24. Ah it hurts.

1.3K 242 80
                                    

Saya tau. Saya gapunya alesan . Saya siap dihujat:")

.
.
.

Jeongin menatap barisan roti gandum diatas meja makan dengan berbagai toples selai terpajang rapih disisi kanan meja makan dengan mengantuk.

Memperhatikan Hyunjin yang tengah mengoleskan selai coklat pada roti bakar yang baru saja ia ambil dari panggangan roti, pemuda jangkung itu meraih pisang di meja lalu ia potong tipis tipis lalu ditata diatas roti yang baru saja ia olesi selai. Setelah tertata Hyunjin menutupnya dengan roti lainnya yang juga telah ia olesi selai keju yang jujur saja membuat perut Jeongin semakin berdemo minta diisi.

Hyunjin meletakannya pada piring kecil lalu ia simpan dimeja makan dihadapan pemuda yang lebih muda.

"Terimakasih."

Hyunjin hanya membalas dengan senyuman lebarnya lalu mencubit pipi Jeongin dengan gemas.

"Habiskan. Susunya juga. Saya lupa ada kelas pagi ini akhirnya kesiangan, jadi tidak bisa menemanimu sarapan. Maaf? Saya akan pulang siang.'' Jelas Hyunjin menggigit rotinya lalu menyambar ransel diatas kursi.

"Nanti saya akan ajak jalan jalan." Hyunjin kembali mendekati Jeonging lalu mengusak rambutnya gemas. "Baik baik disini. Jangan bermain api, apalagi memainkan benda tajam. Tolong jauhi kabel kabel nanti bisa terset-"

"Aku bukan anak kecil, Hyunjin."

Hyunjin terkekeh, "Saya tau saya tau.."

Hyunjin berjalan menjauh menuju pintu diikuti Jeongin yang mengekor dibelakangnya. "Kau mau kemana?" Hyunjin mendongak ketika tengah menggunakan sepatu.

"mengantarmu kedepan pintu." Ucap Jeongin.

Senyuman diwajah Hyunjin merekah. Dengan cepat ia mengikat tali sepatunya lalu memeluk yang lebih muda. "Manisnya.."

Hyunjin tersenyum lebar sembari menggesek gesekan kepalanya pada Jeongin. Sedangkan Jeongin diam diam menahan rasa panas yang menjalar diwajahnya.

"Saya berangkat. Jaga diri baik baik.." Hyunjin melepaskan pelukannya, tersenyum kearah Jeongin lalu melenggang keluar pintu.

Sepeninggalan Hyunjin, Jeongin merosot terduduk diatas lantai. Memeluk lututnya dan membenamkan kepalanya. Hatinya berdegup brutal dan panas diwajahnya tidak jauh berbeda.

"Dia benar benar.. Berbahaya.''

.
.
.


Matahari sudah semakin tinggi ketika suara pintu apartemen terbuka.

"Jeongin, saya pulang." Ucap Hyunjin setengah berteriak sembari melepaskan sepatunya lalu menyimpannya diatas rak.

Jeongin yang baru selesai mandi keluar dari kamar sembari menggosok gosokan handuk pada rambutnya.

"Hyunjin, aku lapar."

Hyunjin terkekeh gemas lalu meletakan bungkusan makanan diatas meja. "Saya tau,"

Jeongin tersenyum lebar lalu menyambar bungkusan itu dan mengeluarkan kotak bento didalamnya.

Terduduk lesehan didepan televisi dan meletakan bentonya diatas meja.

"Kamu makan duluan, oke? Saya mau ganti baju dulu."

Jeongin hanya mengangguk tanpa menoleh. Sibuk dengan suapan kedua meskipun mulutnya masih penuh akan suapan pertama.

Hyunjin terkekeh gemas dibuatnya.

Melepas jaket jeans dan jam tangannya, Hyunjin melirik kearah jam dinding yg kini menunjukan pukul setengah 1.

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang