Day

4 2 0
                                    


Aku berjalan pelan.

Hari ini aktivitas kuliahku berlanjut.

Aku bergumam pelan pada lagu yang sedang kudengar dengan headset.

Itu menenangkanku. Cukup.

Walau semalam, perasaanku tidak jelas.

Dan sedikit membingungkan.

Tapi aku memilih cuek dan menjalani semua ini apa adanya.

Tunggu.

Aku menarik nafas. Begitu kulihat pria dihadapan sana tersenyum kecil dan menghampiriku.

Aku tidak habis ikut dengannya.

Benar-benar tidak tahu diri.

I really hate him.

Dia menyentuh pundakku.

Merangkulnya pelan. Namun kutepis dengan kencang.

Jangan sampai ia berlaku tidak baik lagi padaku.

"Aku merindukanmu. Tolong jangan hindari aku seperti ini." Ucapnya pelan.

It's ok.

Dia mencari keributan.

"Bukankah sudah pernah kubilang, aku tidak mau melihatmu lagi dihadapanku. Pergilah. Jangan temui aku lagi."

Aku menatapnya jengah.

Ia berdiri di hadapanku.

Sangat dekat. Dan membalas tatapanku dengan halus.

"Jatuh cinta seorang diri itu menyiksa. Tolong jangan jauhi aku, hye-ah."

Aku menatap ke bawah. Melihat jarak kaki kami berdua.

Hanya lima jengkal. Aku tahu itu.

"Aku muak berurusan dengan pria brengsek yang bertingkah semaunya sepertimu."

Dia mengangkat daguku. Namun aku tidak mau menatapnya.

"Maafkan aku. Kemarin aku kelepasan. Aku tidak bermaksud melakukannya kepadamu. Tolong maafkan aku."

Aku mulai menatapnya.

Dia mengiba padaku. Tatapannya tidak sejahat kemarin.

Apa dia berubah?

Have he really change?

Aku menjauhkan tubuhku darinya.

Dan menatapnya sekali lagi.
"Aku juga manusia. Sifat manusiawiku juga akan keluar. Ketika kau melakukannya padaku, aku sangat membencimu. Aku bisa saja memaafkanmu. Tapi dengan satu syarat."

Ia mengernyit.

"Apa syaratnya?"

Aku menunduk sekilas.
"Jangan temui aku lagi. Anggap kita tidak pernah saling mengenal."

Dia diam. Seperti sedang mencerna kata-kataku.

"Hanya itu yang aku mau. Aku tidak akan meminta yang macam-macam. Tolong penuhi permintaanku."

Aku jahat.

Tapi dia lebih bejat.

Aku tidak bisa memaafkannya begitu saja.

Semua yang ia lakukan harus dapat konsekuensinya.

Aku berjalan pelan meninggalkannya.

Kulirik kecil ke samping.

The IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang