23. Beijing, China

2.3K 332 101
                                    

Sudah hampir 6 bulan lamanya mengurus segala hal untuk kepindahan Jeongin, akhirnya semuanya selesai.

Ketika mendengar kabar Hyunjin hilang ingatan dan parahnya lagi, pemuda itu sama sekali tidak mengingat namanya atau siapapun. Mendengar itu Jeongin menolak untuk pergi menjenguk dengan alasan 'biarkankan saja dulu dia beristirahat'. Chan dan Changbin hanya bisa menurut.

Selama 6 bulan penuh juga Jeongin mendapatkan berbagai berita dan perkembangan dari Daniel. Cukup membuat senang mendengar bahwa Hyunjin masih bersikap sama seperti 'Hyunjin yang dulu' hanya minusnya pemuda itu tidak bisa mengingat apa apa. Melihat keadaan Hyunjin, Daniel berniat menghentikannya sementara dari hal yang bersangkutan dengan Mafia.

Lelaki berkepala 3 itu berkata bahwa Hyunjin sering mendapatkan sakit kepala apabila dipaksa untuk mengingat. Oleh karena itu dokter berpesan untuk perlahan saja membantunya dan biarkan ia mengingat kembali dengan sendirinya. Karena cepat atau lambat Hyunjin pasti akan sembuh.

Daniel berkata Hyunjin kini memiliki apartemen sendiri yang jaraknya lumayan jauh dari Mansion utama. Sekitar dua jam waktu yang ditempuh untuk sampai disana. Mengikuti salah satu perguruan tinggi terkenal di beijing. Jeongin senang karena kehiduoan Hyunjin jauh lebih normal sekarang.

Pemuda tinggi itu sudah ditawari rumah mewah dan segala fasilitas lainnya, namun Hyunjin menolak karena hal itu akan terlalu mencolok bagi seorang mahasiswa rantau. Ia lebih memilih fasilitas yang sewajarnya saja.

Jeongin dengan telaten dan bersungguh sungguh menyiapkan perpindahannya. Tentu saja dibantu ayah dan juga kakaknya.

Dan kini pemuda itu berdiri di terminal 3 bandara Sydney menunggu keberangkatan pesawat menuju China.

"Nanti tolong sampaikan salam kami pada Daniel. Kami akan menyusulmu secepat mungkin." Ucap Chan seraya memeluk tubuh Jeongin yang kini terasa mungil dalam dekapannya.

"Tentu saja Dad. Jeongin akan menunggu"

"i'm gonna miss you so badddd! Please take care!" Chan mendekap Jeongin semakin erat lalu menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kekiri. Menimbulkan tawa tertahan dan pekikan dari si kecil.

Chan melepas pelukannya lalu mengusak rambut si bungsu yang kini kembali berwarna hitam.

Jeongin menoleh kearah Changbin yang kini berdiri kaku dan mengedarkan pandangannya kearah lain. Kemana saja asal tidak menatap si bungsu.

Jeongin tersenyum. Tau bahwa sang kakak sedang menahan tangis.

Jeongin berjalan mendekat dan menyenggol tubuh Changbin pelan. Changbin menoleh sebentar kearah Jeongin yang kini tersenyum sumringah dihadapannya.

Changbin kembali menatap kesegala arah. "Hati hati ya" suara Changbin terdengar sedikit bergetar.

Jeongin menahan pekikannya ketika mendapati mata Changbim terlihat berkilat karena air mata. Dengan segera Jeongin menubrukam tubuhnya pada Changbin

"Aku tau, aku juga akan merindukanmu, Hyung"

Changbin tersentak. Lalu kemudian memeluk tubuh adik kesayangannya lalu menangis tersesu sedu.

Chan disana tersenyum penuh arti dengan air mata yang sedari tadi telah jatuh membasahi pipi.

.
.
.

H

yunjin mengehembuskan asap rokoknya ke udara. Mengemudi dengan santai sendirian diantara hiruk pikuk Beijing yang pada saat itu memasuki waktu waktu sibuk. Jam baru saja menunjukan pukul 10 pagi dan Hyunjin dipaksa bergegas pulang karena ada sesuatu.

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang