Over

10 1 0
                                    

Aku dibuat menganga oleh pernyataan gadis disebelahku.

Yoo Ra. Gadis itu terlihat sumringah dengan senyum yang tak ada habisnya.

Tentu saja ia sumringah, ia baru saja menceritakan tentang Namjoon yang mengantarnya pulang.

"Aigoo.. Apa tadi kau pingsan di mobil?" ledekku.

Yoo Ra merengut. Ia memajukan bibirnya dengan wajah memerah.

"Ya! Berhenti meledekku, Hye. Aku hampir saja mati oleh rayuan namjoon-oppa. "

Aku menahan senyumku.

Dasar lebay!

Gadis ini memang suka melebih-lebihkan perkataannya.

"Lalu, apa dia memberikanmu kontaknya? Atau.."

"Ah..dia memberiku ID Line. Sumpah, aku tidak tahu lagi harus berkata apa."

Dia memegang dadanya.

Nafasnya masih tersengal sebab tadi ia berlari dari halaman rumah sampai pintu masuk.

"Wah..sepertinya akan ada yang kencan nih seperti aku dan jungkook kemarin." Aku mencubit lengannya pelan.

Yoo Ra tersenyum.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Yoo Ra memang gadis yang cantik.

Senyumnya dengan sudut bibir yang melipat sedikit membuatnya memiliki ciri khas.

Wajahnya imut dan manis saat tertawa.

Aku jadi optimis kalau Namjoon akan suka dengannya suatu saat.

"Doakan saja, hye-ah. Aku juga berharap seperti itu. Aduh, insah sekali kalau itu sungguhan terjadi." Matanya menerawang ke atap.

Pasti dia sedang berkhayal.

Dasar halu!

_

Seoul, two days ago•

Sejeong menatap arlojinya dan sesekali melihat wajah Somi.

Gadis itu juga tengah menatap Sejeong dengan datar. Ia berkedip dua kali.

"Mau sampai kapan kau seperti ini?" ucap Sejeong.

"Harusnya aku yang tanya. Mau sampai kapan kau membohongiku terus?" Wajah Somi memerah.

Nafasnya memburu. Ia meremas ujung baju yang dikenakannya.

Sejeong mengacak rambutnya kasar.

"Berapa kali harus kubilang aku tidak bohong padamu? Aku lelah dengan sifa kekanakanmu itu, Han Somi. Aku juga punya kehidupan. Tolong hargai aku."

Somi semakin meremas bajunya.

Air matanya mulai turun setetes.

"Kau bilang aku kekanakan? Wajar saja aku begitu padamu karena kau itu pacarku. Aku tidak suka kau bohongi. Kalau kau bilang aku tidak menghargaimu, itu salah. Salah besar! Lalu selama ini aku membiarkanmu mengabaikanku karena apa? Karena apa kalau bukan karena aku menghargai hidupmu? Coba jawab aku, Sejeong!"

"Tutup mulutmu! Aku tidak butuh pacar posesif sepertimu."

Somi memegang lengan Sejeong. Ia meremasnya dengan kuat.

Perlahan, ia menutup matanya.

"Kau brengsek, Lee Sejeong." Lirihnya.

Remasannya melemas. Tangannya mulai turun.

The IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang