Sebelas

12 2 0
                                    

#Part Sebelas

Hari ini adalah tepat seminggu pasca kepulangannya dari liburan. Hari ini juga adalah hati pertama dia kembali sekolah. Tentunya dengan kelas baru. Hari pertamanya menjadi kelas dua belas.

Peraturan baru SMA Galaxy yang sudah diterapkan lima tahun terakhir ini, membuat hampir seluruh murid SMA Galaxy berangkat lebih awal. Peraturan ini memberlakukan pembagain kelas setiap murid pada tahun ajaran baru setiap tahunnya. Bukan hanya kelas, teman sebangangku pun sudah ditentukan. Untung saja, Sasya memiliki banyak kenalan, jadi, dia tidak terlalu merasa keberatan dengan peraturan ini.

Di dekat gerbang kedua, tepatnya jalan satu-satunya murid masuk yaitu disebelah kiri parkiran, sudah terdapat enam kubikel yang masing-masing dijaga oleh dua guru. Diantaranya ada kubikel dengan tulisan XI MIPA, XI IPS, XI BAHASA, XII MIPA, XII IPS, dan yang terakhir XII BAHASA. Kubikel-kubikel itu adalah tempat dimana murid SMA Galaxy mengembalikan raport sekaligus mengambil kartu sesuai dengan kelas dan jurusannya. Kartu itu digunakan mengetahui di kelas mana dan dengan siapa mereka duduk.

Sasya berjalan menghampiri kubikel paling ujung. Diatasnya terdapat tulisan XII MIPA. Untung saja, antrian tidak terlalu panjang, hanya ada lima orang yang mengantri, dua diantaranya adalah teman sekelas Sasya dulu di kelas sebelas. Sasya mengobrol sebentar dengan mereka, sebari menunggu gilirannya.

"Selamat, Sya, atas ranking satu-nya." Adalah Bu Rina. Guru matematika paling ramah yang Sasya temui. Guru yang usianya tidak muda lagi itu sangat disukai seluruh murid SMA Galaxy, bahkan murid badung sekalipun.

"Terimakasih, bu. Ini raport saya." Sasya tersenyum. Dia menyerahkan raport pada Bu Rina yang menjaga kubikel ini. Setelah mengantri hampir lima menit, akhirnya tiba juga gilirannya.

"Saya terima ya. Ini kartu kamu." Setelah mengucapkan terimakasih, Sasya bergegas menuju kelas XII MIPA 4, kelas berunya. Semua kelas duabelas berada di lantai tiga, jadi, dia memutuskan untuk bergegas.

Sasya memasuki kelas barunya, dia segera duduk di bangku nomer dua dari balakang, tapat disamping tembok. Dibelakangnya, Leo dan Rafka duduk dengan tenang, sedangkan depannya, Edgar duduk sendirian. Sasya juga bisa melihat Vee dan Ghea duduk di bangku paling depan, tepat di barisan sampingnya. Teman sebangkunya pun belum datang.

Sasya menyerngitkan dahinya heran, entahlah, dia merasa ada yang aneh dengan kelas ini. Dia juga bingung harus senang atau tidak. Masalahnya, sekarang dia sekelas dengan Edgar, kembaran Bryan sekaligus saingannya menempati posisi pertama dijurusan IPA seangkatannya. Cowok yang merupakan ketua kelas barunya itu --Sasya tahu karna nama ketua kelas sudah dituliskan di kartu yang diberi Bu Rina tadi-- sekaligus ketua OSIS yang sebentar lagi akan mencopot jabatannya itu beberapa kali menempati ranking satu. Untung saja, kali ini, Sasya berhasil merebutnya kembali. Sebernarnya tidak masalah dengan Edgar, toh, Sasya juga berteman baik dengannya. Tapi, Sasya benar-benar tidak bisa menjaga image-nya terus-terusan di depan Edgar. Walaupun Sasya yakin Edgar bukan cowok lemes yang gampang cerita ke siapa pun, tapi, Sasya tidak bisa menjamin bahwa Edgar tidak akan cerita ke Bryan.

Bel masuk sudah berbunyi, tapi calon teman sebangku Sasya belum kelihatan batang hidungnya. Vee dan Ghea menarik tangan Sasya ke lapangan upacara. Senin ini, upacara pertama di semester ganjil mungkin akan cukup lama. Selain karna upacara rangkap sekaligus pembukaan MOS, upacara ini juga sekaligus acara pembagian hadiah untuk peraih ranking tiga besar.

Setelah pembina upacara yang merupakan ketua yayasan sekaligus kakek dari kembar ganteng, Edgar dan Bryan, menyelesaikan ceramah super duper panjangnya, sekarang adalah waktunya pembagian hadiah. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa lain termasuk murid didik baru agar bisa seperti mereka. Nama Sasya, Edgar, dan Bryan dipanggil sebagai peraih ranking tiga besar jurusan MIPA kelas duabelas. Tetapi, Sasya tak melihat Bryan dimanapun. Tumben sekali cowok itu berhasil meraih ranking tiga.

If NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang