernikahanmu. Barakallah. "

" Bagaimana bisa aku gini Al? "

" Apa maksudmu? "

" Aku memang mencintainya. Tapi bahkan dia mencintai orang lain dan itu temanku sendiri. Aku bahkan masih kelas 2. Dia terlihat tidak begitu tertarik padaku. Aku bingung Al. Aku gak mau mengecewakan Abi. Tapi aku..." Alya memeluk Syaril. Ia membelai kepala Syaril yang tertutup jilbab. Ia senang Dirham akan menikah. Artinya dia tidak akan berlaku aneh padanya lagi. Ia baru tahu kalau Syaril mencintai Dirham. Padahal ia selalu menceritakan jika Dirham selalu berlaku aneh padanya.

" Tatapannya sendu dan terluka saat menatapku Al. Dia bilang tidak bisa membatalkan karena tidak mau mengecewakan ayah dan ibunya. Aku harus gimana Al? Dia terluka menatapku tapi dia selalu ceria setelah latihan Qori karena bisa melihat mu. Ia selalu sengaja agar bisa bertemu kamu. Aku gak suka dia gitu. Tapi aku juga belum menjadi siapanya. Aku marah. Aku tidak mungkin menyahkanmu Al. Kamu sudah memiliki pilihan sendiri juga. "

" Berdoalah. Minta petunjuk sama Allah. Aku tidak bisa memberikan kamu nasihat lain Ril. Aku juga bingung. Aku juga belum pernah menikah jadi. Jangan patah semangat. Kalau dia memang imam yang Allah tidak untukmu. Kamu pasti bisa membuatnya menyayangi kamu. Ketika dia mengucap janji di hadapan abi kamu, penghulu, dan saksi dia sepenuhnya memiliki tanggung jawab yaitu kamu. Dunia akhirat Ril. Dia juga paham agama tidak mungkin dia tega menyakiti wanita. Kulihat dia baik Ril dari kacamata sekilas karena aku juga tidak akrab dengannya, " Alya menatap wajah sembab yang berada di depannya. Ia tersenyum agar Syaril tersenyum.

" Semangatlah. Kita pulang kamu butuh istirahat besok juga masih ujian dan kita butuh belajar. "

👷👷👷

Alya memasuki kamarnya. Fakhila sedang tertidur dengan posisi duduk dan ada buku sebagai bantalnya. Newya sedang makan kerupuk pedas sambil berhuh-hah kepedasan.

" Al tolong air. Pe Des. "

Alya menuang air ke dalam gelas dari teko dan memberikan kepada Newya.

" Syukron. Kamu dari mana? Bukannya ujian selesai dari tadi ya? "

" Ke stadion sama Syaril. "

" Oh. Iya Al itu ada paketan buat kamu katanya dari bunda. "

Alya bergegas membuka kardus. Ia melihat album foto dan mengambilnya tidak peduli dengan isi lain di kardus.

Ia menatap album dengan sampul berjudul " Your Future ". Ia belum sempat membuka album sudah dipanggil untuk piket memasak. Ia bergegas mengganti bajunya. Merapikan kardus dan album foto.

ALAZZ (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang