Eldric Bryan Tanurexa

31 5 0
                                    

Aku buruk, tapi, orang-orang yang hanya bisa membicarakanku dari belakang lebih busuk.

#Eldric Bryan Tanurexa

"Emily."

Teriakan itu menggelegar di koridor kelas XI IPS. Bryan langsung saja masuk ke kelas XI IPS 1 tanpa memperdulikan wali kelasnya yang sedang membagikan raport.

"Bunda Dari, liat Emily ngga, Bu?" tanyanya pada Bu Dariyah atau yang sering cowok itu panggil dengan panggilan Bunda Dari.

Mengabaikan tatapan membunuh dari musuh bebuyutannya itu. Tatapan mata menusuk di balik kacamata tebalnya --yang membuat siapapun akan menciut, kecuali Bryan tentunya.

Si tampan pembuat onar yang tak pernah takut dengan siapapun --kecuali orangtua nenek-kakeknya-- itu tampak sibuk mencari sosok bernama Emily.

"Emily," panggilnya lagi. Kali ini dengan suara yang lebih pelan. Beranjak dari pintu kelasnya setelah dirasa tak ada tanda-tanda keberadaan Emily di dalam kelas.

Berlari menyusuri koridor dengan mata yang terus menjelajah. Mencoba mengabaikan sapaan-sapaan dari siswi Galaxy yang sebagian besar adalah mantannya.

Meski itu tentu saja sangat susah. Baginya pujaan para gadis adalah hidupnya. Jadi, mengabaikan sapaan seorang gadis-pun rasanya seperti menyebrangi lautan dengan berenang --bisa, tetapi sulit.

Langkahnya berhenti pada ujung koridor yang menghubungkan dengan taman. Mata secerah lautan itu menemukan tiga orang gadis yang tampak sibuk dengan 'acara'-nya.

Sempat terdiam saat matanya menemukan gadis yang dua tahun ini mengganggu hidupnya. Benar-benar mengganggu hidupnya. Keseluruhan dalam hidupnya.

Tak ingin terlalu lama memandang wajah gadis menyebalkan yang sialnya cantik itu, Bryan melangkahkan menjauh. Sekali lagi mencari sosok bernama Emily yang dari pagi belum juga ditemukannya.

Tersenyum lega saat matanya menangkap sosok gadis berparas ayu bernama Emily itu sedang asik tersenyum diarea parkir. Berdiri dengan anggunnya di depan mobil berwarna putih.

Tampak berlari pelan menghampiri gadis itu, Bryan terus menyunggingkan sebuah senyuman.

"Hai, bro!" sapanya. Bukan untuk Emily, tetapi untuk cowok yang baru saja keluar dari mobil putih itu. Benjamin Rafka Alvariano namanya. Salah satu sahabatnya dari SMP.

"Hai, em!" Kali ini sapaan itu ditujuakan pada Emily. Yang langsung dijawab sanyuman manis dari gadis itu. Sedangkan Rafka hanya mengangguk.

"Baru dateng?" tanyanya basa-basi. Rafka lagi-lagi mengangguk, berbeda dengan Emily yang kini tengan sibuk dengan ponsel pintarnya.

Sesekali cekikikan saat melihat foto beberapa orang yang bahkan Bryan tak bisa membedakan wajahnya.

"Oppa gue makin ganteng aja!" Lagi-lagi seruan itu yang Bryan dan Rafka dengar dari gadis itu. Bersahabat sejak SMP membuat Bryan dan Rafka hafal dengan kesukaan Emily. Salah satunya adalah cowok-cowok yang fotonya sedang Emily pandangi itu --yang selalu disebutnya dengan sebutan 'Oppa.'

"Bodo amat, Em." Dan lagi-lagi balasan itu yang dilontarkan Bryan. Berbeda dengan Rafka yang dengan tengilnya bilang; "Iya ganteng, tapi masih gantengan sahabat lo yang satu ini." Sembari telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri. Dan dengan segala kejailannya, Bryan akan mengambil alih tangan Rafka dan mengarahkannya kearah Bryan sebelum ucapannya selesai. Dan Emily akan mendengus lalu mereka bertiga tertawa bersama. Kejadian itu sudah sangat dihafal diluar kepala oleh Bryan.

"Oh, iya. Gue cari kalian berdua buat ngasih tau aja, sih." Bryan kembali membuka suara setelah tawa mereka reda.

"Apaan?" Masih sibuk dengan ponselnya, Emily tampak tak mengalihkan pandangannya saat bertanya.

If NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang