28. Bodoh

556 68 42
                                    

Jeongin baru saja selesai bersiap siap dan menuju ruang tengah. Ada Hyunjin disana yang tengah duduk menonton TV.

"Sudah?"

Jeongin mengangguk sebagai jawaban. "Memangnya tidak ada kelas?"

Hyunjin bangkit dari duduknya lalu mengusak rambut Jeongin. "Sabtu dan minggu aku libur."

Jeongin bergumam sebagai jawaban.

Mereka berjalan menuju parkiran lalu mulai menuju ke Cafe dimana Jeongin akan bekerja. "Kamu yakin ingin bekerja?"

Jeongin yang tengah melihat ramainya jalanan hanya mengangguk tanpa menolehkan kepalanya.

"Jika lelah berhentilah. Jangan memaksakan diri." lanjut Hyunjin

Jeongin bergumam lagi sebagai jawaban. "Mood mu belakangan ini terlihat selalu buruk. Ada apa?" Ucap Hyunjin lembut lalu mengusap puncak kepala Jeongin.

Karena kamu dan Seungmin."Tidak. Aku memang begini."

Hyunjin ingin melayangkan beberapa pertanyaan lagi namun tertahan diujung lidah takut takut akan merusak mood Jeongin lebih dari ini.

"Kamu bisa berkuliah jika kamu mau." Ucap Hyunjin.

"Belajar bukan Passion-ku. Jadi tidak terimakasih." Ucap Jeongin datar

Hyunjin terkekeh."Kamu lucu sekali."

Pipi Jeongin memanas. Namun dengan segera ia tepis perasaan menghangat dalam hatinya. Tentu saja maksud Hyunjin manis dalam artian seorang kakak pada adiknya. Bukan secara romansa.

Hyunjin kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan padat dipagi ini.

"Jadi, Jeongin. Ceritakan tentan Han. Dia terdengar familiar? Apakah aku pernah mengenalnya?"

Dia rivalmu sialan. "Dia sahabat dekatku semenjak pindah ke Australia. Dia baik dan selalu ada untukku. Kamu pernah mengenalnya ketika tinggal bersama kami di Australia. Kalian berdua cukup... sulit."

Hyunjin terdiam mendadak tanpa alasan merasa tercekat dari kerongkongan hingga lidahnya.

"Apakah kamu menyukainya?"

Jeongin menoleh cepat kearah Hyunjin. "Urusannya denganmu?" Jeongin tidak bisa membodohi diri sendiri ketika perasaan hangat dihatinya menjalar hingga pipi.

Apakah Hyunjin cemburu?

Hyunjin terkekeh lagi. "Aku hanya ingin yang terbaik untuk adikku."

Jeongin melesu dan kembali membuang muka. "Aku bukan adikmu."

Hyunjin terkekeh lagi. "Iya aku tau aku tau. Tapi kita kan sangat dekat sebelumnya. Apa salahnya aku menganggapmu saudara."

Aku calon istrimu, brengsek. "Iya tidak apa apa. Sangat tidak apa apa." dustanya.

"Omong omong dia akan berkunjung kemari di akhir pekan." Lanjut Jeongin. "Aku rindu sekali."

Hyunjin tersenyum kecil. Ingin menjawab namun ia tidak bisa menemukan kata kata yang tepat. Entah kenapa semua ini terasa mengganjal dan aneh sekali.

"cafenya didepan persimpangan sebelah kiri." Ucap Jeongin. Hyunjin membanting stir dan menuju parkiran.

Jeongin melepas safetybelt nya. "Aku berangkat. Terimakasih Hyunjin."

Hyunjin tersenyum lalu mengusak rambut legam Jeongin.

Jeongin sudah siap keluar namun tangannya ditahan oleh yang lebih tua. "Itu saja?"

[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang