21. I'll wait

2.7K 352 33
                                    

Jeongin mengerjapkan matanya ketika cahaya matahari menerobos dan menghantam wajahnya dengan hangat. Dengan keadaan pusing, Jeongin mendudukan diri.

Loh? Ko ada di kamar?

Jeongin memerikaa keadaan tubuhnya dibalik selimut. Badannya terbalut rapih oleh boxer hitam selutut dan kaos oblongnya.

Pemuda bersurai merah itu mengerjapkan matanya mencoba mengingat sesuatu. Seingatnya tadi malam ia mendatangi Minho, lalu Hyunjin menyelamatkannya, lalu-----

"nghhh .. Hyunh... Ahh ahh.."

Ingatan tadi malam terputar jelas dalam memorinya. Pipinya menghangat mengingat apa yg tekah ia lakukan dengan Hyunjin semalam.

Bodoh! Jeongin bodoh!

Merasa malu dan harga dirinya terasa diinjak injak, Jeongin merutuki dirinya sendiri.

Cklek

"Kamu sudah bangun?" Badan tinggi Hyunjin muncul dari balik pintu dengan nampan berisi sarapan.

"emm.. Su-sudah" Jeongin merasa gugup bukan kepalang. Rasa malunya seakan memakannya perlahan ketika Hyunjin berjalan semakin mengikis jarak

"Makanlah dulu, kau terlihat berantakan." kekeh Hyunjin lalu mengusak surai Jeongin gemas. Menimbulkan semburat merah dikedua pipi Jeongin yang membut Hyunjin sedikit terkejut.

Manisnya

"last night, was amazing, babe." ucap Hyunjin jahil. Berniat untuk melayangkan godaan godaan agar kemerahan pada pipi yang lebih muda semakin terpatri

"shut up!" Ucap Jeongin mengalihkan pandangannya kearah lain. Mengundang kekehan gemas pada lelaki yang lebih tua.

"Lihat kemari, aku suka pipimu yang bersemu." Ucap Hyunjin lembut lalu meletakan nampan pada nakas dan mendudukan bokongnya pada tepian kasur.

Jeongin semakin menghindati tatapan Hyunjin yang kini berada tepat dihadapannya.

Hyunjin menarik dagu yang lebih muda mempertemukan netra kecoklatan yang kini menatapnya ragu. Senyum jahil kian luntur menyisakan senyuman lembut penuh kasih. "Sakit ya, sayang?"

Jeongin merenggut lalu kembali mengalihkan pandangannya kearah selimut yang membalut tubuhnya. "Sakit sekali."

Hyunjin menghembuskan nafasnya lemah, "Aku minta maaf," mengusap pipi Jeongin lembut dengan ibu jarinya.

Jeongin balas menatap Hyunjin, matanya melembut lalu tersenyum malu malu.

Senyuman Hyunjin luntur dan kini terdiam mengamati sosok dihadapannya yang membuatnya ingatannya terlempar kembali ke masa lalu. Dimana masa masa mereka masih berada di panti.

Seperti bermimpi, Jeongin seperti bangun dari koma. Dan kini ia telah kembali.

Jeongin yang ia kenal. Pemalu dan begitu manis.

Hyunjin mendekat dan menarik sosok kecil itu kedalam dekapannya.  Memeluknya erat seolah mereka tidak berjumpa selama bertahun tahun. Memang benar faktanya.

"Hyunjin, kena-"

"ssshh.. Aku sangat bahagia. Biarkan aku memelukmu sebentar saja."

Jeongin tersenyum didalam dekapan hangat yang begitu erat namun terasa hangat. Tangannya bergerak lalu mengusap usap punggung tegap Hyunjin yang kini sedikit terasa bungkuk karena mendekap Jeongin yang jauh lebih kecil dari perawakannya sendiri.

"take your time."

.
.
.

Setelah menyebarnya kabar bahwa terjadi pembantaian pada Mansion Mafia terpandang, Minho, Chan dan Daniel memberikan runtutan pertanyaan dan memarahi anak mereka habis habisan. Meskipun cukup lega karena misi mereka berhasil dan telah membalaskan dendam Jeongin, tapi tidak dapat dipungkiri Chan benar benar khawatir. Chan memberikan banyak terimakasih pada Hyunjin, menghujaninya dengan pelukan dan terus mengoceh perihal menantu idaman.

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang