9. sembilan

2.1K 411 12
                                    

Changbin masih setia duduk bersantai pada sofa dengan secangkir kopi yang telah habis setengahnya. Hyunjin disebrangnya masih duduk tertunduk pada sofa seperti merutuki dirinya sendiri. Tidak lama Hyunjin mendongak

"Hyung, ceritakan"

Changbin menatap kearah Hyunjin

"Ceritakan semua tentang Jeongin. Aku ingin-- tidak. aku membutuhkannya"

Changbin menatap Hyunjin lamat lamat, lelaki di depannya terlihat bingung. Entah kenapa Changbin menemukan ketulusan pada matanya. Changbin menyimpan cangkir kopi yang telah mendingin itu diatas meja. Lalu melipat kedua tangannya di dada sembari bersandar pada sofa.

"ini cerita yang sangat panjang. Aku akan menceritakan dari awal. Tapi tidak semua karena waktu kita cuma sebentar. Jeongin akan segera kembali"

Hyunjin mengangguk

"ayo ceritakan"

"Aku sama seperti Jeongin. Kita sama sama diadopsi, cuma hal yang membedakan aku telah Dad adopsi saat umurku masih 11 tahun. Aku jauh lebih awal berada disini bertahun tahun sebelum Jeongin. Dad memperlakukanku layaknya anak kandung sendiri. Dan ketika umurku 18 tahun aku telah dipercaya untuk melanjutkan perusahaan. Tapi, ternyata aku komplikasi. Karena riwayat memiliki jantung bocor, akhirnya aku berhenti melakukan aktifitas berat dan hanya mengontrol anak buah dari layar saja. Hingga 4 tahun lalu, Dad mengadopsi Jeongin."

Hyunjin memperhatikan Changbin dengan seksama tanpa berniat sedikitpun untuk menyela

"Aku selalu menginginkan seorang adik. Meskipun Dad adalah sosok ayah yang baik dan perhatian, tapi tetap saja dulu aku merasa kesepian karena Dad selalu memiliki kesibukan diluar kota ataupun di markas. Dad akhirnya menyetujui karena ia juga ingin membuat suasana rumah menjadi sedikit lebih hangat. Dan berakhirlah Jeongin yang diadopsi"



Changbin menghentikan omongannya sejenak kala pelayan wanita mengganti cangkir kopinya dengan yang baru. Uap kopi panas mengepul mengeluarkan wangi menenangkan keseluruh penjuru ruangan.


"Aku tidak ikut kala Dad menjemputnya di panti, karena aku berada disini, Australia. Ketika Dad pulang dengan Jeongin yang mengekor dibelakangnya aku tidak dapat menahan diri untuk mencubit dan memeluknya. Haha aku jadi teringat pemuda tangguh itu dulu begitu manis"

Changbin terkekeh pelan bernolstagia singkat tentang pertemuannya dengan sang adik

"Jeongin waktu pertama kali kemari, terlihat sangat lugu dan pendiam. Sorot matanya selalu sendu, meskipun senyumnya selalu terukir. Aku dan Dad tau itu, tapi kami hanya pura pura tidak tau. Takut takut menyinggung"

Hyunjin memainkan kedua kuku ibu jarinya dan menegak salivanya. Perasaan bersalah mulai menggerayangi tubuhnya

"Kami selalu memperlakukannya seperti bayi. Apalagi dad. Rumah terasa lebih hidup karena keberadaan rubah kami. Kami sungguh senang. Meskipun cukup lambat, tapi kami dapat membuat Jeongin akrab dan manja 4 bulan kemudian. Haha sungguh waktu yang lama untuk membuatnya terbuka"

Changbin mengambil kopinya yang kini mulai menghangat. Terkekeh pelan lalu mengesapnya sedikit sedikit.

"Hingga kita jujur keadaan perusahaan kami, Jeongin sama sekali tidak terkejut. Diluar dugaan, dia justru antusias untuk berlatih bela diri, membidik pistol, merakit berbagai senjata ringan. Mendengar itu Dad sangat menyetujui karena anak anaknya harus bisa menjaga diri dengan baik. Karena kau tau sendiri bagaimana kau juga berlatih karena kita sama sama anak dari seorang mafia."

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang