Dua

24 3 0
                                    

#Part Dua

"Leo, anterin gue ke Loyal Spasi yuk?"

Bryan segera menoleh, memandang wajah gadis cantik yang duduk lumayan jauh darinya. Dari sini, Bryan bisa melihat wajah Sasya yang sengaja diimut-imutkan.

Loyal Spasi? Bukannya itu nama hotel terkenal di Jakarta. Hotel bintang lima yang mendapatkan predikat pelayanan terbaik se-Indonesia. Tamunya merupakan para selebriti terkenal, Duta besar dari berbagai negara, bahkan para konglomerat dari Arab Saudi. Lalu, untuk apa Sasya ke Loyal Spasi?

"Kan gue udah bilang, sya, gue bener-bener ngga bisa. Minta temenin Darren aja." Penolakan Leo membuat Sasya akhirnya cemberut. Bukan tak mau dengan Darren, Sasya hanya malas jika mendengar segala gombalan yang Darren lontarkan.

"Mana mau Sasya sama gue," ucap Darren putus asa. Padahal, dari segi tampang, wajah Darren bisa disandingkan dengan aktor papan atas. Dengan kulit putih dan mata biru gelap. Hidungnya pun mancung dengan rambut coklat gelap.

Wajahnya yang tampan tentu sangat pas jika disandingkan dengan wajah Sasya yang ayu bak bidadari. Sayangnya, Sasya tak tergiur dengan tampang. Kesehariannya yang memang sudah biasa dikelilingi pria tampan seperti Dave dan Leo, membuat Sasya tidak heran apalagi ngebet dengan wajah tampan seseorang.

"Makanya, lo jangan modus terus!" Timpukan yang Leo berikan pada Darren membuat Sasya terkekeh. Apalagi saat melihat Darren membalasnya dengan melempar kulit kacang tepat ke wajah Leo.

"Namanya juga usaha, bro," jawab Darren dengan wajah memelas.

Dan pada akhirnya, pilihan Sasya satu-satunya adalah kesana sendiri. Dengan meminjam mobil Leo yang semalam ditinggal disini, karena tadi, Sasya datang menggunakan motor sportnya dengan dibonceng Leo. Tidak mungkinkan, Sasya naik motor sport dengan rok mini?

Baru saja hendak berpamitan ke keduanya, dari sisi samping, seseorang sudah menyela.

"Ren, gue balik dulu, nganterin Emily ke mall." Darren melirik takut ke arah Sasya, gadis itu tampak masih menundukan wajahnya, enggan melihat wajah tampan Bryan yang baru saja berpamitan pada Darren.

"Engh, apa ngga sebaiknya, lo pulang sama gue aja?" tanya Darren, mencoba menawar agar Bryan membatalkan rencananya.

"Ngga bisa, gue udah nge-iya-in. Gue pamit dulu." Setelahnya, Bryan melangkah menjauh. Mereka bertiga masih bergeming. Tak ada yang berbicara sedikitpun. Darren melirik takut pada Sasya yang kini malah tersenyum miring.

Gerakan Sasya yang tiba-tiba membuat Leo kaget. Tiba-tiba saja, Sasya berlari menjauh. Meninggalkan dua orang yang masih terbengong.

"Masih aja ngga ada kapoknya," gumam Leo yang kini tampak melangkahkan kakinya dengan malas mengikuti Sasya.

"Bry! Bryan!" panggil Sasya cepat.

Bryan menghentikan langkahnya, memutar badan dan berakhir memutar bola matanya malas. Berpura-pura tersenyum saat Sasya sampai didepannya dengan cengiran lebar.

"Apa?" tanya Bryan singkat.

"Kamu mau ke mall kan? Boleh nebeng ngga? Aku mau ke Loyal Spasi."

"Ngga bisa Sya. Gue kan udah bilang, mau nganterin Emily."

"Kan kita bisa bawa mobil Leo. Bisa bertiga."

"Motor gue gimana bego?!" kata Bryan sedikit menyentak. Malas berdebat dengan gadis yang dianggapnya kurang waras ini.

If NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang