20

52 7 0
                                    

"Kita gak akan tahu apa yg terjadi di hari esok bukan? Siapa tahu memang  besok aku akan mati.. "

~Adinda Naya Saputri~



Hari ini Naya bertekat untuk mengetahui kisah masa lalunya. Ia merasa tak asing untuk semua hal yg terjadi, ia juga merasa aneh dengan mimpi yg akhir akhir ini ia lihat. Di dalam  mimpinya itu ia hanya melihat 3 orang anak kecil,  1 perempuan dan 2 laki laki. Naya tak dapat melihat dengan jelas wajah mereka. Yg Naya ingat hanya suara 2 orang anak laki laki itu sedangkan untuk yg perempuan Naya tak ingat sama sekali dengan suaranya.

Naya menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, kemudian ia berjalan ke arah ruang kerjanya--ia lupa mengambil beberapa berkas perusahaan dan kantor yg diminta sekretarisnya. Rencananya ia akan pergi ke panti dulu bersama Rafa setelah itu ia akan mengecek perusahaan dan kantornya.

Naya tersenyum kala mengingat nama Rafa, laki laki itu datang menemuinya tadi pagi pagi sekali, ia bilang jika masalah Danaya sudah selesai berkat bantuannya, Kakaknya Reyhan, dan Kakaknya Royan. Ia sendiri sudah senang bukan kepalang, ia bahkan berteriak, melompat, dan tersenyum sendiri seperti orang gila, ia hingga lupa jika dikamarnya ada kedua sahabatnya yg sudah menatapnya dengan tanda tanya  besar. Akh Naya benar benar merutuki dirinya sendiri yg tidak dapat mengontrol rasa senangnya.

Setelah kakaknya Royan pulang nanti ia harus mengucapkan terima kasih padanya. Ia tahu menyelesaikan semua masalah di Danaya yg notabe nya adalah perusahaan yg terpandang bukan hal yg mudah, ia sendiri saja bingung bukan kepalang dengan berbagai berita dan  masalah yg terus muncul. Akh... ia juga harus berterima kasih pada Reyhan yg membantu Royan menyelesaikan masalah ini.

Naya mengambil tas bermerek gucci yg tergeletak di lantai kamarnya. Ia berdecak, ini ulah sahabatnya yg main seenaknya mengacaukan kamarnya lebih tepatnya kasurnya dan meja belajarnya. Tapi ini juga salahnya yg meletakkan barang sembarangan.

"Non, di bawah ada Den Rafa" Naya menoleh cepat ke arah bibinya.  Ia tersenyum tipis lalu mengangguk.

Ia bergegas berdiri, merapikan pakaiannya. Lalu segera melangkah pergi,

"Eh? Bik bisa tolong nanti beresin kamar ya.. tapi jangan Ruang kerja" Bi inah mengangguk mendengar perintah nona nya. Ia sendiri senang bisa membersihkan kamar nona nya, karna ia tahu nona nya tak pernah mau kamarnya dibersihkan orang lain selain dirinya jika itu tidak benar benar mendesak.

"Iya non"

Naya tersenyum, lalu kembali melangkahkan kakinya meninggalkan bi Inah yg menatapnya hangat.
****
"Ayo berangkat!"

Rafa menoleh mendengar suara Naya, ia tergugu dihadapannya sekarang berdiri seorang yg sangat cantik menurutnya. Wajah manis dengan senyum itu benar benar membius dirinya untuk berlama lama memandang. Matanya meneliti setiap lekuk tubuh gadisnya, sangat cantik, sangat sangat cantik menurutnya.

"Rafa?" Rafa mengerjap saat tangan Naya menyentuh kulit lengannya, ia sadar sekarang bukan waktu yg tepat untuk memandangi wajah cantik Naya.

"Yaudah ayo!. Hm.. btw Ay' lo cantik hari ini, lebih cantik dari hari sebelumnya" ucap Rafa dengan menggengam tangan Naya dan menuntunnya masuk mobil.

Naya sendiri melting. Ia baper. Akh.. Rafa benar benar bisa membuatnya olahraga jantung.

"Makasih untuk pujiannya. Hm.. kita jadi kepanti asuhan kan?" Rafa tak menjawab, ia hanya mengangguk seraya tersenyum menatapnya. Dan itu sukses membuatnya melting lagi. Sukses membuatnya beper untuk kesekian kalinya.

Ia memalingkan wajahnya, ia sendiri sudah memenggang dadanya yg terus berdetak tak karuaan.

Berdekatan dengan dirimu benar benar buruk untuk jantungku yg lemah.
****

Penulis Dan Tokoh Utama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang