19. Drugged 🔞

3.7K 404 78
                                    


Minho beralih menahan kedua tangan Jeongin diatas kepala, dan dengan tangan yang bebas, dia menggapai meja lampu tidur dan menarik lacinya.

Tangannya mengobrak abrik isi laci mencari sesuatu. Melihat gerakan Minho, Jeongin langsung memberontak semakin kuat. Diibaratkan Minho adalah singa dan Jeongin adalah kucing, maka Jeongin sama sekali tidak memiliki kesempatan.

"Tenang sedikit, Jeongin." Ucap Minho dengan kekehan. Jeongin semakin bergidik membayangkan apa yang mungkin Minho lakukan. "Omong omong terima kasih telah mengunci pintu dari dalam, aku tidak perlu repot repot menguncinya sekarang." ujar Minho basa basi

Jeongin semakin menggeliat geliat mencoba untuk melepaskan cengkraman minho dan kedua kaki yang ditahan oleh kakinya.

Mata Jeongin memanas dan semakin berembun. Merutuki kecerobohannya dan tidak menuruti perintah Hyunjin. Pemuda itu menatap nyalang Minho dengan penuh air mata.

Setelah beberapa lama Minho berkutat dengan laci, akhirnya ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah kotak besi berwarna silver mirip dengan tempat bolpoin mahal yang biasanya Chan beli. Minho meletakannya pada nakas lalu membuka kotaknya.

Suntikan.

Melihat itu Jeongin semakin gencar mencoba untuk bebas. Minho mengambil suntikan yang telah terisi cairan itu lalu kembali menatap Jeongin.

"Kenapa kau menangis, Jeongin-ah? Tenang aku tidak akan membunuhmu." ucap Minho tulus lalu menghapus air mata Jeongin yang tumpah ruah membasahi pipi.

"Berengsek! Apa yang akan kau lakukan?! Lepaskan aku!" ucap Jeongin geram.

Minho tersenyum lalu menyibak sweater yang kini menutupi lengan Jeongin. Mengarahkan suntikan itu kearah nadinya.

Jeongin meringgis kecil ketika jarum suntik mulai menerobos masuk dan dapat ia rasakan cairan itu mulai memenuhi pembuluh darahnya.

Jeongin masih setia memberontak, dan Minho meletakan jarum suntikan itu diatas nakas.

Lelaki itu memperhatikan wajah Jeongin yang kini dipenuhi peluh. Jeongin kini mulai merasakan panas.

Pandangannya terasa bergoyang dan buram. Badannya terasa lemas dan kepalanya mulai pening.

Melihat Jeongin yang kian tenang dengan mata yang berkali kali mengerjap mempertahankan kesadarannya, Minho tersenyum lebar.

Pelan pelan ia mulai melepaskan cengkramam pada tangan Jeongin tapi masih mengukungnya.

Jeongin menggesekan tangan pada matanya mencoba mengusap air mata berharap pandangannya kembali jelas. Namun tidak, pandangannya masih terasa berbayang dan pikirannya terasa melayang.

"Apa yang kau suntikan?" tanya Jeongin lirih karena kini merasakan tenaganya terkuras habis.

Minho menciumi wajah Jeongin, "Bukan cairan berbahaya. Hanya obat perangsang."

Jeongin mencoba mendorong wajah Minho menjauh dengan tenaga yang mungkin masih tersisa, "Be-berengsek!" suara Jeongin tercekat dan nafasnya putus putus. Badannya panas dan terasa lebih sensitif.

"aku rasa obatnya mulai bereaksi. Tenang Jeongin-ah. Aku bisa memperlakukanmu dengan baik" ucap Minho tepat ditelinga Jeongin. Jeongin merinding. Air mata sudah membasahi pipinya.

Minho mulai mencium bibir Jeongin dan melumatnya lembut. Masih dengan kesadaran yang tersisa Jeongin mencoba mendorong tubuh kokoh Minho diatasnya.

Seperti tidak terjadi apa apa, Minho sama sekali tidak bergeming. Lelaki itu menarik tengkuk Jeongin untuk semakin memperdalam ciumannya.

Minho menghisap bibir submisive nya dengan lembut namun menuntut. Menggigit kecil bibir bawahnya membuat Jeongin melengguh, tanpa basa basi Minho melesakan lidahnya kedalam mulut Jeongin.

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang