Prolog

46 4 0
                                    


Jangan pernah anggap dia malaikat penolong, karna malakat penolongmulah yang akan menghancurkanmu. Dan hanya Iblis sepertiku yang bisa menolongmu.

[Prolog]

"Tolong!"

Teriakan itu menggema di ruangan serba gelap. Sebuah gudang tempat penyimpanan perangkat rumah yang sudah tua.

Seorang gadis dengan kondisi terikat ditangan dan kakinya kembali berteriak keras. Meminta pertolongan kepada siapapun yang mungkin mendengarnya.

Sia-sia. Tak ada yang mendengar. Dan lagi-lagi, air mata itu kembali mengalir. Memberikan rasa sesak yang begitu dalam pada hatinya.

"Tolong…"

Ucapannya semakin melemah. Dalam hati, ia selalu merapalkan doa. Berharap sahabat dan orang terkasihnya bisa menemukannya. Keluarganya pasti mencemaskannya.

Ini sudah hari kedua semenjak dia terkurung diruangan gelap ini. Hanya diberikan makanan seadanya setiap pagi dan malamnya oleh orang berbadan besar yang tak dikenal gadis itu.

Kemeja putih dan rok abu-abu khas seragam SMA-nya sudah kusut. Ada beberapa noda coklat dari tanah di kemejanya. Bahkan ada noda merah-kecoklatan dari darah kering yang keluar dari lehernya.

Pintu terbuka. Seberkas cahaya yang lama tak gadis itu liat menerobos masuk. Seorang cowok berpakaian serba hitam masuk tersorot cahaya, bagaikan malaikat yang muncul dari cahaya. Namun sayangnya, dia bukan malaikat. Dia iblis.

"Apa kabarmu nona?" tanyanya. Dari matanya, gadis itu yakin bahwa orang itu berseringai licik dibalik masker hitamnya.

"Kau terlihat semakin cantik, nona," tambahnya.

Gadis itu hanya diam. Matanya menyorot tajam. Sarat akan kemarahan. Dalam hati menebak-nebak, siapa yang tega berbuat ini padanya.

Cowok itu mengeluarkan kertas dari saku hoodie hitamnya. Sebuah amplop.

"Mau tau ini apa, nona?"

Sang gadis hanya diam. Tak ingin menjawab, padahal dalam hati sangat penasaran.

Orang itu tertawa. "Ayahmu …" Sengaja menggantung ucapannya.

Jangan bilang, ini tentang Ayah? Shit! Gadis itu mengumpat dalam hati.

"Ayahmu pasti marah, nona. Jika beliau melihat ini." Gadis itu menyerngit. Ini tak seperti tebakannya yang mengira cowok itu menyakiti Ayahnya.

"Sebaiknya kau lihat saja sendiri." Setelah itu, cowok itu membuka ikatan di tangan gadis cantik itu. Selanjutnya menyerahkan amplop itu dipangkuan gadis itu.

Awalnya, dia enggan melihatnya. Tapi rasa penasaran mendorongnya mengambil amplop yang bagian depannya terdapat sebuah nama salah satu rumah sakit swasta besar di kota Jakarta.

Setalah membuka kertas diamplop itu, yang pertama kali dilihatnya adalah rentetan beberapa kalimat. Matanya beralih fokus pada kata yang tercetak tebal. Itu namanya.

Setelahnya, dia membaca kalimat yang membuntutinya. Wajahnya memucat. Bibirnya bergetar.

Seakan tau jika gadis itu tertekan, cowok itu tersenyum puas. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu. Kalimat yang didengarnya membuatnya membeku. Ini tidak mungkin!

"Dan aku ayah dari calon anakmu itu, gadis manis," ucapnya penuh rasa bangga.

Yang tertulis dikertas itu adalah pernyataan bahwa dirinya positif hamil. Bahkan disaat dia belum lulus SMA.

"Oh, maaf. Atau aku harus menyebutmu wanita manis?"

Dan hari itu, gadis --ralat, wanita-- itu merasa hidupnya hancur. Dan tak ada yang bisa menyelamatkannya. Orangtuanya, sahabat, bahkan orang yang selalu diperhatikannya tak ada yang bisa menyelamatkannya.

Orang itu menyeringai. Perlahan dia membuka masker yang dipakainya. Seringaian tipis masih mendarat dibibirnya. Dan sekali lagi, gadis itu merasa hidupnya lebih hancur. Kaget melihat orang yang selama ini dianggapnya sebagai orang terbaik dan tertulus justru menghancurkan dunianya.

"Ka- kamu jahat." Hanya itu. Hanya itu yang mampu keluar dari mulut gadis yang saat ini sedang menangis tersedu-sedu.

🌷🌷🌷

Gimana prolognya? Kurang ngga? Semoga suka yaa😚

If NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang