Enam

12 3 0
                                    

#Part Enam

Malam ini, semuanya sudah berkumpul, termasuk anak-anak Glower yang baru saja sampai sore tadi. Tidak semuanya sih, karna beberapa ada yang memutuskan untuk jalan-jalan atau sekedar mengisi perut mereka. Saat ini, mereka berkumpul dikamar Darren dan Leo.

Sasya mendengus, karena kebanyakan cowok, Sasya dan kedua temannya, juga Emily diusir keluar. Kafka tak mau kalah, dia mengikuti langkah kemanapun Emily pergi. Untung saja, Bryan menetap di kamar Darren. Darren melarangnya pergi. Lama-lama, Sasya suka bergidik melihat sifat posesif Darren ke Bryan.

"Sya, kita udah punya agenda kan?" Pertanyaan Vee membuat Sasya bangkit secara mendadak. Dia lupa. Lupa menyerahkan agenda ke Leo selama di Malang ini. Vee, si gadis ter-modus mengikuti jejak Sasya. Siapa sih yang ngga mau ketemu sama para 'pangeran' dan 'jendral'? Vee terkikik setelahnya.

"Agenda apaan sih, Abighea?" tanya Emily pada Ghea, karna hanya mereka berdua yang tersisa. Sedangkan Kafka duduk menyendiri tak jauh dari keduanya.

"Jadwal liburan selama Di Malang," jawab Ghea. "BTW, Ghea aja, gausah Abighea. Kepanjangan, kasian mulut lo entar belibet," lanjut Ghea yang diakhiri kekehan.

"Kalian liburan bareng cowok-cowok tadi ya? Pake segala ada agenda juga," tanya Emily lagi.

"Yoi. Sasya sih yang mau. Kalo Vee mah ngga bakalan nolak. Secara isinya cogan semua. Gue sih oke-oke aja, selagi rame, kan?"

Emily mengangguk. Benar juga. Selama ini, dia hanya liburan bertiga dengan Bryan dan Kafka. Paling-paling hanya ditambah Edgar atau Darren. Selalu, dia cewek sendiri. Membosankan, karna dia selalu dilarang ini-itu. Berbeda jika dia bisa liburan dengan sesama cewek.

"Hmm, gue-- hm, boleh ikut sama ka- kalian ngga?" Emily kikuk sendiri. Takut kehadirannya dan kedua temannya tidak di setujui mereka.

Tetapi, Ghea justru terkekeh. "Join aja. Gue yakin yang lain juga bakal setuju. Apalagi Sasya. Ya, gue tau sih Sasya emang rada ngga suka sama lo, tapi sans bae, selama ada Bryan di sisi lo, Sasya bakal welcome, kok."

Emily tak tau harus bereaksi apa. Jujur dia senang, Ghea menyambutnya dengan baik. Selama ini, dia hanya punya teman dua, cowok semua. Dia tak punya teman cewek sama sekali. Dan sekarang, liburan perdananya dengan sesama cewek justru dengan cewek yang membencinya? Emily benar-benar tak habis fikir saat dia meminta bergabung tadi.

Ghea melihat kegelisahan di wajah Emily. Ghea cukup paham. Emily pasti takut kepada Sasya. Bagaimana pun, Sasya adalah gadis paling berpengaruh di SMA Galaxy, Emily pasti tak ingin punya masalah dengan Sasya, atau semua orang akan membencinya.

"Sans aja kali, Sasya tuh sebenernya baik. Lo aja yang belum kenal. Gue jamin, Sasya tuh emang orangnya rada sinis, tapi dia tipe cewek yang pintar. Walaupun kelakuannya bar-bar, tapi dia tuh cewek yang beneran cewek. Dalam artian ngga main fisik. Lo santai aja, kayak di pantai."

Emily tersenyum tipis. Dalam hatinya, Emily juga menganggap Sasya gadis baik. Sangat baik malah. Tapi, obsesinya terhadap Bryan membuat kadang-kadang dia bergidig sendiri.

Baru saja Emily hendak menyahut, Kafka dari arah samping menginstrupsi. "Kita gabung sama mereka aja kali ya, Ly. Kan gabut kalo cuma bertiga."

Tepat sekali, dua orang sudah masuk ke perangkapnya. Dalam hati Ghea tersenyum puas. Selangkah lagi, selesai sudah tugasnya hari ini.

🌷🌷🌷

Sasya mendengus sebal. Bagaimana tidak? Saat ini, dia sedang duduk tepat di belakang cewek yang di bencinya. Cewek yang dengan tidak tau dirinya mengambil posisi Sasya disebelah Bryan yang sedang menyetir. Hari ini, mereka --Bryan dan kedua temannya, Sasya dan kedua temannya, dan anak-anak Glower memutuskan untuk pergi ke Coban Rondo. Wisata air terjun yang cukup terkenal di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

"Hai, Rafka! Lama banget ya rasanya ngga ketemu. Padahal kita satu sekolah. Ah, sayang banget kita ngga sekelas. Coba aja bisa sekelas, mungkin kita bakal jadi partner yang baik, bukan?"

"Ah, lo, Sya. Gue rasa, gue cukup beruntung pernah jadi partner olimpiade dan OSIS lo. Apalagi kalo bisa sampe jadi partner sekelas? Huh, gue mungkin akan mendeklaradikan diri jadi siswa di kelas IPA 8 terberuntung karna pernah jadi partner lo se Gaxy --SMA Galaxy," sahut Rafka heboh sendiri.

Percakapan Sasya dan Rafka sebenarnya sedikit membuat Bryan dan Emily merasa tak nyaman. Selama perjalanan, mereka semua hanya diam, membiarkan Sasya dan Kafka terus berbincang, mengenang masa-masa dimana mereka mengikuti olimpiade bersama.

"Lo itu kan jago banget Matematika, kenapa masuknya IPA 8?" Sasya bertanya penasaran. Laki-laki yang duduk disampingnya ini adalah satu-satunya orang yang berhasil memberoleh nilai sempurna di bidang matematika sewaktu Ujian Akhir Semester. Padahal, walaupun Sasya juga meraih nilai yang sama sempurnanya, gadis itu menganggap bahwa soal itu lumayan sulit untuk dirinya yang mempunyai jam belajar matematika lebih lama dibandingkan anak IPA 8 yang katanya adalah kelas buangan.

Rafka terkekeh, pertanyaan yang sudah sering dia dengar dari guru, kini kembali didengarnya dari Princess-nya SMA Galaxy. "Nih, ngikutin mereka berdua." Sebenarnya tak benar-benar mengikuti sih, karna Emily juga berada di kelas IPS, tapi karana kedekatan IPA 8 dengan kelas IPS, Rafka menganggap itu sudah cukup.

Jawaban yang kelewat santai itu membuat Sasya melotot sebal. "Lo bego ya?! Bakat lo tuh di Matematika, dan gue juga yakin kalo lo sebenarnya juga minat. Tapi lo malah milih ngikutin teman-teman lo yang bodoh ini?! Dasar bodoh!" Sasya geram sendiri, bagaimana bisa, seseorang menggantungkan masa depannya hanya demi teman? "Solidaritas sih solidaritas, tapi ngga usah jadi bego juga! Dasar manusia ngga guna!" imbuh Sasya sengit.

"Ngomongnya ngga usah kasar kali. Inget, lo itu cewek!" Peringatan Bryan membuat Sasya mengalihkan tatapan sebalnya pada cowok yang disukainya itu.

"Emang kenapa kalo gue cewek?! Masalah buat lo?!"

Bryan menghela nafasnya kasar. Kesal sendiri dengan Sasya yang selalu nyolot. Gadis itu akan mempertahankan pendapat yang menurutnya benar walaupun dengan cara melukai perasaan orang lain sekalipun, Bryan mengenalnya dari lama.

"Ngga usah di dengerin, Em, Kaf. Nenek lampir biarin aja ngoceh," ucap Bryan pada Emily dan Kafka yang justru malah terkekeh.

"Maksud lo apa, ngomong gue nenek lampir?! Huh?! Asal lo tau aja, gue cewek tercantik di SMA Galaxy! Diamuk fans gue baru tau rasa lo!" Satu fakta lagi yang kalian harus tau tentang Sasya selain bar-bar, dia gadis yang teramat percaya diri. Tapi, siapa pun tak pernah bisa menyanggah karna itu memang kenyataannya.

"Cantik sih cantik, tapi kalo gagal move on ya percuma." Pernyataan dari salah satu mantan Bryan yang lain alias Vee membuat cowok itu tertawa dengan sangat keras. Bahkan, sampai membuat Emily memukul pundaknya agar berhenti tertawa dan kembali fokus dengan jalan.

Wajah Sasya memerah. Bahkan sampai ke telinganya. Seluruh wajahnya memanas. Dia menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Berharap, hal itu bisa membuat merah di wajahnya menghilang. Begitu mudahnya membuat seorang yang disebut-sebut sebagai Princess itu menahan malu.

🌷🌷🌷

If NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang