1(Revisi)

202 13 2
                                    

Aku berjalan sendiri di sepanjang koridor. Sepi. Itulah kata yg tepat untuk menggambarkan suasana sekolah hari ini. Ya iya lah, mana ada murid selain aku yg mau berangkat sepagi ini. Bahkan pak satpam pun mungkin hanya membuka gerbang lalu kembali ke rumahnya untuk kembali tidur

Ku lirik kembali jam di pergelangan tanganku.
05:55 WIB, masih terlalu pagi untuk ke kelas.
Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan sekolah di ujung koridor kelas XI.

Tap..
Tap..
Tap..

Langkah kakiku terdengar menggema di seluruh koridor. Saat mencapai di ujung koridor kelas X,
aku melihat sekelebat bayangan berlari menuju perpustakaan. Siapa yg mau berangkat sepagi ini selain aku? Siapa yg bahkan rela pergi ke perpus untuk membaca buku sepagi ini? Dan masih banyak pertanyaan lain yg sekarang memenuhi pekiranku. Dan kenapa tiba-tiba perasaanku jadi tk enak?mungkin hanya perasaanku saja.

Karna terlalu sibuk memikirkan siapa orang itu,aku jadi tk menyadari jika sudah sampai di depan perpustakaan.Ku buka perlahan pintu kayu perpustakaan.

Kriet...

Kosong. Itulah keadaan sebenarnya di dalam perpustakaan. Hanya terdapat rak-rak buku yg berjejer rapi dan di pojok ruangan terdapat meja baca. Ku perhatikan lagi setiap sudut ruangan, mungkin ada orang lain di sini selain aku. Namun hasilnya nihil. Tak ada satupun orang di sini, lalu kemana perginya orang tadi? Apakah ia hantu atau semacamnya?. Atau jangan-jangan dia vampir yg dapat menghilang?. bodoh, tak mungkin bukan ada hal-hal seperti itu di dunia ini.  Dasar korban drama!.

Ku langkahkan kakiku menuju salah satu meja baca yg terdekat dari pintu belakang. Entah kenapa aku memilih duduk di tempat terpojok. Tapi yang jelas instingku mengatakan ingin duduk di situ.

Aku duduk di salah satu kursi, lalu membuka buku Matematika-- eits.. jangan salah mengartikan klo aku membuka buku itu ingin belajar. Apalagi bukunya adalah Matematika. Jangan pernah harab!. Aku hanya membuka buku untuk menjadikannya bantal untukku tidur. Karna aku adalah orang yg anti membaca buku pelajaran. Aku hanya membaca buku-buku terpilih. Seperti novel dan komik bargenre percintaan yg berakhir bahagia.

Aku mencoba memejamkan mataku sebentar. Namun suara aneh mengganggu pendengaranku. Suara itu---seperti suara 2 pisau yg bergesekkan satu sama lain.

Apa? Pisau? Oh..god! Siapa yg melakukan itu? Bukankah siswa/siswi di sini tak boleh membawa pisau? Dan bukankah belum ada siapun yg datang?. Pikiran-pikiran negatif terus menerus masuk dalam otakku. Sebelum aku bertambah befikiran negatif. Aku mulai mencoba memberanikan diri melangkah mendekati asal suara.

SRET...SRET...SRET..

Suara itu semakin lama semakin dekat, seperti bukan aku yg mendekati, namun dia yg mendekati diriku.  Aku terus melangkahkan kakiku, menyusuri setiap rak-rak yg terpajang. Saat sampai di salah satu rak di ujung kanan koridor. Aku melihat ada seseorang berpakaian serba hitam sambil membawa 2 pisau di tangannya.

Ku intip dia dari  celah rak buku. Ku amati terus dirinya. Tunggu , sepertinya aku mengenal orang itu? Tpi benarkah itu orangnya? Tidak mungkin!.

Aku menggelengkan kepalaku kuat- kuat sambil melangkah mundur.

Bruk..

Sial! Mengapa harus ada buku yg jatuh? Jangan sampai aku tertangkap dan dibunuh karena ketahuan mengintip.

"Tok..tok..tok.. siapa di sana? Apakah orang itu memilih pergi atau tinggal selamanya?"  Suara  itu menggema di gendang telingaku. Suara itu terlalu familiar tapi terlalu kaku didengar. Seperti suara yg di miliki 2 orang sekaligus.

"Siap atau tidak aku datang" suara itu kembali bergema. Dan dapat ku pastikan kali ini jantungku serasa ingin copot saking cepatnya berdetak.

Penulis Dan Tokoh Utama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang