13

47 7 0
                                    

Langit jakarta yg gelap di hiasi dengan bintang bintang, membuat siapapun yg memandangnya kagum. Bulan purnama pun menjadi pelengkap di antara kekaguman yg tak terucap.

Di malam yg indah ini, Naya menikmatinya dengan membakar jagung di taman dekat kolam renang yg ada di rumah dengan 4 sahabatnya. Malam yg dingin tak pernah merubah kehangatan persahabatan tersebut, terbukti dengan bagaimana mereka saling berbagi celetukan celetukan receh yg membuat mereka tertawa.

Naya duduk di bangku taman sambil memandang langit, ia bingung bagimana ia harus bertanya kepada sahabatnya tentang siapa yg menjadi korban Si Penulis itu. Ia takut jika ia salah bicara mereka akan tahu semuanya.

Apakah seharusnya dia tak usah bertanya saja? Namun percuma saja ia menyuruh kakaknya untuk menginap di rumah sahabatnya agar ia dapat menanyakan ini. Akh.. ia pusing sekarang.

Clara sedari tadi memperhatikan gelagat aneh Naya, ia ingin bertanya 'ada apa' tpi selalu saja ia urungkan.  Kayla juga menyadari gelagat aneh itu, tpi dia juga tetap diam sama seperti clara.

Sintya yg sudah selesai membakar semua jagungnya pun ikut berkumpul Sahabatnya yg kini saling diam. Sintya menyerit, kenapa suasananya menjadi sepi senyap begini? Di mana celetukan receh tadi? Sintya menoleh kearah Diana yg tengah termagu menatap ponselnya dengan earpone bertengger di kedua telinganya. Sintya menghembuskan nafasnya panjang, ia akhirnya juga ikut diam.

Naya tersadar dari lamunannya saat suara suara sahabatnya tak lagi terdengar, ia bingung saat tahu sahabatnya hanya diam sambil menatapnya--kecuali Diana"Loh kok lo semua pada diem?" Tanya Naya.

Kayla mencibik, ia menatap Naya malas "karena yg punya rumah ngelamun gak tahu mikirin apa"

Naya tersenyum kikuk, mungkin ini saatnya ia bertanya "sorry deh, gue tuh lagi mikirin siapa korban selanjutnya aja. Kan kemarin mayat Aini udah di temuin"

"Yg gue tahu sih 3 hari belakangan ini si Hamid gak masuk sama kayak Lo gak ada kabar. Gue sih sempet kepikiran kalo lo yg jadi korban selanjutnya Nay' tapi Raka bilang klo Rafa ketusuk di taman belakang dan gue mikir klo lo gak masuk itu njagain Rafa yg sakit" Naya melotot saat kalimat jujur Kayla diucapkan, ia benar benar tak habis pikir dengan isi kepalanya Sahabatnya ini. Andai saja mereka tahu 3 hari belakangan kemarin ia terbaring di RS.

"Mangsud lo si Hamid si Ketua Tim basket?" Tanya Naya memastikan. Nama Hamid di sekolahnya tidak hanya satu, dan ia ingin memastikan jika bukan Hamid adik tingkatnya.

Clara menggelang cepat"bukan Nay' tapi si Hamid adik tingkat kita. Yg anak bahasa itu loh Nay', yg dulu waktu upacara penyambutan siswa/i baru sempet lo bully karna gak sengaja numpahin minuman ke seragam Sintya" Naya mengangguk anggukkan kepalanya. Sebenarnya ia tahu tapi ia hanya ingin memastikan saja. Jadi benar tebakan Rafa mengenai anak penerima beasiswa full. Lantas apa sebenarnya motif pembunuhan ini?

"Terus lo tahu info apa lagi Clara, Kayla? "

"Gue gak tahu info apa apa soal si Hamid ini, dia emang terkenal di kalangan gadis tpi gue gak pernah denger dia ada masalah atau apa. Makanya dari kemarin nih grub Hate SMA NJ isinya cuman penafsiran penafsiran gak jelas dari anak anak. Ada yg nafsir kalo si Hamid ini gak masuk karna takut ketemu mantan, ada juga yg bilang klo si Hamid ini gak masuk karna dia sakit. Tpi sampai hari ini, jam ini, detik ini belum ada kepastian si Hamid itu kenapa. " terang Clara.

"Lo masih masih masuk grub unfaedah itu Ra' ?" Tanya Diana setelah ia meletakkan ponsenya di meja yg ada di depannya "masih lah Din', mana bisa gue hidup klo gue keluar dari grub itu?" Kata Clara dramatis.

Sintya memutar matanya malas, Clara ini memang ahlinya melebih lebihkan "terlalu hiperbola lo Ra' "cibir Sintya

"Terserah gue dong! Hidup hidup gue juga." Ucap Clara kesal. Dan di lanjutkan perdebatan perdebatan kecil di antara ke duanya.

Penulis Dan Tokoh Utama ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang